• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menginterpretasikan data yang

telah dianalsis secara kuantitatif dalam bentuk tabel frekuensi sebagai

acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh. Analisis deskriptif

pada penelitian ini disajikan dalam bentuk data hasil yang berisi frekuensi

a. Analisis Deskriptif Variabel Prestasi PPL

Prestasi PPL dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,

maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap mahasiswa dalam periode tertentu. Dalam penelitian ini

variabel prestasi PPL diukur dari skor PPL yang diperoleh mahasiswa.

Prestasi PPL ditandai oleh tinggi rendahnya perolehan skor PPL

mahasiswa calon guru setelah melaksanakan praktek mengajar di

sekolah. Berikut ini akan disajikan data jawaban responden dari

butir-butir pertanyaan:

Jumlah sampel : 36

Skor tertinggi yang dicapai : 8,55

Skor terendah yang dicapai : 6,80

Langkah selanjutnya adalah menentukan skor dengan cara:

Perhitungan Skor (6,80) x 81% x (8,55-6,80) = 9,64 9,64 – 10,0 (6,80) x 66% x (8,55-6,80) = 7,85 7,85 – 9,63 (6,80) x 56% x (8,55-6,80) = 6,66 6,66 – 7,84 (6,80) x 46% x (8,55-6,80) = 5,47 5,47 – 6,65 Di bawah 46% < 5,46

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2012

Pemberian peringkat dan penilaian sebagai berikut:

Skor Skor Penilaian Peringkat

9,64 – 10,0 7,85-10,0 Tinggi 3 7,85 – 9,63 6,66 – 7,84 5,47-7,84 Cukup 2 5,47 – 6,65 < 5,46 < 5,46 Rendah 1

Kategori prestasi PPL dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

prestasi PPL tinggi, cukup, dan rendah. Ketiga kategori prestasi PPL

tersebut masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

d) Prestasi PPL yang tinggi

Prestasi PPL yang tinggi jika mahasiswa calon guru mendapatkan

nilai paktek mengajar dengan skor 7,85-10,0

e) Prestasi PPL yang cukup

Prestasi PPL yang cukup jika mahasiswa calon guru mendapatkan

nilai paktek mengajar dengan skor 5,47-7,84

f) Prestasi PPL yang rendah

Prestasi PPL yang rendah jika mahasiswa calon guru mendapatkan

nilai paktek mengajar dengan skor dibawah < 5,46

b. Analisis Deskriptif Variabel Minat Menjadi Guru

Minat menjadi guru ditandai oleh adanya pengetahuan dan

informasi mengenai profesi guru, perasaan senang dan keterkaitan

terhadap profesi guru, perhatian yang lebih besar terhadap profesi guru

serta kemauan dan hasrat untuk menjadi guru. Kategori minat menjadi

guru dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: minat menjadi guru yang

tinggi, cukup, dan rendah. Ketiga kategori minat menjadi guru tersebut

masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah sampel : 36

Jumlah butir/item : 10 pertanyaan

Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 10 x 4 = 40

Skor terendah yang mungkin dicapai : 10 x 1 = 10

Langkah selanjutnya adalah menentukan skor dengan cara:

Perhitungan Skor 81% x 40 = 32,4 (dibulatkan menjadi 32) 32– 40 66% x 40 = 26,4 (dibulatkan menjadi 26) 26 – 31 56% x 40 = 22,4 (dibulatkan menjadi 22) 22 – 25 46% x 40 = 18,4 (dibulatkan menjadi 18) 18 – 24 Di bawah 46% 10 – 23

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2012

Pemberian peringkat dan penilaian sebagai berikut:

Skor Skor Penilaian Peringkat

32– 40 26 – 40 Tinggi 3 26 – 31 22 – 25 22 – 25 Cukup 2 18 – 24 10 – 24 Rendah 1 10 – 23

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2012

Kategori minat menjadi guru dapat digolongkan menjadi tiga

yaitu: minat menjadi guru yang tinggi, cukup, dan rendah. Ketiga

kategori minat menjadi guru tersebut masing-masing dijelaskan

sebagai berikut:

1) Minat menjadi guru yang tinggi

Minat menjadi guru yang tinggi maksudnya seseorang

mahasiswa calon guru memiliki pengetahuan dan informasi

lebih besar, perasaan senang dan keterkaitan terhadap profesi guru,

serta memiliki kemauan dan hasrat yang tinggi untuk menjadi guru.

2) Minat menjadi guru yang cukup

Minat menjadi guru yang cukup maksudnya seseorang

mahasiswa calon guru memiliki pengetahuan dan informasi

mengenai profesi guru yang cukup memadai, memiliki perhatian,

perasaan senang dan keterkaitan terhadap profesi guru, serta

memiliki kemauan dan hasrat yang cukup untuk menjadi guru.

3) Minat menjadi guru yang rendah

Minat menjadi guru yang rendah maksudnya seseorang

mahasiswa calon guru memiliki sedikit pengetahuan dan informasi

mengenai profesi guru, memiliki sedikit perhatian, perasaan senang

dan keterkaitan terhadap profesi guru, serta memiliki sedikit

kemauan dan hasrat untuk menjadi guru.

c. Analisis Deskriptif Variabel Keluarga

Keluarga ditandai oleh ada-tidaknya dukungan dari orang tua

mahasiswa maupun dengan saudara yang lain dalam mempersiapkan

dirinya untuk menjadi guru. Berikut ini akan disajikan data jawaban

responden dari butir-butir pertanyaan:

Jumlah sampel : 36

Jumlah butir/item : 12 pertanyaan

Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 12 x 4 = 48

Skor terendah yang mungkin dicapai : 12 x 1 = 12

Langkah selanjutnya adalah menentukan skor dengan cara:

Perhitungan Skor 81% x 48 = 38,88 (dibulatkan menjadi 39) 38 – 48 66% x 48 = 31,68 (dibulatkan menjadi 32) 32 – 37 56% x 48 = 26,88 (dibulatkan menjadi 27) 27 – 31 46% x 48 = 22.08 (dibulatkan menjadi 22) 22– 26 Di bawah 46% 12 – 21

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2012

Pemberian peringkat dan penilaian sebagai berikut:

Skor Skor Kategori Keluarga Peringkat

38 – 48 32 – 48 Mendukung 3 32 – 37 27 – 31 27 – 31 Netral 2 22– 26 12 – 26 Tidak Mendukung 1 12 – 21

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2012

Kategori keluarga dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

keluarga mendukung, netral, dan tidak mendukung. Ketiga kategori

keluarga tersebut masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1) Keluarga yang mendukung

Keluarga yang mendukung ditandai oleh adanya dukungan

menjadi guru yang tinggi dari orang tua maupun dari saudara

mahasiswa. Adanya perhatian orang tua, relasi yang baik antar

keluarga dengan mahasiswa, keadaan ekonomi keluarga, dan

berkaitan dengan keguruan akan mendukung seorang mahasiswa

calon guru dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi guru,

sehingga mahasiswa tersebut akan lebih siap menjadi guru

nantinya.

2) Keluarga yang netral

Keluarga yang netral memungkinkan adanya dukungan yang

mendukung atau tidak mendukung, atau kedua-duanya.

3) Keluarga yang tidak mendukung

Keluarga yang tidak mendukung ditandai oleh tidak adanya

dukungan menjadi guru dari orang tua maupun saudara lainnya.

Kurangnya perhatian orang tua, relasi yang tidak baik antar

keluarga dengan mahasiswa, keadaan ekonomi keluarga yang

rendah, dan pemberian informasi yang kurang memadai dari

keluarga tentang hal-hal yang berkaitan dengan keguruan akan

mempengaruhi mahasiswa calon guru dalam mempersiapkan

dirinya untuk menjadi guru, sehingga mahasiswa tersebut kurang

siap menjadi guru.

d. Analisis Deskriptif Variabel Kesiapan menjadi guru

Kesiapan menjadi guru ditandai dengan adanya penguasaan

kompetensi keguruan yang lengkap dan terintegrasi. Berikut ini akan

disajikan data jawaban responden dari butir-butir pertanyaan:

Jumlah butir/item : 21 pertanyaan

Jumlah skor alternatif jawaban : 4

Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 21 x 4 = 84

Skor terendah yang mungkin dicapai : 21 x 1 = 21

Langkah selanjutnya adalah menentukan skor dengan cara:

Perhitungan Skor 81% x 84 = 68,04 (dibulatkan menjadi 68) 68 – 84 66% x 84 = 55,44 (dibulatkan menjadi 55) 55 – 67 56% x 84 = 47,56 (dibulatkan menjadi 47) 47 – 54 46% x 84 = 38, 64 (dibulatkan menjadi 39) 39 – 46 Di bawah 46% 21 – 38

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2012

Pemberian peringkat dan penilaian sebagai berikut:

Skor Skor Penilaian Peringkat

68 – 84 55 – 84 Tinggi 3 55 – 67 47 – 54 47 – 54 Cukup 2 39 – 46 21 – 39 Rendah 1 21 – 38

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2012

Kategori kesiapan menjadi guru dapat digolongkan menjadi

tiga, yaitu: kesiapan menjadi guru yang tinggi, cukup, dan rendah.

Ketiga kesiapan menjadi guru tersebut masing-masing dijelaskan

sebagai berikut:

1) Kesiapan menjadi guru yang tinggi

Kesiapan menjadi guru yang tinggi maksudnya mahasiswa

menguasai kompetensi-kompetensi keguruan (pedagogik,

kepribadian, profesioanl dan sosial) secara lengkap.

2) Kesiapan menjadi guru yang cukup

Kesiapan menjadi guru yang cukup maksudnya mahasiswa

calon guru memiliki pengalaman mengajar dan mampu menguasai

kompetensi-kompetensi keguruan (pedagogik, kepribadian,

profesioanl dan sosial) yang cukup memadai.

3) Kesiapan menjadi guru yang rendah

Kesiapan menjadi guru yang tinggi maksudnya mahasiswa

calon guru tidak memiliki banyak pengalaman mengajar dan

mampu menguasai kompetensi-kompetensi keguruan (pedagogik,

kepribadian, profesioanl dan sosial) secara lengkap.

Dokumen terkait