• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Teknik Analisis Data

2. Uji Hipotesis

a. Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan

pengujian prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis dimaksudkan sebagai

dasar dalam mengambil keputusan agar tidak menyimpang dari

kebenaran yang seharusnya ditarik. Uji prasyarat analisis dilakukan

dengan menggunakan:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk

sehingga analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam

uji normalitas ini digunakan rumus uji satu sampel dari

Kolmogorov-Smirnov, yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi

harga satu sampel (skor observasi) dan distribusi teoritisnya. Uji ini

menetapkan suatu titik dimana teoritis dan yang terobservasi

mempunyai perbedaan terbesar, artinya distribusi sampling yang

diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel random

dari distribusi teoritis (Ghozali, 2002). Alat statistik untuk

pengujian normalitas data penelitian ini adalah tes

Kolmogorov-Smirnov.

Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas

sebagai berikut (Ghozali, 2002):

X S X F maksimum D o n Keterangan: D = deviasi maksimum 0

F = fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

X

Sn = distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Kriteria penerimaan:

a) Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih besar dari nilai

b) Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih kecil dari nilai

probabilitas (ρ = 0,05) maka H0 ditolak.

Dengan kata lain bila probabilitas ( ) yang diperoleh

melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikan 5%, berarti

sebaran data variabel normal. Apabila probabilitas ( ) yang

diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf 5% berarti

sebaran data variabel tidak normal.

2) Uji Linieritas

Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linier

tidaknya suatu hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan rumus

(Sudjana, 1996):

S

S

G TG F 2 2

Kriteria pengujian linieritas yaitu dengan membandingkan

nilai Fhitung dengan Ftabel. Distribusi Fhitung menggunakan derajat

kebebasan pembilang = (k-2) dan derajat kebebasan penyebut =

(n-k). apabila diperoleh Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, maka

b. Uji Asumsik Klasik

1) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antarvariabel bebas dalam satu regresi. Adanya

hubungan antara variabel bebas dalam suatu regresi disebut dengan

multikolinearitas. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada

tidaknya multikolinearitas penulis menggunakan rumus Variance Inflation Faktor (VIF) dan Tolerance dalam Widarjono (2009: 109). Adapun rumusnya sebagai berikut:

Dimana merupakan R2 yang diperoleh dari regresi

auxiliary antara variabel bebas dan variabel bebas sisanya (k-1). Sedangkan VIF adalah variance inflation faktor. Ketika mendekati 1 dengan kata lain ada kolinearitas antar variabel bebas

maka VIF akan naik dan mendekati tak terhingga jika nilainya =

1. Kesimpulannya adalah jika nilai VIF semakin membesar maka di

duga ada multikolinearitas. Jika nilai VIF melebihi angka 10 maka

dikatakan ada multikolinearitas karena nilai > 0,90.

Kesimpulan:

Jika = 0 berarti tidak ada kolinearitas antara variabel

bebas maka nilai TOL sama dengan 1 dan sebaliknya jika = 1

ada kolinear antar variabel bebas maka nilai TOL sama dengan 0.

2) Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika

berbeda maka disebut Heteroskendastisitas (Ghozali, 2007).

Dalam penelitian ini gejala heteroskendastisitas di uji dengan

metode korelasi Spearman. Adapun rumus korelasi Spearman adalah

sebagai berikut (Widarjono, 2009):

Keterangan:

di = perbedaan rank antara residual ( ẽi ) dengan variabel independen X

Sedangkan nilai t hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus

sebagai berikut Dengan df sebesar n-2:

Kesimpulan jika t hitung lebih besar dari nilai kritis t tabel

maka kita dapat menyimpulan bahwa regresi mengandung masalah

heteroskedastisitas dan sebaliknya tidak ada heteroskedastisitas.

3) Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggun periode t-1 (sebelumnya).

Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena

residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke

observasi lainnya (Ghozali, 2007: 96).

Dalam penelitian ini, uji autokorelasi yang digunakan adalah

uji Durbin-Watson (d). Dalam Sanusi (2011) dikatakan bahwa untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian

Durbin-Watson. Hasil perhitungan Durbin-Watson (d) dibandingkan

nilai batas atas (dU) dan nilai batas bawah (dL) untuk berbagai nilai n (jumlah sampel) dan k (jumlah variabel independen).

Adapun formula uji statistik dari Durbin-Watson adalah sebagai berikut (Widarjono, 2009):

Dimana ẽt adalah residual metode kuadrat terkecil.

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)

HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Adapun pengambilan keputusannya adalah jika (1) 0 < d < dL

maka menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positif; (2) d > 4- dL

maka tejadi autokorelasi negatif; (3) dU < d < 4 - dU maka menerima hipotesis nol, tidak terjadi autokorelasi; (4) dL≤ d ≤ dU atau 4- dU≤ d ≤ dLmaka pengujian tidak meyakinkan.

c. Uji Hipotesis

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut

(Sugiyono, 2008: 284):

1. Membuat persamaan regresi untuk tiga prediktor

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

a : harga konstan

b1 : koefisien prediktor X1 yaitu

b2 : koefisien prediktor X2

b3 : koefisien prediktor X3

X1 : prestasi PPL

X2 : Minat menjadi guru

X3 : Keluarga

e : eror term

Harga a dan b dicari dengan rumus:

2. Mencari koefisien determinasi (R2) prediktor X1, X2 dan X3 dengan

Y, dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno, 2004: 23):

Keterangan:

R2 : koefisien derteminasi antara Y dengan X1, X2 dan

X3

a1 : koefisien prediktor X1

a2 : koefisien prediktor X2

∑ X1 Y : jumlah produk antara Prestasi PPL dan kesiapan menjadi guru

∑ X2 Y : jumlah produk antara minat menjadi guru dan kesiapan menjadi guru

∑ X3 Y : jumlah produk antara keluarga dan kesiapan menjadi guru

∑ Y2

: jumlah kuadrat kriterium (kesiapan menjadi guru)

3. Menguji keberartian koefisien regresi ganda dengan menggunakan

rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 266):

Keterangan:

R = Koefisien korelasi berganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

Kesimpulan: jika F hitung lebih besar dari F tabel, maka

koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat

Perumusan Hipotesis:

1) Ho = prestasi PPL tidak memberikan kontribusi terhadap

kesiapan menjadi guru.

Ha = prestasi PPL memberikan kontribusi terhadap pola

kesiapan menjadi guru.

2) Ho = minat menjadi guru tidak memberikan kontribusi

terhadap kesiapan menjadi guru.

Ha = minat menjadi guru memberikan kontribusi terhadap

kesiapan menjadi guru.

3) Ho = keluarga tidak memberikan kontribusi terhadap kesiapan

menjadi guru.

Ha = keluarga memberikan kontribusi terhadap kesiapan

menjadi guru.

4) Ho = prestasi PPL, minat menjadi guru dan keluarga tidak

memberikan kontribusi terhadap kesiapan menjadi guru.

Ha = prestasi PPL, minat menjadi guru dan keluarga

84

Dokumen terkait