• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2.2 Analisis Diagram Cartesius terhadap Indikator

kesesuaian antara kepuasan dan kepentingan pada indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM dimasukkan ke dalam diagram cartesius untuk mengelompokkan sub indikator ke dalam kuadran-kuadran tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan masukan-masukan terkait dengan efektivitas masing-masing sub indikator manfaat program GMP tersebut. Hasil analisis menggunakan diagram cartesius terhadap sub indikator manfaat program GMP- PHBM di Desa Warjabakti dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 7 Diagram Cartesius terhadap Indikator Manfaat Program GMP Keterangan nomor sub indikator tersebut dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 28 Keterangan Nomor Sub Indikator Manfaat Program GMP

No Sub Indikator Indikator

1 Pendapatan dari program GMP dapat meningkatkan kesejahteraan.

Manfaat bidang ekonomi

2 Program GMP dapat memberikan dampak nyata terhadap

perekonomian lokal.

3 Program GMP dapat mengurangi kemiskinan di sekitar kawasan program.

4 Dana hibah atau bantuan yang diberikan program GMP sesuai dengan kesepakatan.

5 Bagi hasil yang didapat melalui program GMP sesuai dengan kesepakatan.

No Sub Indikator Indikator

6 Pemberdayaan masyarakat lokal melalui program GMP.

Manfaat bidang

sosial 7 Penerimaan pembinaan dari Pertamina Foundation.

8 Bertambahnya wawasan baru melalui program GMP.

9 Pemahaman peserta program GMP tentang pentingnya menjaga hutan lindung.

10 Kesesuaian pelaksanaan kesepakatan dalam program GMP di bidang sosial.

11 Keadaan udara sekitar kawasan program GMP.

Manfaat bidang ekologis 12 Keadaan air sekitar kawasan program GMP.

13 Keadaan unsur hara tanah sekitar kawasan program GMP. 14 Pengamanan hutan lindung melalui program GMP.

15 Penambahan keanekaragaman hutan lindung melalui program GMP.

Interpretasi dari kuadran-kuadran dalam diagram cartesius tersebut dan penyebab sub indikator masuk ke kuadran-kuadran dalam diagram cartesius

tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kuadran I (K.I)

Kuadran ini disebut juga kuadran “prioritas utama”. Pada kuadran ini,

dimuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh peserta program, tetapi kinerja manfaat program GMP tersebut belum sesuai. Hal tersebut mengakibatkan manfaat program GMP tersebut belum berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan peserta program GMP. Oleh karena itu penentu kebijakan perlu melakukan perbaikan pada atribut-atribut yang berada pada kuadran ini. Berdasarkan analisis diagram cartesius, sub indikator yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 7, yakni penerimaan pembinaan dari Pertamina Foundation kepada petani peserta program GMP. Menurut hasil wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, pembinaan dari Pertamina

Foundation melalui relawan program GMP tidak berjalan secara intensif dan berkelanjutan. Relawan hanya bertemu dan melakukan pembinaan terhadap petani ketika proses sosialisasi, penanaman secara simbolis, dan proses verifikasi jumlah pohon saja. Namun pada proses selain dari proses tersebut, pembinaan tidak dilakukan oleh relawan. Hal ini menurut relawan dikarenakan jarak yang jauh antara kediaman relawan program dengan lokasi pelaksanaan program GMP di Desa Warjabakti.

Padahal menurut ketua LMDH Taruna Bina Tani, pembinaan penting dilakukan mengingat petani peserta program ini sebelumnya belum pernah mengusahakan tanaman kopi, sehingga perlu peningkatan wawasan budidaya usaha tani kopi untuk mengoptimalkan penerimaan dari usaha tersebut. Sub Indikator ini perlu didorong agar berada di kuadran II dengan cara Pertamina

Foundation melakukan pembinaan yang rutin kepada petani. Pembinaan yang rutin dan tepat guna juga diharapkan dapat mengoptimalkan pendapatan dari usaha tani dari tanaman kopi tersebut. Apabila pendapatan dari usaha tersebut sudah optimal, maka kesejahteraan masyarakat pun diharapkan dapat berada dalam keadaan optimal.

2. Kuadran II (K.II)

Kuadran ini disebut juga kuadran “Pertahankan Prestasi”. Pada kuadran ini ditampilkan atribut-atribut yang kinerjanya sangat baik sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini menyebabkan atribut tersebut berpengaruh nyata terhadap kepuasan peserta program GMP. Berdasarkan analisis diagram cartesius, sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15. Sub indikator tersebut yakni dana hibah atau bantuan yang diberikan program GMP sesuai dengan kesepakatan, bagi hasil yang didapat melalui program GMP sesuai dengan kesepakatan, pemberdayaan masyarakat lokal melalui program GMP, penerimaan pembinaan dari Pertamina Foundation, bertambahnya wawasan baru melalui program GMP, pemahaman peserta program GMP tentang pentingnya menjaga hutan lindung, kesesuaian pelaksanaan kesepakatan dalam program GMP di bidang sosial, keadaan udara sekitar kawasan program GMP, keadaan air sekitar kawasan program GMP, keadaan unsur hara tanah sekitar kawasan program GMP, pengamanan hutan lindung melalui program GMP, dan penambahan keanekaragaman hutan lindung melalui program GMP. Sub indikator manfaat tersebut berada kuadran “pertahankan prestasi”, sehingga sub indikator tersebut hanya perlu dipertahankan kinerjanya. Apabila dipertahankan kinerjanya, hal tersebut akan mengakibatkan peserta program GMP tetap merasa sangat puas terhadap sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM ini.

3. Kuadran III (K.III)

Kuadran ini disebut juga kuadran “prioritas rendah”. Pada kuadran ini,

ditunjukkan atribut yang dirasa kurang begitu penting untuk dilakukan. Kinerja atribut yang berada pada kuadran ini pun dirasa rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja. Berdasarkan analisis diagram cartesius, sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 1 dan 2, yakni indikator peningkatan kesejahteraan melalui program GMP dan dampak nyata program GMP terhadap perekonomian lokal. Menurut hasil wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, untuk hal kepuasan yang masih rendah, hal ini disebabkan karena belum dibayarkannya

dana hibah dari program GMP ini secara sepenuhnya, hal ini mengakibatkan manfaat program GMP terhadap pendapatan petani pun belum dirasakan secara sepenuhnya. Sementara untuk kepentingan yang rendah, hal ini disebabkan adanya perubahan pola pikir pada petani peserta program GMP setelah disosialisasikan pengalihan komoditi dari hortikultura (bawang daun) kepada tanaman keras (kopi) oleh pihak Perhutani setempat dan manfaat program GMP oleh relawan program GMP. Setelah diadakan sosialisasi, petani setempat menjadi tidak lagi mengutamakan keuntungan semata (profit oriented), tetapi juga mengutamakan kelestarian lingkungan. Petani setempat sudah mengetahui bahwa pendapatan dari pengusahaan komoditas kopi akan lebih rendah dari pengusahaan komoditas hortikultura. Namun kelestarian lingkungan dari pengusahaan kopi pada hutan lindung menjadi lebih penting dari keuntungan semata, karena akan mencegah datangnya bencana seperti longsor yang terjadi di daerah tak jauh dari Desa Warjabakti yaitu Kecamatan Pangalengan. Selain itu, para petani juga mengetahui bahwa usahanya ini masih dalam tahap awal, sehingga peningkatan pendapatan yang kurang signifikan pun dapat dimaklumi.

Menurut hasil analisis dari proses wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM nomor 2 memiliki nilai kepuasan yang rendah karena program GMP dinilai peserta program belum memiliki dampak nyata terhadap perekonomian lokal. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan usaha-usaha penunjang kegiatan program GMP, seperti usaha pupuk, belum terlihat nyata. Sementara penyebab nilai kepentingan yang rendah pun diakibatkan karena masyarakat Desa Warjabakti yang bekerja di sektor pertanian, telah didominasi bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat tidak mau beralih profesi sebagai pelaku usaha-usaha penunjang kegiatan program GMP. Hal tersebut lah yang mengakibatkan sub indikator dampak nyata terhadap perekonomian lokal dirasakan kurang penting.

Sub indikator nomor 1 dan nomor 2 berada di kuadran III yang berarti memiliki kepuasan kinerja dan kepentingan yang rendah menurut petani peserta program. Oleh sebab itu, para stakeholders disarankan tetap meningkatkan kepuasan kinerjanya, karena persepsi kepentingan seseorang dapat berubah

tergantung kondisi sosial dan lingkungan mereka. Misalnya apabila terjadi keadaan ekonomi yang sulit, maka peningkatan pendapatan pun akan dirasakan sangat penting. Kepuasan kinerja sub indikator peningkatan pendapatan dan dampak terhadap perekonomian lokal dapat ditingkatkan dengan cara melakukan perbaikan dan pengembangan terhadap sub indikator yang dirasa bermasalah, sehingga peningkatan pendapatan pun dapat dirasakan oleh petani peserta program di Desa Warjabakti.

4. Kuadran IV (K.IV)

Kuadran ini disebut juga kuadran “kemungkinan berlebihan”. Pada

kuadran ini, ditunjukkan atribut yang dirasa kurang penting namun memiliki kinerja yang sangat tinggi, sehingga tidak perlu dilakukan peningkatan kinerja pada atribut yang berada pada kuadran ini karena akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumberdaya. Sub indikator manfaat program kolaboratif GMP- PHBM yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 3, yakni program GMP dapat mengentaskan atau mengurangi kemiskinan di sekitar kawasan program GMP. Program GMP mengurangi kemiskinan dengan cara memberikan dana bantuan sebesar Rp 2.500 per pohon kepada petani peserta program.

Menurut hasil wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, sub indikator ini memiliki kepentingan yang lebih rendah dari kepuasan kinerjanya karena cara yang dilakukan sub indikator ini kurang diprioritaskan untuk selanjutnya. Petani peserta program lebih memprioritaskan pengadaan bantuan berupa alat pengolahan kopi, dari buah kopi basah menjadi biji kopi kering siap digiling. Apabila hal tersebut dioptimalkan, hal tersebut diperkirakan dapat meningkatkan penerimaan petani sebesar tiga kali lipat dari sebelumnya.

Sub indikator nomor 3 memiliki nilai kepentingan yang rendah, sehingga masuk ke dalam kuadran IV. Namun sub indikator nomor 3 memiliki nilai kepuasan kinerja yang tinggi. Berdasarkan nilai kepentingan yang rendah,

stakeholders disarankan lebih memilih cara lain yang menurut peserta program lebih penting untuk dilaksanakan. Dalam kasus program kolaboratif GMP-PHBM ini, Pertamina Foundation atau stakeholders lain yang bertujuan mengurangi

kemiskinan, dapat memilih cara pengadaan bantuan berupa alat pengolahan kopi bagi petani kopi arabika yang tergabung dalam LMDH Taruna Bina Tani di Desa Warjabakti. Namun apabila stakeholders tersebut belum mampu mengadakan bantuan alat tersebut, cara lama pun sementara dianggap cukup untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan tersebut, karena cara lama dengan memberikan bantuan berupa dana memiliki nilai kepuasan kinerja yang memuaskan.