• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.5 Metode Analisis

4.5.2 Importance Performance Analysis (IPA)

Metode IPA dapat menjelaskan hubungan antara tingkat kepentingan peserta program kolaboratif GMP-PHBM dengan tingkat kepuasan kinerja program kolaboratif GMP-PHBM ini di lapangan yang menghasilkan nilai kesesuaian harapan peserta program tersebut. Teknik ini dipopulerkan pertama kali pada tahun 1977 oleh Martilla dan James di dalam artikel yang berjudul

Importance-Performance Analysis” yang dipublikasikan dalam Journal of Marketing. Dalam teknik ini responden menilai tingkat kepentingan atribut yang relevan dari program kolaboratif GMP-PHBM dan tingkat kinerja program (perceived performance) pada masing-masing atribut tersebut. Matriks-matriks ini bermanfaat sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumberdaya proyek yang terbatas kepada bidang-bidang spesifik. Pengalokasian tersebut merupakan bagian dari perbaikan atas kinerja. Perbaikan kinerja dengan menggunakan metode ini pun dapat berdampak besar pada kepuasan peserta program. Selain itu bidang atau

atribut yang perlu dipertahankan maupun atribut yang perlu dikurangi prioritasnya dapat diketahui melalui metode ini. Meskipun demikian, batas antara persepsi tinggi atau rendahnya suatu penilaian kepentingan maupun kepuasan kinerja dalam metode IPA ini relatif arbitary (menyesuaikan) tergantung konteks penelitian (Tjiptono dan Chandra, 2005).

Pada tahap awal, responden diminta menilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan kinerja dari tiga indikator manfaat program kolaboratif GMP- PHBM, dimana masing-masing indikator diturunkan terhadap lima sub indikator. Indikator dan sub indikator tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Indikator dan Sub Indikator Manfaat Program Kolaboratif GMP-PHBM

No Indikator Sub Indikator

1

Manfaat bidang ekonomi

Pendapatan dari program GMP dapat meningkatkan kesejahteraan

2 Program GMP dapat memberikan dampak nyata terhadap

perekonomian lokal.

3 Program GMP dapat mengurangi kemiskinan di sekitar kawasan

program.

4 Dana hibah atau bantuan yang diberikan program GMP sesuai dengan

kesepakatan.

5 Bagi hasil yang didapat melalui program GMP sesuai dengan

kesepakatan. 6

Manfaat bidang

sosial

Pemberdayaan masyarakat lokal melalui program GMP.

7 Penerimaan pembinaan dari Pertamina Foundation.

8 Bertambahnya wawasan baru melalui program GMP.

9 Pemahaman peserta program GMP tentang pentingnya menjaga hutan

lindung.

10 Kesesuaian pelaksanaan kesepakatan dalam program GMP di bidang

sosial. 11

Manfaat bidang ekologis

Keadaan udara sekitar kawasan program GMP

12 Keadaan air sekitar kawasan program GMP

13 Keadaan unsur hara tanah sekitar kawasan program GMP

14 Pengamanan hutan lindung melalui program GMP

15 Penambahan keanekaragaman hutan lindung melalui program GMP

Sumber: Pertamina Foundation (2012a) dan KPH Bandung Selatan (2011)

Penentuan tingkat kepentingan program kolaboratif GMP-PHBM yaitu dengan memberikan penilaian menggunakan skala likert, dengan rentang nilai satu sampai dengan empat pada setiap pertanyaan. Rincian kriteria masing-masing nilai untuk tingkat kepuasan dijelaskan dalam Lampiran 5 tentang rincian kriteria nilai tingkat kepuasan, sementara rincian kriteria masing-masing nilai untuk tingkat kepentingan dijelaskan dalam Lampiran 6 tentang rincian kriteria nilai tingkat kepentingan. Dalam metode IPA pula diperlukan pengukuran tingkat kesesuaian untuk mengetahui seberapa besar peserta program puas terhadap

kinerja program, dan seberapa besar pihak penyedia program memahami apa yang diinginkan peserta program terhadap jasa yang mereka berikan. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan tingkat kesesuaian program kolaboratif GMP- PHBM adalah sebagai berikut:

i

X = �=1 Ȳ� = �=1 ��= Xi Yi

100%

Keterangan:

Tki = Tingkat Kesesuaian

X = Nilai Penilaian Kepuasan Kinerja Y = Nilai Penilaian Kepentingan

n = Jumlah Responden

i = Sub indikator manfaat program ke-i (i = 1,2,3, ..., 15)

Xi = Nilai Rata-Rata Penilaian Kepuasan Kinerja Yi = Nilai Rata-Rata Penilaian Kepentingan

Tahap selanjutnya yaitu menempatkan nilai rata-rata penilaian kepuasan kinerja program dan nilai rata-rata penilaian tingkat kepentingan dari masing- masing sub indikator manfaat program ini ke dalam diagram cartesius yang dibagi menjadi empat bagian. Diagram cartesius tersebut memuat sumbu diagram yang menunjukkan tingkat kepuasan kinerja dan kepentingan sub indikator tersebut (Meng et al., 2011). Nilai rata-rata dari tingkat kepuasan kinerja dan tingkat kepentingan tersebut menunjukkan koordinat untuk menempatkannya ke dalam diagram cartesius. Nilai rata-rata dari seluruh nilai tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan sub indikator menjadi pembagi sumbu, baik untuk sumbu tingkat kepentingan maupun sumbu tingkat kepentingan, dalam diagram cartesius

tersebut. Pembagian sumbu dengan menggunakan nilai rata-rata dari nilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan kinerja dilakukan karena setelah dilakukan penilaian, nilai dari sub indikator menunjukkan hasil yang cukup besar. Hampir semua sub indikator memiliki nilai lebih dari 3. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai kendala dari kepuasan kinerja maupun kepentingan dari sub indikator tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan sumbu pembagi antara kriteria rendah dan tinggi didasarkan kepada nilai rata-ratanya. Apabila nilai suatu sub indikator kurang dari nilai rata-rata keseluruhan, maka sub indikator tersebut

dinilai „kurang‟. Hal sebaliknya pun demikian, apabila nilai suatu sub indikator lebih dari nilai rata-rata keseluruhan, maka sub indikator tersebut dinilai „tinggi‟. Secara jelas bangunan diagram cartesius tingkat kepentingan dan tingkat kinerja sub indikator manfaat program kolaboratif ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Nilai Kepentingan

Tinggi Prioritas Utama Pertahankan

Prestasi

Rendah Prioritas Rendah Kemungkinan

Berlebihan

Rendah Tinggi Kepuasan Kinerja

Sumber: Meng et al. (2011)

Gambar 2 Diagram Cartesius tingkat kepentingan dan kinerja

Keterangan dari diagram cartesius tersebut adalah sebagai berikut: a. Prioritas Utama (high importance & low performance)

Prioritas utama: kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh peserta program, tetapi kinerja dari program tersebut belum sesuai. Hal tersebut mengakibatkan atribut tersebut belum berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan peserta program kolaboratif GMP-PHBM. Oleh karena itu, penentu kebijakan perlu melakukan perbaikan pada atribut-atribut yang berada pada kuadran ini.

b. Pertahankan Prestasi (high importance & high performance)

Pertahankan prestasi: kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang kinerjanya sangat baik sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini menyebabkan atribut tersebut berpengaruh nyata terhadap kepuasan peserta program kolaboratif GMP-PHBM.

c. Prioritas Rendah (low importance & low performance)

Prioritas rendah: kuadran ini menunjukkan atribut yang dirasa kurang begitu penting untuk dilakukan. Kinerja atribut yang berada pada kuadran ini pun dirasa rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja.

d. Kemungkinan Berlebihan (low importance & high performance)

Kemungkinan berlebihan: kuadran ini menunjukkan atribut yang dirasa kurang penting namun memiliki kinerja yang sangat tinggi. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan peningkatan kinerja pada atribut yang berada pada kuadran ini karena akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumberdaya.

V

GAMBARAN UMUM