• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1.4 Inflow Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi menghitung manfaat-manfaat dan biaya-biaya dalam proyek dari segi pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan sebagai yang berkepentingan dalam proyek (Gray et al., 1988). Perbedaan antara analisis finansial dan ekonomi telah dijelaskan sebelumnya dalam tinjauan pustaka. Pada analisis ekonomi, manfaat dan biaya yang dihitung tidak hanya yang bersifat privat saja, namun juga memasukkan manfaat dan biaya yang bersifat sosial. Manfaat yang dihitung dari keberadaan program kolaboratif GMP-PHBM pada

Desa Warjabakti adalah manfaat privat dari pengusahaan kopi, serta tambahan manfaat sosial sebagai penyimpanan karbon oleh tanaman kopi, pengamanan tegakan hutan lindung, bagi hasil, dan upah yang diterima masyarakat melalui program kolaboratif GMP-PHBM. Manfaat sosial lain seperti perlindungan mata air dan perlindungan erosi tidak dihitung dalam penelitian ini karena nilai-nilai dari manfaat sosial tersebut belum terlihat secara signifikan. Hal tersebut mengakibatkan kurang lengkapnya data-data pendukung untuk menilai manfaat- manfaat sosial tersebut. Sementara untuk komponen biaya, biaya yang dihitung dari keberadaan program kolaboratif GMP-PHBM adalah biaya privat untuk investasi dan operasional, serta biaya sosial dari pendapatan petani yang hilang akibat peralihan komoditi yang diusahakan oleh petani.

Komponen inflow analisis ekonomi terdiri dari penerimaan dari penjualan buah kopi, dana sponsor dari Pertamina Foundation, nilai sisa, bagi hasil, upah yang diterima masyarakat, penyimpanan karbon oleh tanaman kopi, dan perlindungan tegakan hutan lindung. Penjelasan terhadap komponen penerimaan dari penjualan buah kopi, dana sponsor dari Pertamina Foundation, dan nilai sisa telah dijelaskan sebelumnya, sehingga komponen dalam inflow analisis ekonomi selain tiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Upah yang Diterima Masyarakat

Upah tenaga kerja dalam program kolaboratif GMP-PHBM terdiri dari jasa land clearing, pembuatan lubang, penanaman, penyulaman, pemupukan, pemangkasan, pemanenan, dan pengangkutan. Besaran nilai upah dari masing- masing komponen telah ditampilkan sebelumnya dalam Tabel 16 tentang rincian tenaga kerja beserta upahnya. Perhitungan upah yang diterima masyarakat didapatkan dari penjumlahan besaran upah dari setiap komponen jasa tenaga kerja setiap tahunnya. Hasil perhitungan lebih rinci dari upah yang diterima masyarakat ini dapat dilihat pada Lampiran 3 mengenai analisis ekonomi program kolaboratif GMP-PHBM.

2. Penyimpanan Karbon oleh Tanaman Kopi

Nilai penyimpanan karbon oleh tanaman kopi didapat dari perhitungan total cadangan karbon di atas permukaan tanah tanaman kopi dikalikan dengan harga karbon di pasar internasional. Besaran total cadangan karbon tanaman kopi

diambil dari penelitian Wibawa et al. (2010). Harga karbon sendiri di pasar internasional besarannya berbeda-beda. Harga karbon diambil dari harga karbon di China sebagai patokan untuk negara asia. Besaran harga karbon tahun 2015 dengan patokan negara China menurut Neslen (2015) adalah sebesar 6 US$ per ton. Apabila harga tersebut dikonversikan dengan nilai kurs April 2015 sebesar Rp 13.002, didapatkan harga karbon sebesar Rp 78.012/ton. Perhitungan secara rinci penyimpanan karbon oleh tanaman kopi dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 20 Penyimpanan Karbon oleh Tanaman Kopi

No Umur Kopi

(a)

Cadangan Karbon (Ton/ha/tahun) (b)

Harga (Rp /ton) (c) Total (Rp /ha/ tahun) (d=bxc) 1 1- 3 tahun 1,35 78.012 105.316 2 4-8 tahun 9,21 78.012 718.491 3 9-12 tahun 15,82 78.012 1.234.150 4 13-15 tahun 15,67 78.012 1.222.448 Sumber: Wibawa et al. (2010)

3. Perlindungan Tegakan Hutan Lindung

Pengusahaan ruang dalam hutan lindung melalui program kolaboratif GMP-PHBM menimbulkan manfaat sosial tersendiri bagi Perum Perhutani sebagai pemilik lahan dan masyarakat sekitar hutan lindung. Salah satu manfaat tersebut yakni perlindungan tegakan hutan lindung. Sebelum tahun 2008, sebelum adanya program PHBM tersebut, keamanan hutan menjadi tanggung jawab Perum Perhutani sendiri. Namun setelah adanya kerjasama pengusahaan ruang hutan lindung melalui program PHBM pada tahun 2008 antara Perhutani KPH Bandung Selatan dengan LMDH Taruna Bina Tani, tanggung jawab pengamanan hutan turut melibatkan masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam pengamanan hutan lindung pun bersifat sukarela, karena usaha masyarakat membutuhkan tegakan utama di hutan lindung sebagai tanaman naungan dalam pengusahaan kopi. Sebelum adanya program kolaboratif GMP-PHBM, terjadi pencurian lima buah tegakan pinus pada tahun 2010 yang terjadi di anak petak 27B, yang kini lokasi tersebut menjadi lokasi pelaksanaan program kolaboratif GMP-PHBM. Menurut kepala RPH Logawa, semenjak adanya program kolaboratif GMP-PHBM dari tahun 2012 sampai tahun 2015 tidak pernah terjadi lagi kasus pencurian tegakan dalam hutan lindung Desa Warjabakti.

Nilai perlindungan tegakan hutan lindung didapat dengan menggunakan asumsi program kolaboratif GMP-PHBM dapat mencegah kejadian pencurian tegakan hutan lindung tersebut terulang setiap tahunnya dimulai dari awal pelaksanaan program. Nilai rata-rata kerugian akibat pencurian tegakan hutan lindung Desa Warjabakti setiap tahunnya didapat dengan menggunakan metode

market price. Kerugian sebesar Rp 469.000 terjadi akibat kejadian pencurian pada anak petak 27B. Nilai tersebut dihimpun dari data kerugian bagi RPH Logawa akibat pencurian tersebut, seperti yang ditampilkan pada Tabel 21. Harga kerugian tegakan pinus tersebut ditetapkan oleh RPH Logawa yang menjabat saat kejadian, sehingga tidak diperoleh data harga yang pasti. Berdasarkan data RPH Logawa, anak petak 27B memiliki luas sebesar 5 hektar. Penelitian ini menggunakan analisis dalam satuan hektar, sehingga nilai perlindungan tegakan hutan lindung tersebut dikonversikan kepada satuan nilai per hektar. Setelah dilakukan konversi, didapatkan nilai sebesar Rp 93.800/ha/tahun. Berikut data pencurian tegakan hutan lindung yang terjadi pada anak petak 27B pada tahun 2010.

Tabel 21 Rata-Rata Pencurian Tegakan Hutan Lindung Warjabakti

No Nomor Tunggak Nilai Kerugian (Rp)

1 Tunggak Pinus 1 95.000

2 Tunggak Pinus 2 90.000

3 Tunggak Pinus 3 110.000

4 Tunggak Pinus 4 80.000

5 Tunggak Pinus 5 94.000

Total Kerugian (Rp/tahun) (a) 469.000

Luas Anak Petak 27B (ha) (b) 5

Total Kerugian (Rp/ha/tahun) (c = a/b) 93.800

Sumber: RPH Logawa (2010)

4. Bagi Hasil

Bagi hasil merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk memberikan hak pihak lain yang persentasenya sudah diatur dalam program GMP dan program PHBM. Bagi hasil dalam analisis ekonomi merupakan social benefit yang diterima oleh masyarakat. Besaran persentase masing-masing skema tersebut telah dijelaskan sebelumnya dalam analisis finansial. Hasil perhitungan lebih rinci dari biaya bagi hasil ini dapat dilihat pada Lampiran 3 mengenai analisis ekonomi program kolaboratif GMP-PHBM.