• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Diagram Pareto Mutu Ikan Tenggiri

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.7 Analisis Diagram Pareto Mutu Ikan Tenggiri

Analisis diagram pareto digunakan untuk menghitung jumlah kriteria ketidaksegaran dominan yang terdapat pada ikan tenggiri. Kriteria ketidaksegaran dominan merupakan salah satu faktor penyebab turunnya kualitas ikan. Turunnya kualitas ikan disebabkan oleh penanganan yang kurang baik oleh nelayan maupun faktor lain. Menurunnya kualitas ikan akan mempengaruhi harga ikan yang berdampak kepada pendapatan nelayan dan pendapatan daerah.

Menurut Herjanto (2007), mutu merupakan faktor penting dalam rangka memasuki dan memperoleh pangsa pasar. Ikan yang berkualitas baik sangat diminati oleh konsumen. Melalui pengamatan dan hasil wawancara dengan nelayan, kriteria ketidaksegaran yang dominan terdapat pada ikan tenggiri yaitu kerusakan pada bagian insang, hal ini disebabkan karena insang ikan yang tersangkut pada alat tangkap.

Kriteria ketidaksegaran dominan dapat diketahui melalui analisis diagram pareto dengan bantuan kertas periksa (checksheet). Nasution (2004) mengemukakan kertas periksa (checksheet) adalah suatu piranti yang paling mudah untuk menghitung seberapa sering sesuatu atau masalah terjadi. Data yang telah dikumpulkan dan dicatat dalam kertas periksa dapat dianalisis dengan memasukkan data tersebut ke dalam grafik seperti pareto chart (Nasution, 2004). Tabel 12 Checksheet ketidaksesuaian atau cacat pada ikan tenggiri

Jenis ikan: Tenggiri Pengambilan data : Januari - Februari 2012

Tempat penelitian : PPI Karangsong

Proses : Pengamatan di TPI

Total pengecekan : 185 ekor Nama : Hotnaida Saragih

Tipe cacat Check Subtotal

Daging perut lembek IIII IIII 9

Kornea mata agak keruh IIII 4

Insang rusak dan berlendir IIII IIII IIII 15

Warna insang coklat IIII 5

Mata merah IIII II 7

Bau II 2

Total 42

Tabel 12 menunjukkan kriteria ketidaksegaran yang terjadi pada ikan tenggiri dengan menggunakan checksheet. Pengamatan dilakukan 10 kali proses dengan jumlah ikan total yang diamati yaitu 180 ekor ikan tenggiri, dengan 30 kali pengulangan. Jumlah kriteria ketidaksegaran yang ada dari keseluruhan ikan yang diamati melalui uji organoleptik yaitu 42 ekor ikan. Diagram pareto memudahkan kita dalam menghitung jumlah kriteria ketidaksegaran yang dominan sampai jumlah cacat yang paling sedikit. Hasil analisis checksheet akan diurutkan dari jumlah yang paling banyak sampai yang paling sedikit. Selesai diurutkan berdasarkan jumlah maka akan dihitung persentase cacatnya. Hasil perhitungan tersebut akan dimasukkan ke dalam diagram pareto. Hasil diagram

pareto akan membantu nelayan untuk menentukan penanganan apa yang paling diutamakan dalam menjaga kualitas ikan. Nelayan juga dapat melakukan perbaikan proses dalam mencegah kerusakan yang mengurangi jumlah cacat dan memperlambat penurunan kualitas pada ikan.

Perhitungan terhadap jumlah kriteria ketidaksegaran pada diagram pareto yaitu mencari nilai persentase dan persentase cacat kumulatif. Nilai pesentase cacat dan persentase kumulatif ikan tenggiri dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah ini.

Tabel 13 Perhitungan diagram pareto untuk ikan tenggiri

Tipe cacat jumlah cacat

(ekor) Jumlah Kumulatif Persentase cacat (%) Persentase Kumulatif (ekor) (%)

Insang rusak dan berlendir

15 15 35,71 35,71

Daging perut agak lembek

9 24 21,42 57,13

Mata merah 7 31 16,67 73,80

Warna insang coklat 5 36 11,92 85,72

Kornea mata agak keruh 4 40 9,52 95,24

Bau 2 42 4,76 100

Total 42 188 100

Diagram pareto menggambarkan persentase cacat dan persentase kumulatif cacat yang menyebabkan mundurnya kesegaran ikan, dari kiri ke kanan menunjukkan tipe cacat yang dominan sampai cacat yang paling sedikit. Tipe cacat dominan jika mengacu pada Ishikawa (1989), yaitu insang rusak dan berlendir, daging perut agak lembek dan mata merah.

Hal ini disebabkan ikan tersangkut di jaring pada saat ikan tertangkap, selain itu insang juga merupakan alat mengambil oksigen dari air. Ikan mati maka peredaran darah ikan akan berhenti, sehingga pembusukan ikan berawal dari insang ikan. Tipe cacat daging perut agak lembek disebabkan oleh penyimpanan di palka kapal yang terlalu lama dan tertindih ikan oleh ikan lain. Kerusakan pada daging ikan bisa terjadi karena ikan terkena sinar matahari dan ikan yang tertangkap terlalu lama di jaring. Ikan yang paling bawah biasanya mengalami cacat pada bagian daging seperti daging pecah hal ini disebabkan ikan yang paling bawah tertindih oleh ikan yang berada di atasnya sehingga benturan atau tekanan terhadap ikan harus diminimalisir agar daging ikan tetap dalam keadaan baik. Kemunduran kualitas ikan tergantung pada jenis ikan dan ukuran ikan. Ukuran ikan yang kecil akan lebih cepat mengalami kemunduran kualitas dibanding ikan yang berukuran lebih besar.

5.8 Analisis Diagram Sebab Akibat Mutu Ikan Tenggiri

Diagram sebab akibat ini digunakan untuk mengidentifiksai apa penyebab utama mundurnya kualitas ikan atau mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah penurunan kualitas ikan. Penyebab kemunduran kualitas tidak hanya dilihat dari segi penanganan diatas kapal. Analisis ini mencari penyebab kemunduran kualitas ikan dapat dari beberapa faktor yaitu metode kerja, manusia (nelayan), teknologi, dan lingkungan. Menurut Herjanto (2006) menyebutkan mutu dinilai dari penampilan dikatakan bermutu apabila memiliki harga yang mahal dan lebih menarik daya beli konsumen. Hal di atas menyarankan untuk lebih menjaga kualitas ikan agar memiliki daya jual yang tinggi dan diminati oleh konsumen, sehingga perlu dilakukan analisis mengenai perbaikan-perbaikan terhadap proses yang mengakibatkan kemunduran kualitas ikan.

Diagram sebab akibat membantu menemukan faktor penyebab mundurnya kualitas ikan tenggiri di PPI Karangsong. Setelah faktor penyebab mundurnya

kualitas telah dianalisis maka dilakukan perbaikan proses untuk meningkatkan perbaikan kualitas. Perbaikan terhadap proses perlu dilakukan untuk menghadapi lingkungan pasar yang selalu berubah terutama terhadap konsumen. Perbaikan kualitas meningkatkan daya beli dan daya saing dan juga memuaskan para konsumen.

Masih rendah Penggunaan es curah

masih rendah

tidak dilakukan

tidak berdasarkan ukuran

tidak diperhatikan

lantai dek kotor kesegaran terjaga

merusak ikan

Gambar 17 Diagram sebab akibat kemunduran mutu pada ikan tenggiri saat penangkapan sampai didaratkan

1) Manusia atau nelayan

Manusia atau nelayan adalah salah faktor utama yang mempengaruhi kualitas ikan. Menurut Nasution (2004), sumberdaya manusia selain merupakan asset yang paling dominan dalam organisasi, juga sebagai pemasok internal yang sangat berperan dalam menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas. Penyebab kemunduran kualitas ikan di PPI Karangsong yaitu nelayan karangsong belum memiliki keterampilan bagaimana penanganan ikan yang baik di atas kapal, karena nelayan Karangsong memiliki pendidikan yang rendah. Nelayan Karangsong kebanyakan lulusan SD saja. Penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan Karangsong hanya berdasarkan pengalaman melaut. Kesalahan dalam penanganan yang dilakukan oleh nelayan maka akan mempengaruhi kualitas ikan. Kualitas ikan yang baik tergantung pada nelayan yang menangani ikan, sehingga sangat dibutuhkan adanya pembinaan dari pihak pelabuhan ataupun unit

Kemunduran kualitas ikan

Manusia/Nelayan Metode kerja

Lingkungan Teknologi Keterampilan Pendidikan Pencucian Penyimpanan ikan kebersihan Sanitasi Freezer Ganco

pengolahan ikan untuk memberikan penyuluhan kepada nelayan karangsong dalam hal menjaga mutu dan kualitas ikan.

Faktor manusia atau nelayan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kemunduran kualitas ikan. Ikan yang memiliki kualitas baik atau buruk tergantung penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan di atas kapal maupun di pelabuhan. Mutu tidak hanya semata-mata menjadi tanggungjawab bagian produk tetapi juga tanggungjawab semua pihak (Herjanto, 2006). Berbeda dengan pengamatan yang dilakukan di lapangan, nelayan PPI Karangsong belum memperhatikan mutu ikan dengan pendidikan yang rendah dan keterampilan yang sangat rendah, nelayan hanya melakukan pengananan berdasarkan pengalaman melaut saja tidak sesuai dengan prosedur dan kaidah yang berlaku.

2) Metode kerja

Metode kerja atau penanganan yang dilakukan oleh nelayan sangat mempengaruhi mutu ikan. Penanganan yang baik dan tepat dapat dilihat dari penanganan ikan setelah ikan tertangkap. Pencucian ikan tidak dilakukan oleh nelayan, ikan yang tertangkap dinaikkan ke atas dek kapal dan langsung disusun ke dalam palka kapal. Menurut (Wibowo dan Yunizal, 1998) setelah ikan ditangkap seharusnya dilakukan pencucian ikan untuk menghilangkan kotoran yang ada, termasuk darah dan lendir ikan. Air yang digunakan didinginkan dengan es dan tempat yang digunakan harus bersih. Sebaiknya ikan yang rusak fisik misalnya pecah perut dipisahkan dengan ikan yang masih bagus. Kendala dalam masalah penyimpanan adalah nelayan tidak melakukan pemisahan ikan yang bermutu baik dan tidak baik. Penyusunan ikan ke dalam palka yang tidak baik akan menyebabkan ikan satu dan ikan yang lainnya mengalami benturan, sehingga ikan menyebabkan kerusakan fisik pada ikan seperti perut pecah, tubuh ikan terluka. Perlakuan-perlakuan yang menyebabkan kerusakan fisik pada ikan seperti terinjak dan tergencet, perlakuan kasar dan terpaan panas matahari harus dihindari (Wibowo dan Yunizal, 1998). Metode kerja oleh nelayan masih sangat sederhana dan tradisional oleh nelayan PPI Karangsong masih menghasilkan kualitas ikan yang baik.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pembusukan ikan. Faktor lingkungan biasanya suhu, kelembaban, kebersihan lingkungan, sanitasi, tempat kerja, sarana dan prasarana, kebersihan air dan bahan lain yang digunakan (Wibowo dan Yunizal, 1998). Lingkungan yang bersih dan tidak terkontaminasi sangat baik untuk kesegaran ikan. Suhu yang terlalu tinggi dan sinar matahari yang mengenai hasil tangkapan akan menyebabkan mundurnya kualitas ikan. Ikan yang disortir tidak dicuci dengan air bersih melainkan dicuci dengan menggunakan air kolam pelabuhan. Kendala pencucuian ikan menggunakan air kolam karena terbatasnya persediaan air bersih. Lingkungan yang kotor terdapat kuman dan bakteri yang akan masuk ke dalam tubuh ikan melalui permukaan kulit dan akan mempercepat mundurnya kualitas ikan.

Kebersihan lingkungan TPI merupakan faktor penting dalam keamanan mutu ikan, ikan mudah terkontaminasi dengan kotoran dan bakteri. Kotoran dan bakteri dapat mempercepat pembusukan ikan. Lantai TPI Karangsong kotor dengan tumpahan darah ikan dan masih terlihat adanya genangan air. Kesadaran akan kebersihan dan pengawasan kualitas hasil tangkapan terhadap kebersihan lantai tempat pelelangan ikan masih sangat rendah. Hal ini akan mempercepat kemunduran mutu ikan, karena masuknya bakteri ke dalam tubuh ikan. Bakteri akan menyerang tubuh ikan mulai dari insang atau luka yang terdapat pada kulit ikan menuju jaringan ikan dan dari permukaan kulit menuju jaringan tubuh bagian dalam (Anonymous, 2012). Kondisi ini sangat memprihatinkan terhadap mutu ikan, sehingga sangat diperlukan pembinaan terhadap nelayan Karangsong agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempercepat pembusukan ikan. Nelayan perlu mendapat penyuluhan agar lebih memperhatikan dan mengutamakan kualitas ikan. Perbaikan-perbaikan proses harus dilakukan oleh semua pihak pelabuhan agar menghasilkan ikan dengan mutu bagus sehingga sesuai dengan karakteristik produk yang diinginkan pelanggan ataupun konsumen. Produk yang aman adalah produk yang bebas dari penyakit dan bakteri.

4) Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam menjaga kualitas ikan tenggiri di PPI Karangsong yaitu kapal yang dilengkapi dengan freezer untuk membekukan ikan

tetapi tidak semua kapal dilengkapi dengan freezer. Penggunaan freezer pada kapal sangat menjaga kesegaran ikan. Ikan yang di daratkan oleh kapal yang menggunakan freezer memiliki kualitas baik dan layak untuk dikonsumsi. Penggunaan gancu berfungsi untuk memecahkan es, apabila nelayan tidak hati-hati dalam menggunakan gancu maka dapat melukai tubuh ikan. Akar permasalah yaitu penggunaan gancu yang tidak bersih masih kurang diperhatikan oleh nelayan di PPI Karangsong. Pembongkaran ikan dilakukan oleh nelayan, dengan masuk ke dalam palka kapal. Kondisi demikian dapat mengakibatkan kerusakan fisik pada ikan, seperti menginjak ikan yang menyebabkan tubuh ikan pecah dan sebagainya. Proses penyortiran ikan nelayan PPI Karangsong tidak memperhatikan cuaca, walaupun ikan terkena panas matahari nelayan tetap melakukan penyortiran, penutupan ikan dengan terpal basah agar tidak terkena panas matahari tidak dilakukan oleh nelayan, hal demikian sangat berpengaruh terhadap proses kemunduran ikan.

5.9 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keadaan ikan tenggiri yang didaratkan di PPI Karangsong masih dalam batas pengendalian. Pengendalian yang dilakukan oleh nelayan yaitu pengawetan dengan cara pembekuan. Menurut DKP (2008), pengendalian atas penurunan ikan ada tiga cara yaitu kehati-hatian dalam penanganan, kebersihan dan menjaga produk agar tetap dingin. Pembekuan merupakan salah satu proses memperlambat kemunduran kesegaran ikan. Menurut Ilyas (1993), tujuan dari pembekuan ikan adalah mempertahankan sifat-sifat mutu tinggi ikan dengan teknik penarikan panas secara efektif dari ikan agar suhu ikan rendah.

Produk perikanan merupakan salah satu produk yang cepat mengalami proses kemunduran mutu atau pembusukan, sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Penanganan dilakukan nelayan PPI Karangsong untuk ikan tenggiri masih secara tradisional. Penanganan dilakukan dengan cara pengawetan dan pengesan. Pengawetan dilakukan dengan cara pembekuan untuk kapal yan telah dilengkapi teknologi freezer, sedangkan kapal yang belum dilengkapi freezer pengawetan dilakukan dengan cara pengesan. Pengawetan ikan menggunakan bongkahan es yang sering disebutkan dengan pendinginan fisis (Mulyadi, 2009).

Cara yang paling penting dalam menjaga kualitas ikan adalah menjaga agar suhu ikan tetap dingin. Suhu merupakan faktor yang paling penting yang mengendalikan perkembangbiakan bakteri. Menurut Mulyadi (2009) sebelum dimasukkan ke dalam peti atau palka terlebih dahulu dibuat bongkahan es agar ikan tidak bersentuhan dengan dasar palka. Hal ini dilakukan untuk mengurangi gesekan yang menyebabkan cacat fisik pada tubuh ikan.

Penanganan primer berupa pembuangan isi perut, pencucian, pengepakan dalam cool box berdasarkan spesis ikan tidak dilakukan nelayan. Hal ini bertujuan agar penangkapan ikan lebih efektif dan efisien. Walaupun penanganan ikan yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur DKP, tetapi ikan yang didaratkan di PPI masih layak untuk dikonsumsi. Menurut SNI (1992), ikan dikatakan mutu sedang jika memiliki nilai organoleptik 4-6. Hasil pengamatan organoleptik yang dilakukan untuk ikan tenggiri di PPI Karangsong masih tergolong dalam ikan segar, nilai rata-rata ikan tenggiri yaitu 6 sehingga masih termasuk dalam kualitas sedang dan layak untuk dikonsumsi.

Ikan dikatakan berkualitas jika terhindar dari kerusakan, tidak mengandung histamin dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan ikan memiliki kualitas yang baik adalah agar ikan memiliki harga yang tinggi, disukai oleh konsumen dan menjadi jaminan keamanan pangan, karena kualitas menjadi salah satu tolak ukur konsumen dalam membeli suatu produk.

Menurut Crocker et al (2007), diagram pareto dipergunakan untuk menunjukkan bagaimana kaitan suatu unsur tertentu dengan seluruh persoalan. Persoalan tersebut meliputi beberapa cacat yang menyebabkan mundurnya kualitas ikan tenggiri. Cacat yang paling berpengaruh terhadap mundurnya mutu ikan disebut cacat dominan. Mengacu pada Ishikawa (1989) yang menjadi cacat dominan adalah faktor yang bersama-sama mengusai 70%-80% yaitu terdapat pada tipe cacat insang rusak dan berlendir, daging perut agak lembek dan mata merah. Penyebab utama kerusakan insang tersebut yaitu karena ikan yang tersangkut pada alat tangkap gillnet, perlakuan nelayan pada saat melepaskan ikan dari alat tangkap. Ketidakhati-hatian melepas ikan dari jaring akan merusak insang ikan sehingga mempengaruhi penampilan ikan. Penampilan ikan yang baik, memiliki warna yang cemerlang dan tidak terdapat cacat fisik pada ikan.

Tipe cacat daging ikan agak lembek dikarenakan penyusunan ikan ke dalam palka yang tidak baik, mengakibatkan ikan mengalami benturan atau tertindih oleh ikan lain. Cacat dominan inilah yang menjadi tugas nelayan dalam perbaikan proses dari awal sampai akhir produksi.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas ikan pada saat penangkapan yaitu nelayan, metode kerja, lingkungan dan teknologi. Nelayan merupakan orang pertama dan berhubungan langsung setelah ikan ditangkap. Nelayan juga merupakan faktor penentu kualitas ikan. Rendahnya pendidikan dan keterampilan nelayan menjadi salah satu faktor menurunnya kualitas ikan dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman dalam penanganan ikan. Salah satu cara pencegahan kemunduran ikan yaitu dengan cara pengawetan yaitu penyimpanan beku (Uju, 2006). Penanganan ikan dilakukan hanya memasukkan ikan ke dalam palka dengan memberikan es curah tanpa melakukan pencucian ikan dan pembuangan isi perut ikan. Hambatannya yaitu tidak diadakannya penyuluhan kepada nelayan dari pihak pelabuhan Karangsong mengenai pentingnya pengawasan terhadap mutu ikan.

Kualitas ikan tidak terlepas dengan kebersihan peralatan yang digunakan oleh nelayan. Kebersihan merupakan faktor penting dalam pengawasan kualitas ikan. Ikan yang berkualitas adalah ikan yang aman untuk dikonsumsi. Lingkungan yang tidak bersih akan mempengaruhi penurunan kualitas ikan melalui bakteri dan kuman. Salah satu ikan yang terkena bakteri akan menyebabkan ikan lainnya terkena infeksi bakteri dan kuman. Kendala dalam kebersihan yaitu nelayan melakukan sortir ikan di lantai dek yang kotor dan peralatan yang digunakan, seperti keranjang tempat ikan yg tidak bersih.

Metode penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan PPI Karangsong tidak sesuai dengan prosedur DKP. Penanganan ikan di atas kapal dilakukan oleh nelayan sangat sederhana dan hanya memerlukan waktu yang singkat. Ikan tertangkap langsung dimasukkan ke dalam palka tanpa dilakukan pemisahan sesuai jenis, mutu dan ukuran ikan, dan diberi es untuk memperlambat kemunduran ikan. Penggunaan es sangat efektif untuk menghambat kemunduran ikan. Kendala dalam penyimpanan ikan ke palka yaitu terjadinya benturan antar ikan yang menyebabkan cacat fisik pada ikan.

Teknologi yang digunakan nelayan PPI Karangsong dalam pencegahan kemunduran ikan yaitu penggunaan freezer pada kapal. Penggunaan freezer dapat menjaga mutu ikan sampai ikan tersebut didaratkan. Kendala dalam teknolgi yaitu penggunaan gancu akan menyebabkan kerusakan pada ikan. Ketidakhati-hatian dalam penggunaan gancu akan mengenai tubuh ikan. Ikan akan mengalami cacat fisik seperti sobek pada bagian tubuh ikan. Ikan yang cacat akan mempermudah masuknya bakteri melalui tubuh ikan sehingga kemunduran ikan akan semakin cepat terjadi.

Kualitas ikan tenggiri harus diperhatikan karena mempengaruhi harga. Kualitas merupakan faktor penting dalam meningkatkan daya saing produk. Sistem kualitas berorientasi pada pencegahan kerusakan tetapi hal yang baik, yaitu tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan. Nelayan Karangsong belum memiliki kesadaran akan pentingnya kualitas ikan. Nelayan fokus pada penangkapan dan pelelangan ikan untuk memenuhi kehidupan keluarga sehari-hari. Oleh karena itu nelayan PPI Karangsong seringkali mengabaikan permasalah kualitas ikan.

Untuk mengatasi permasalah penyebab kemunduran ikan yang ada di PPI Karangsong maka ada baiknya dilakukan perbaikan seperti:

1) Pihak PPI Karangsong memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada nelayan terkait masalah penanganan ikan yang baik dan kebersihan dalam pengawasan kualitas ikan;

2) Pemerintah memfasilitasi nelayan sarana dan prasarana dalam menjaga mutu ikan;

3) Pihak PPI Karangsong menyediakan gudang khusus tempat sortir ikan di ruangan tertutup.

Ikan tenggiri didistribusikan ke pasar sekitar Indramayu, Bandung, Majalengka dan Jakarta. Distribusi ke daerah Jakarta yaitu ke pelabuhan Muara Angke untuk ekspor dan memenuhi kebutuhan konsumen di Jakarta dan perusahaan pengolahan. Kendala dalam pendistribusian ikan tenggiri yaitu keadaan jalan berlubang dan sempit. Keadaan jalan yang seperti ini menyebabkan ketidaknyamanan para pembeli. Untuk konsumen dan pedagang kecil kendala yang dihadapi yaitu transportasi umum menuju PPI Karangsong.

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1) Penanganan ikan tenggiri di PPI Karangsong oleh nelayan masih dalam batas kendali karena proporsi ketidaksegaran ikan masih berada pada wilayah batas kendali;

2) Hasil pengamatan uji organoleptik menunjukkan kualitas ikan tenggiri yang didaratkan di PPI Karangsong masih tergolong agak segar (baik) dan layak untuk dikonsumsi, karena memiliki nilai organoleptik rata-rata 6.

3) Faktor utama penyebab kriteria ketidaksegaran pada ikan tenggiri di PPI Karangsong disebabkan oleh penanganan yang dilakukan nelayan, pencucian ikan tidak dilakukan, penyimpanan ikan ke dalam palka tidak sesuai ukuran ikan, penggunaan ikan sebagai alat bantu pemecah es dan lingkungan kotor. Hal ini disebabkan pengetahuan dan keterampilan nelayan yang masih rendah akan pentingnya kualitas ikan;

4) Tipe kriteria ketidaksegaran dominan pada ikan tenggiri adalah insang rusak dan berlendir sebesar 35,71%, daging lembek sebesar 21,42%, dan mata merah sebesar 16,67%. Akumulasi dari ketiga tipe cacat tersebut mencapai 73,80% dari total tipe cacat yang ada.

6.2 Saran

1) Kebersihan TPI PPI Karangsong perlu ditingkatkan lagi agar ikan tidak terkontaminasi dengan kotoran dan bakteri yang ada di lantai TPI, sehingga mutu ikan bisa dijaga kualitasnya.

2) Pencucian ikan dilakukan dengan air bersih dan penyusunan ke dalam palka sesuai dengan ukuran dan jenisnya;

3) Perlu dilakukan penyuluhan sebagai wadah sosialisasi untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan nelayan mengenai pentingnya kualitas ikan.

Dokumen terkait