• Tidak ada hasil yang ditemukan

Operasi Penangkapan Ikan dan Hasil Tangkapan .1 Operasi penangkapan ikan

DAFTAR PUSTAKA

5.3 Operasi Penangkapan Ikan dan Hasil Tangkapan .1 Operasi penangkapan ikan

Daerah operasi penangkapan ikan tenggiri yang dilakukan oleh nelayan Karangsong yaitu di Lautan Natuna, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, perairan sekitar Karangsong dan Indramayu. Penangkapan ikan di daerah tersebut tergantung dari musim. Nelayan hanya melakukan penangkapan di satu daerah yang memiliki musim ikan yang baik. Sebelum melakukan trip penangkapan nelayan terlebih dahulu melakukan perbaikan alat tangkap, mempersiapkan semua perbekalan melaut meliputi bahan makanan, minuman untuk ABK dan lain-lain. Kebutuhan operasional untuk melakukan operasi penangkapan yaitu solar sekitar 5000-6000 liter dan es untuk mengawetkan ikan sekitar 300-400 balok es. Biaya perbekalan untuk ransum untuk sekali melaut sekitar Rp 6.000.000,00 – Rp 8.000.000,00.

Sebagian kapal di PPI Karangsong telah dilengkapi freezer sehingga tidak memerlukan kebutuhan es lagi, tetapi masih didominasi kapal yang tidak menggunakan freezer. Lama melaut membutuhkan waktu sekitar 30 sampai 40 hari termasuk perjalan ke fishing ground dan kembali ke fishing base. Dalam sekali trip biasanya nelayan gillnet melakukan setting sebanyak 20 sampai 25 kali. Musim barat, nelayan Karangsong tetap melakukan operasi penangkapan, sehingga TPI PPI Karangsong tetap melakukan aktivitas lelang seperti biasanya. Nelayan kembali ke fishing base apabila hasil tangkapan banyak dengan kata lain palka kapal telah penuh atau perbekalan mereka tidak mencukupi untuk melakukan penangkapan lagi. Waktu setting untuk alat tangkap gillnet dilakukan pada sore hari sekitar jam 16.00 sampai malam hari. Saat setting nahkoda kapal beristrahat. Selama menunggu penarikan jaring ABK kapal beristrahat, sekitar jam 02.00 dini hari penarikan jaring dilakukan oleh ABK dan juga nahkoda kapal.

Hauling dilakukan apabila kondisi ikan sudah mati jika ikan yang tertangkap di jaring belum mati maka jaring akan diturunkan lagi, hal ini dilakukan agar kesegaran ikan tidak cepat mengalami kemunduran. Perlawanan

ikan mengakibatkan ikan cepat busuk. Ikan yang tertangkap akan segera dimasukkan ke dalam palka dan disusun secara rapi. Ikan yang memiliki ukuran besar seperti marlin diletakkan di bagian bawah sedangkan ikan kecil dan ikan yang memiliki harga ekonomis penting diletakkan di bagian atas agar tidak rusak. Ikan yang disusun di palka kapal diberi es dan di atas es disusun ikan selapis dan diberi es lagi dan seterusnya sampai selesai.

5.3.2 Hasil tangkapan

Hasil tangkapan ekomomis penting yang didaratkan di PPI Karangsong yaitu ikan-ikan pelagis besar seperti tenggiri, tuna, cakalang , tongkol dan untuk ikan demersal besar yaitu kakap. Hasil tangkapan sampingan yaitu hiu, pari, remang, layaran atau marlin. Ukuran ikan yang tertangkap yang di daratkan di PPI Karangsong khusus tenggiri adalah ikan yang layak tangkap, rata-rata panjang ikan tenggiri yang didaratkan berukuran 60 sampai 105 cm dengan bobot 3 sampai 10 kg.

Menurut Dinas Perikanan Kelautan Kabupaten Indramayu (2005), jumlah hasil tangkapan yang didaratkan dan dilelang di PPI Karangsong untuk setiap bulannya cukup stabil. Hasil tangkapan yang di daratkan per hari sekitar 21,74 ton. Data yang diperoleh dari Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Sumitra bahwa hasil tangkapan yang didaratkan di TPI PPI Karangsong yaitu layang, bawal hitam, kembung, selar, tembang, tongkol, talang-talang, lemuru, layaran, tenggiri, cumi-cumi, alamko, gatet, mayung, remang, cucut, pari, kakap putih, blidah, kakap merah, dan ikan campur. Jenis hasil tangkapan yang di daratkan di TPI PPI Karangsong yang paling dominan adalah ikan tenggiri dan tongkol yang juga merupakan ikan yang bernilai ekonomis penting, dimana harga untuk tenggiri relatif stabil dan mahal.

5.4 Penanganan Ikan Tenggiri

5.4.1 Penanganan ikan tenggiri di atas kapal

Penanganan ikan di atas kapal yang dilakukan nelayan PPI Karangsong masih sederhana. Ikan perlu mendapat penanganan untuk menjaga mutu ikan sampai ikan didaratkan di pelabuhan. Penanganan ikan yang dilakukan di atas kapal mulai dari ikan tertangkap sampai ikan di daratkan di TPI akan diilustrasikan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5 Penanganan ikan tenggiri di atas kapal

Penyimpanan ikan ke dalam palka yang dilakukan nelayan kurang baik, karena penyimpanan hasil tangkapan tidak dipisahkan berdasarkan jenis, ukuran dan tingkat kesegaran ikan. Kondisi ini dikarenakan nelayan PPI Karangsong tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya menjaga mutu ikan. Nelayan hanya mengutamakan penangkapan ikan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan mutu ikan. Penyimpanan ikan ke dalam palka dilakukan secara berlapis, ikan disusun diberi es lalu di atas es tersebut disusun ikan diberi es begitu seterusnya sampai palka kapal penuh. Berbeda dengan kapal yang dilengkapi freezer, ikan terlebih dahulu dimasukkan ke palka satu dimana palka satu berfungsi sebagai pembeku ikan. Ikan yang beku di palka satu dimasukkan ke palka dua untuk didinginkan. Ikan tersebut juga disusun rapi sama halnya seperti kapal yang tidak menggunakan freezer. Penanganan di atas kapal yang harus diperhatikan oleh nelayan selain pengesan, kebersihan wadah dan tempat untuk menyimpan ikan juga perlu diperhatikan. Penggunaan es bertujuan menurunkan suhu ikan, selain itu juga memperlambat proses pembusukan dan mencegah terjadinya kerusakan (kemunduran mutu) ikan yang disebabkan oleh aktivitas enzim dan pertumbuhan bakteri (Nujanah dan Abdullah, 2010). Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi bakteri sehingga kerusakan dapat dihindari (Hadiwoyoto, 1993).

Menurut DKP (2008), pengendalian penurunan kualitas ada 3 cara utama untuk memperlambat penurunan kualitas pada ikan yaitu:

1) Kehati-hatian dalam penanganan; 2) Kebersihan; dan

3) Menjaga produk agar tetap dingin.

Ikan Tenggiri

Hauling ikan ke atas kapal

Penyimpanan ikan ke palka

Pentingnya kehati-hatian dalam penanganan tidak dapat dipungkiri karena adanya bakteri pembusuk dapat masuk melalui sayatan dan abrasi yang terjadi selama penanganan, sehingga mempercepat pembusukan. Penanganan akan menjamin kualitas produk yang lebih besar dan tinggi. Kebersihan bertujuan untuk menghilangkan lendir dan membuang isi perut, sumber-sumber pencemaran bakteri yang utama hilang sedangkan higienis menjamin bahwa ikan tidak akan tercemar dari sumber-sumber luar. Hal yang paling penting yaitu menjaga produk agar tetap dingin karena dengan penurunan suhu maka dapat memperlambat proses kemunduran kualitas ikan.

Menurut DKP (2008), penanganan ikan yang tepat di atas kapal yaitu: 1) Persiapan ikan sebelum penyimpanan, dilakukan pendinginan ikan

mungurangi suhu dan pengeluaran isi perut ikan untuk mengurangi resiko pembusukan oleh aktivitas bakteri dan enzim;

2) Penyortiran, untuk jenis ikan yang diolah penting untuk dipisahkan dan ikan kecil juga harus dipisahkan dengan ikan yang besar;

3) Pengeluaran isi perut, tujuan pengeluaran isi perut untuk menyingkirkan bagian utama penyebab pembusukan. Pengeluaran isi perut digunakan dengan pisau yang bersih dan tajam menghasilkan potongan yang bersih; 4) Pengeluaran darah, untuk spesies berdaging putih menghasilkan filet yang

lebih putih untuk konsumen;

5) Pencucian, ikan harus dicuci setelah pengeluaran isi perut dengan menggunakan air laut atau air tawar. Pencucian bertujuan untuk menyingkirkan sisa-sisa darah dan isi perut dan beberapa bakteri dari kulit, membersihkan lapisan lendir yang ada pada ikan.

Proses penanganan ikan di atas kapal oleh nelayan PPI Karangsong untuk ikan tenggri tidak mendapatkan penanganan primer seperti pembuangan isi perut dan insang. Penanganan primer sangat dibutuhkan untuk menjaga kesegaran ikan. Kondisi ikan tenggiri yang di daratkan di PPI Karangsong tidak semuanya memiliki kualitas dan kesegaran yang layak untuk diekspor, karena nelayan tidak mengikuti prosedur penanganan di atas kapal seperti yang telah ditetapkan oleh departemen kelautan dan perikanan. Ikan yang ditangkap masih dalam keadaan utuh sampai didaratkan dan dilelang di tempat pelelangan ikan.

5.4.2 Penanganan ikan di TPI

Penanganan ikan di TPI dilakukan pagi hari. Nelayan melakukan pembongkaran ikan untuk mencegah kemunduran kualitas ikan. Ikan yang dibongkar dari palka diletakkan di lantai dek kapal untuk dicuci dan diseleksi berdasarkan jenis, kualitas dan ukurannya. Ikan yang diseleksi dimasukkan ke dalam keranjang. Ikan yang telah diseleksi diangkut ke TPI oleh nelayan pengangkut dengan cara dipikul. Ikan tersebut ditimbang kemudian diletakkan di lantai TPI untuk dilelang.

Penyortiran ikan dilakukan oleh ibu-ibu nelayan sedangkan untuk pembongkaran dan pengangkutan ikan dilakukan oleh ABK kapal itu sendiri. Ikan tenggiri merupakan salah contoh ikan yang mendapat penanganan paling utama. Ikan yang pertama disortir dan dilelang adalah ikan ekonomis penting. Penanganan ikan di TPI yaitu pembongkaran, pencucian ikan dan penyortiran ikan. Penanganan ikan yang dilakukan kurang baik. Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan alat bantu gancu yang dapat melukai tubuh ikan, sehingga mengakibatkan cacat pada ikan dan berdampak pada turunnya harga ikan tersebut. Penyortiran ikan yang dilakukan kurang baik. Ikan disortir di lantai dek kapal yang kotor. Ikan yang selesai disortir dimasukkan ke dalam keranjang dengan cara dilempar hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada daging ikan. Kerusakan pada daging ikan akan menyebabkan cacat fisik, hal tersebut mengakibatkan bakteri akan mudah masuk ke dalam tubuh ikan, sehingga penurunan kualitas ikan akan semakin cepat terjadi. Serangan bakteri menyebabkan berbagai perubahan pada ikan. Ikan akan berlendir lebih pekat, amis, matanya tebenam, serta insang berubah warna dengan susunan yang tidak teratur.

Menurut Anonymous (2012), penanganan ikan di pangkalan pendaratan ikan (PPI) memiliki tahapan sebagai berikut:

1) Mengeluarkan ikan dari palka ke atas dek;

2) Menaikkan ikan dari dek kapal ke atas demaga pembongkaran;

3) Membawa ikan dari dermaga pembongkaran ke tempat pelelangan ikan (TPI) atau ke tempat penyimpanan sementara di lokasi PPI;

4) Membawa ikan dari gudang TPI; dan

Penanganan ikan di pangkalan pendaratan ikan dilakukan oleh ABK kapal ikan, petugas pemasaran (lelang) dari PPI, pedagang ikan segar atau pengolah ikan yang membeli bahan bakunya langsung di PPI. Keberhasilan penanganan hasil perikanan untuk menjaga mutunya di PPI ditentukan antara lain:

1) Kesadaran dan pengetahuan semua personil yang terlibat untuk melaksanakan penanganan ikan dengan es secara benar;

2) Tersedianya air dan es dalam jumlah cukup di PPI; 3) Tersedianya dermaga untuk bongkar ikan;

4) Kelengkapan peralatan bongkar ikan (katrol, keranjang, timbangan, alat angkut dan material handling lainnya) yang memenuhi syarat operasional di PPI;

5) Adanya gedung atau ruang tempat pelelangan ikan di PPI; dan

6) Kelengkapan peralatan lelang (keranjang, meja/lantai panjang, ruangan sejuk, tertutup dan sebagainya).

Penanganan ikan di PPI Karangsong belum sesuai dengan prosedur yang ada di atas. Kesadaran para nelayan dan pihak pelabuhan mengenai kualitas ikan masih sangat kurang. Pihak pelabuhan hanya mengawasi penempatan ikan di tempat pelelangan ikan dan mengawasi jalannya pelelangan ikan. Kelengkapan sarana untuk penanganan ikan juga masih sangat terbatas.

Ketersediaan air bersih di PPI Karangsong masih terbatas karena nelayan masih mencuci hasil tangkapan menggunakan air kolam yang keruh, kotor dan tercemar. Sarana dan prasarana untuk penanganan ikan juga belum memadai, belum tersedia tempat untuk melakukan pekerjaan seperti penyortiran, pencucian dan pengemasan, belum adanya gudang tempat penyimpanan ikan sebelum ikan dilelang. Penyortiran ikan masih dilakukan diatas kapal, ruangan terbuka dan terkena sinar matahari.

Gambar 6 Pengangkutan ikan tenggiri dari palka ke atas dek kapal

Pengangkutan ikan dari palka menggunakan keranjang dilakukan oleh nelayan. Seorang nelayan masuk ke dalam palka untuk membongkar ikan dengan gancu sebagai alat pemecah es. Nelayan masuk ke dalam palka ikan dengan memakai sepatu sehingga akan memungkinkan ikan diinjak dan akan mengalami cacat fisik. Keranjang yang telah terisi ikan diangkat oleh nelayan lain dengan bantuan tali (Gambar 6). Ikan yang diangkut dari palka diletakkan dilantai dek kapal untuk disortir. Penanganan ikan di dek kapal harus bersih, dek kapal penangkap dan setiap alat yang digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum ikan dinaikkan ke atas dek kapal (Adawyah, 2006).

Gambar 7 Penyortiran ikan dan pencucian ikan

Ikan yang diangkut dari palka langsung diletakkan di lantai dek kapal untuk dicuci dan disortir setelah itu dimasukkan ke dalam keranjang yang telah disediakan disamping kapal. Setelah ikan dimasukkan ke dalam keranjang sesuai dengan jenis ikan dan ukuran, maka kuli angkut siap untuk mengangkut ikan ke tempat penimbangan untuk menimbang bobot ikan yang ada pada keranjang tersebut sebelum ikan diletakkan di tempat pelelangan ikan (TPI).

Gambar 9 Penimbangan ikan tenggiri

Penimbangan ikan dilakukan sebelum ikan dilelang. Pihak TPI bertugas sebagai pengawas penimbangan ikan. Ikan yang telah selesai ditimbang (Gambar 9) diangkut ke tempat pelelangan ikan untuk dilelang. Ikan disusun dengan rapi di lantai TPI berdasarkan kapal dan jenis hasil tangkapan (Gambar 10).

Gambar 10 Keadaan ikan tenggiri di TPI sebelum pelelangan

Proses pelelangan ikan di PPI Karangsong dimulai dari jam 8 pagi. Peserta lelang yaitu para bakul, pihak TPI yang bertugas sebagai juru lelang, pedagang kecil, pedagang besar dan konsumen. Pemenang lelang akan jatuh kepada para bakul yang membeli harga ikan yang paling tinggi. Ikan yang telah dibeli oleh

para bakul sesegara mungkin dikemas ke kotak pendingin atau cool box (Gambar 11).

Gambar 11 Ikan yang disusun dalam cool box yang diberi es curah

Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), keuntungan penyusunan ikan menggunakan box adalah karena tubuh ikan tidak akan banyak mengalami luka karena tekanan, tingkat kesegaran maupun kualitas tidak mengalami banyak perubahan serta penyusunan dan pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Menurut DKP (2006), suhu udara yang lebih panas dapat menyebabkan penurunan kualitas ikan oleh karena itu pemberian es sangat dibutuhkan dalam menjaga kualitas ikan tenggiri yang dilelang di TPI Karangsong. Semakin banyak pemberian es maka suhu semakin dingin dan kualitas ikan semakin terjaga. Pendinginan produk perikanan dilakukan untuk memperlambat proses kemunduran ikan selama distribusi, pemasaran atau penyimpanan sehingga produk tersebut masih baik dan aman untuk dikonsumsi (Anggawati dan Indriati, 2007).

5.5 Pemasaran Ikan Tenggiri di PPI Karangsong

Pemasaran ikan tenggiri di PPI karangsong dilakukan langsung oleh nelayan ke tempat pelelangan ikan, ikan yang dilelang dibeli langsung oleh para bakul dan pedagang kecil. Pedagang kecil akan menjual ikan tersebut langsung ke konsumen melalui pasar yang ada disekitar TPI Karangsong sedangkan para bakul

membeli ikan dalam jumlah yang banyak dan akan menjual ikan tersebut ke Muara Angke atau ke perusahaan perikanan untuk diolah atau diekspor.

Menurut Sari (2011) ada 3 rantai pemasaran (secara tidak langsung):

 Tipe pertama

Gambar 12 Rantai pemasaran ikan tenggiri tipe pertama

Pedagang pengumpul kecil membeli ikan tenggiri dari TPI dengan volume pembelian sebanyak 50 kg dengan kemudian pedagang pengumpul kecil menjual kepada pengecer dengan volume pembelian sebanyak 5 kg. Pedagang pengecer menjual kembali ikan tenggiri kepada konsumen (pembeli masyarakat).

 Tipe kedua

Gambar 13 Rantai pemasaran ikan tenggiri tipe kedua

Pedagang pengumpul kecil membeli ikan tenggiri dari TPI dengan volume pembalian sebanyak 50 kg dengan harga kemudian pedagang pengumpul kecil menjual kepada pedagang besar dengan volume sebanyak 1 ton. Pedagang besar menjual ikan kepada pedagang pengecer dengan volume pembelian sebanyak 5 kg, pedagang pengecer menjual ikan tersebut ke konsumen (pembeli masyarakat).

Nelayan

Pedagang pengecer

TPI Pedagang pengumpul kecil

Pembeli masyarakat Nelayan Pedagang besar Pedagang pengumpul kecil Pedagang pengecer TPI Pembeli masyarakat

 Tipe ketiga

Gambar 14 Rantai pemasaran ikan tenggiri tipe ketiga

Pedagang pengumpul besar membeli ikan tenggiri langsung dari TPI dengan volume pembelian sebanyak 1 ton dan menjul kembali ke konsumen industri. Pedagang pengumpul besar ini tidak setiap hari menjual ikan tenggiri namun menjualnya sesuai dengan permintaan. Apabila tidak ada permintaan dari konsumen industri ikan tenggiri disimpan dalam wadah atau box yang ada di TPI Karangsong.

5.6 Analisis Peta Kendali p Mutu Ikan Tenggiri

Produk perikanan merupakan produk yang cepat busuk, sehingga harus segera mungkin mendapat penanganan yang cepat dan baik. Ikan tenggiri merupakan ikan yang banyak terdapat di PPI Karangsong. Melimpahnya produk perikanan tersebut, maka dibutuhkan penanganan yang tepat untuk memperlambat kemunduran mutu ikan. Proses kemunduran mutu ikan segar diawali oleh perombakan aktivitas enzim yang secara alami terdapat didalamnya yang disebut proses kemunduran mutu ikan (Purwaningsih et al, 2005).

Kondisi ikan tenggiri yang ada di PPI Karangsong dikatakan segar atau tidak segar dilakukan berdasarkan uji secara visual dengan kriteria atau standar organoleptik. Uji organoleptik ini dilakukan terhadap mata ikan, kondisi daging ikan, keadaan insang ikan, bau ikan dan konsistensi tubuh ikan. Pengamatan organoleptik yang dilakukan di lapangan terhadap ikan tenggiri menunjukkan bahwa ikan tenggiri yang didaratkan masih dalam keadaan segar dengan rata-rata nilai organoleptik 6 sampai 7. Menurut SNI (1992) ikan segar adalah ikan yang memiliki nilai organoleptik 7 sampai 9, kurang segar 4 sampai 6 dan untuk ikan yang tidak segar 1 sampai 3. Nilai untuk ikan tenggiri di PPI Karangsong rata-rata memiliki nilai organoleptik 6. Nilai tersebut masih dalam kondisi yang segar dan layak untuk dikonsumsi. Hasil dari pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan peta kendali yang merupakan perangkat statistik. Peta kendali akan

Nelayan TPI Pedagang pengumpul besar

memantau konsistensi dari produk yang dihasilkan. Bagan kendali yang akan digunakan dalam proses ini yaitu bagan kendali p yang bertujuan untuk memantau proporsi (%) ikan yang tidak segar yang dihasilkan dari suatu proses. Jumlah keseluruhan ikan yang diamati sekitar 180 ikan dengan 10 kali proses. Tabel 11 menunjukkan jumlah perhitungan untuk peta kendali p ikan tenggiri di PPI Karangsong. Dilakukan terhadap 10 kapal/proses (m=10), dengan 3 kali pengulangan pada setiap kapal, dengan jumlah sampel yang berbeda. Total pengulangan yang dilakukan pada 10 kapal yaitu 30 kali.

Tabel 11 Perhitungan peta kendali p untuk ikan tenggiri

No proses Jumlah cacat Proporsi cacat UCL CL LCL

1 0 0,00 0,76 0,24 0 2 1 0,17 0,76 0,24 0 3 3 0,50 0,76 0,24 0 4 1 0,17 0,76 0,24 0 5 2 0,33 0,76 0,24 0 6 2 0,33 0,76 0,24 0 7 0 0,00 0,76 0,24 0 8 2 0,33 0,76 0,24 0 9 2 0,33 0,76 0,24 0 10 1 0,17 0,76 0,24 0 11 2 0,33 0,76 0,24 0 12 2 0,33 0,76 0,24 0 13 0 0,00 0,76 0,24 0 14 0 0,00 0,76 0,24 0 15 4 0,67 0,76 0,24 0 16 1 0,17 0,76 0,24 0 17 1 0,17 0,76 0,24 0 18 0 0,00 0,76 0,24 0 19 1 0,17 0,76 0,24 0 20 1 0,17 0,76 0,24 0 21 0 0,00 0,76 0,24 0 22 2 0,33 0,76 0,24 0 23 0 0,00 0,76 0,24 0 24 2 0,33 0,76 0,24 0 25 2 0,33 0,76 0,24 0 26 1 0,17 0,76 0,24 0 27 4 0,67 0,76 0,24 0 28 2 0,33 0,76 0,24 0 29 1 0,17 0,76 0,24 0 30 3 0,5 0,76 0,24 0 Total 42 7,17 0,76

Keterangan : UCL = BA = Batas kendali atas (upper control limit) LCL = BB = Batas kendali bawah (lower control limit) CL = GT = Garis tengah (central limit)

Gambar 15 Grafik peta kendali p pada ikan tenggiri

Grafik di atas menggambarkan kondisi ikan tenggiri di PPI Karangsong masih dalam pengendalian. Nilai proporsi kriteria ketidaksegaran ikan masih berada pada batas toleransi. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan ikan tenggiri yang dilakukan oleh nelayan Karangsong tergolong baik, sehingga ikan yang didaratkan tergolong ikan segar dan layak untuk dikonsumsi. Terkendalinya kualitas ikan tenggiri yang didaratkan di PPI karangsong juga dikarenakan penanganan ikan di atas kapal. Penggunaan teknologi freezer pada kapal gillnet salah satu faktor yang mempertahankan kesegaran ikan tenggiri. Kapal gillnet masih didominasi penggunaan es curah dibanding freezer. Penggunaan es curah masih menghasilkan ikan yang baik karena penanganan ikan tenggiri lebih diutamakan dibanding ikan lainnya.

5.7 Analisis Diagram Pareto Mutu Ikan Tenggiri

Analisis diagram pareto digunakan untuk menghitung jumlah kriteria ketidaksegaran dominan yang terdapat pada ikan tenggiri. Kriteria ketidaksegaran dominan merupakan salah satu faktor penyebab turunnya kualitas ikan. Turunnya kualitas ikan disebabkan oleh penanganan yang kurang baik oleh nelayan maupun faktor lain. Menurunnya kualitas ikan akan mempengaruhi harga ikan yang berdampak kepada pendapatan nelayan dan pendapatan daerah.

Menurut Herjanto (2007), mutu merupakan faktor penting dalam rangka memasuki dan memperoleh pangsa pasar. Ikan yang berkualitas baik sangat diminati oleh konsumen. Melalui pengamatan dan hasil wawancara dengan nelayan, kriteria ketidaksegaran yang dominan terdapat pada ikan tenggiri yaitu kerusakan pada bagian insang, hal ini disebabkan karena insang ikan yang tersangkut pada alat tangkap.

Kriteria ketidaksegaran dominan dapat diketahui melalui analisis diagram pareto dengan bantuan kertas periksa (checksheet). Nasution (2004) mengemukakan kertas periksa (checksheet) adalah suatu piranti yang paling mudah untuk menghitung seberapa sering sesuatu atau masalah terjadi. Data yang telah dikumpulkan dan dicatat dalam kertas periksa dapat dianalisis dengan memasukkan data tersebut ke dalam grafik seperti pareto chart (Nasution, 2004). Tabel 12 Checksheet ketidaksesuaian atau cacat pada ikan tenggiri

Jenis ikan: Tenggiri Pengambilan data : Januari - Februari 2012

Tempat penelitian : PPI Karangsong

Proses : Pengamatan di TPI

Total pengecekan : 185 ekor Nama : Hotnaida Saragih

Tipe cacat Check Subtotal

Daging perut lembek IIII IIII 9

Kornea mata agak keruh IIII 4

Insang rusak dan berlendir IIII IIII IIII 15

Warna insang coklat IIII 5

Mata merah IIII II 7

Bau II 2

Total 42

Tabel 12 menunjukkan kriteria ketidaksegaran yang terjadi pada ikan tenggiri dengan menggunakan checksheet. Pengamatan dilakukan 10 kali proses dengan jumlah ikan total yang diamati yaitu 180 ekor ikan tenggiri, dengan 30 kali pengulangan. Jumlah kriteria ketidaksegaran yang ada dari keseluruhan ikan yang diamati melalui uji organoleptik yaitu 42 ekor ikan. Diagram pareto memudahkan kita dalam menghitung jumlah kriteria ketidaksegaran yang dominan sampai jumlah cacat yang paling sedikit. Hasil analisis checksheet akan diurutkan dari jumlah yang paling banyak sampai yang paling sedikit. Selesai diurutkan berdasarkan jumlah maka akan dihitung persentase cacatnya. Hasil perhitungan tersebut akan dimasukkan ke dalam diagram pareto. Hasil diagram

Dokumen terkait