• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. ANALISIS EFISIENSI USAHATANI TEBU

7.5. Analisis Efisiensi Alokatif dan Ekonomi

Penggunaan input produksi yang efisien menyebabkan pertumbuhan tanaman optimal sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Tetapi pada kenyataannya petani seringkali menggunakan sejumlah input produksi berdasarkan pada kebiasaan dan kurang memperhatikan proporsi penggunaan input dengan harga input dan produk marjinal yang dihasilkan.

Efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis pada penelitian ini diperoleh melalui analisis dari sisi input produksi dengan menggunakan harga input yang berlaku di tingkat petani. Fungsi produksi yang digunakan sebagai dasar analisis adalah fungsi produksi stochastic frontier pada persamaan 4.2. Selanjutnya fungsi produksi stochastic frontier persamaan 4.2 diturunkan sehingga diperoleh fungsi biaya (isocost frontier) untuk pola tanam keprasan sebagai berikut:

Ln C = 0.2389+1.0533 lnY+0.3332 lnPX1+0.1266ln PX3+0.1042 lnPX4 +0.0695 lnPX5+0.0921 lnPX6+0.0329 lnPX7+0.2416 lnPX8 ... (7.1)

Dimana:

C = biaya produksi tebu per individu petani (Rupiah) Y = jumlah produksi tebu (ton)

PX1 = harga rata-rata (sewa) lahan per hektar, yaitu Rp 1 120 000 PX3 = harga rata-rata pupuk Urea per kilogram yaitu Rp 1 800 PX4 = harga rata-rata pupuk TSP per kilogram, yaitu Rp 4 600 PX5 = harga rata-rata pupuk KCL per kilogram, yaitu 5 200

PX6 = harga rata-rata pestisida padat per kilogram, yaitu Rp 90 000 PX7 = harga rata-rata pestisida cair per liter, yaitu Rp 80 000 PX8 = harga (upah) tenaga kerja per HOK, yaitu Rp 45 000

Sedangkan pada pola tanam keprasan, fungsi biaya (isocost frontier) sebagai berikut:

Ln C = -0.4674 + 0.9599 lnY+ 0.5288 lnPX1+ 0.1153 lnPX3 + 0.0925 lnPX4 + 0.0715 lnPX5 + 0.0182 lnPX6 + 0.0742 lnPX7 + 0.0995 lnPX8 .... (7.2) Dimana:

C = biaya produksi tebu per individu petani (Rupiah) Y = jumlah produksi tebu (ton)

PX1 = harga rata-rata (sewa) lahan per hektar, yaitu Rp 1 125 000 PX3 = harga rata-rata pupuk Urea per kilogram yaitu Rp 1 800 PX4 = harga rata-rata pupuk TSP per kilogram, yaitu Rp 4 600 PX5 = harga rata-rata pupuk KCL per kilogram, yaitu 5 200

PX6 = harga rata-rata pestisida padat per kilogram, yaitu Rp 90 000 PX7 = harga rata-rata pestisida cair per liter, yaitu Rp 80 000 PX8 = harga (upah) tenaga kerja per HOK, yaitu Rp 45 000

Berdasarkan hasil penurunan fungsi biaya dual pada persamaan 7.1 dapat dihitung nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis petani contoh pola non-keprasan. Sedangkan hasil penurunan fungsi biaya dual pada persamaan 7.2 dapat dihitung nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis petani contoh pola keprasan. Sementara itu, inefisiensi diasumsikan meningkat dengan semakin naiknya biaya pada tingkat harga input tertentu. Sebaran nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi petani pada pola tanam non-keprasan dan keprasan dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Sebaran Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi Petani Pada Pola Tanam Non-Keprasan dan Keprasan di Daerah Penelitian

Sebaran Efisiensi

Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi

Pola Non-Keprasan Pola Keprasan Pola Non-Keprasan Pola Keprasan

Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) <0.2 3 12.00 0 0.00 6 24.00 0 0.00 0.2-0.3 17 68.00 0 0.00 17 68.00 0 0.00 0.3-0.4 5 20.00 0 0.00 2 8.00 0 0.00 0.4-0.5 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.5-0.6 0 0.00 7 14.00 0 0.00 8 16.00 0.6-0.7 0 0.00 8 16.00 0 0.00 17 34.00 0.7-0.8 0 0.00 17 34.00 0 0.00 15 30.00 0.8-0.9 0 0.00 9 18.00 0 0.00 6 12.00 0.9-1.0 0 0.00 9 18.00 0 0.00 4 8.00 Total 25 100.00 50 100.00 25 100.00 50 100.00 Rata-Rata 0.2653 0.7681 0.2359 0.7125 Maksimum 0.3612 0.9963 0.3094 0.9775 Minimum 0.1757 0.5228 0.1747 0.5128

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Efisiensi alokatif petani non-keprasan berada pada kisaran 0.1757 sampai dengan 0.3612 dengan rata-rata 0.2653. Jika rata-rata petani dengan pola tanam keprasab dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 26.54 persen (1-(0.2653/0.3612)). Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 33.77 persen (1-(0.1757/0.2653)). Efisiensi alokatif pola tanam keprasan berkisar antara 0.5228 sampai dengan 0.9963 dengan nilai rata-rata 0.7681. Jika rata-rata petani keprasan dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 22.91 persen (1- (0.7681/0.9963)). Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 31.93 persen (1-(0.5228/0.7681)).

Efisiensi ekonomis petani non-keprasan berada pada kisaran 0.1747 sampai dengan 0.3094 dengan nilai rata-rata 0.2359. Sedangkan efisiensi petani keprasan berada pada kisaran 0.5128 sampai dengan 0.9775 dengan nilai rata-rata 0.7125. Jika rata-rata petani non-keprasan dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 23.76 persen (1-(0.2359/0.3094)). Sedangkan yang paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 25.92 persen (1-(0.1747/0.2359)). Pada petani keprasan, jika rata-rata petani dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar

27.10 persen (1-(0.7125/0.9775)). Sedangkan petani yang paling tidak efisen, mereka dapat menghemat biaya sebesar 28.04 persen (1-(0.5128/0. 7125)). Pada pola tanam non-keprasan, petani belum dapat dikatakan efisien secara alokatif dan ekonomis karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≤ 0.7. Sedangkan pada pola keprasan, petani sudah dapat dikatakan efisien secara alokatif dan ekonomis karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≥ 0.7.

Rendahnya efisiensi alokatif petani pola tanam non-keprasan dibandingkan dengan pola keprasan karena petani tidak melakukan perbedaan dalam pemberian inputnya. Dengan kata lain, petani tetap mengalokasikan input yang sama pada pola tanam non-keprasan dan keprasan meskipun hasil produksi tebu pada pola tanam non-keprasan cenderung rendah.

Berdasarkan pada pola kemitraan, sebaran efisiensi alokatif dan ekonomis petani non-keprasan pola kemitraan TRK dan TRB dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Sebaran Efisiensi Alokatif dan Ekonomis Petani Non-Keprasan dengan

Pola Kemitraan TRK dan TRB di Daerah Penelitian

Sebaran Efisiensi

Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi

TRK TRB TRK TRB Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) <0.2 2 14.29 1 9.09 3 21.43 3 27.27 0.2-0.3 10 71.43 7 63.64 11 78.57 6 54.55 0.3-0.4 2 14.29 3 27.27 0 0.00 2 18.18 0.4-0.5 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.5-0.6 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 >0.6 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 14 100.00 11 100.00 14 100.00 11 100.00 Rata-Rata 0.2625 0.2689 0.2278 0.2462 Maksimum 0.3612 0.3244 0.2944 0.3094 Minimum 0.1871 0.1757 0.1778 0.1747

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Efisiensi alokatif petani TRK berada pada kisaran 0.1871 sampai dengan 0.3612 dengan rata-rata 0.2625. Jika rata-rata petani contoh TRK dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 27.31 persen (1-(0.2625/0.3612)). Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 28.74 persen (1-(0.1871/0.2625)). Efisiensi alokatif untuk petani TRB berkisar antara 0.1757 sampai dengan 0.3094 dengan nilai rata-rata 0.2462. Jika rata-rata petani contoh TRB dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya

sebesar 17.13 persen (1- (0.1757/02689)). Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 34.64 persen (1-(0.2689/0.3244)). Efisiensi ekonomis petani contoh TRK berada pada kisaran 0.1778 sampai dengan 0.2944 dengan nilai rata-rata 0.2278. Sedangkan efisiensi petani contoh TRB berada pada kisaran 0.1747 sampai dengan 0.3094 dengan nilai rata-rata 0.2462. Jika rata-rata petani contoh TRK dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 22.63 persen (1-(0.2278/0.2944)). Sedangkan yang paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 21.92 persen (1-(0.1778/0.2278)). Pada petani contoh TRB, jika rata-rata petani dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 20.43 persen (1-(0.2462/0.3094)). Sedangkan petani yang paling tidak efisen, mereka dapat menghemat biaya sebesar 29.03 persen (1-(0.1747/0.2462)). Pada pola tanam non-keprasan, baik petani yang tergabung dalam TRK maupun TRB belum dapat dikatakan efisien secara alokatif karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≤ 0.7.

Berdasarkan pada pola kemitraan, sebaran nilai efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi petani contoh keprasan dengan pola kemitraan TRK dan TRB dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Sebaran Efisiensi Alokatif dan Ekonomis Petani Keprasan dengan Pola Kemitraan TRK dan TRB di Daerah Penelitian

Sebaran Efisiensi

Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi

TRK TRB TRK TRB Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) Jumlah (Orang) Persen (%) <0.5 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.5-0.6 6 19.35 0 0.00 6 19.35 2 10.53 0.6-0.7 4 12.90 4 21.05 9 29.03 8 42.11 0.7-0.8 10 32.26 8 42.11 11 35.48 4 21.05 0.8-0.9 5 16.13 4 21.05 4 12.90 3 15.79 0.9-1.0 6 19.35 3 15.79 1 3.23 2 10.53 Total 31 100.00 19 100.00 31 100.00 19 100.00 Rata-Rata 0.7545 0.7901 0.7039 0.7265 Maksimum 0.9860 0.9963 0.9082 0.9775 Minimum 0.5228 0.6604 0.5128 0.5457

Sumber: Analisis Data Primer, 2012

Efisiensi alokatif petani TRK sebagaimana disajikan pada Tabel 35 berada pada kisaran 0.5228 sampai dengan 0.9860 dengan rata-rata 0.7545. Jika rata-rata

petani contoh TRK dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 23.48 persen (1-(0.7545/0.9860)). Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 30.71 persen (1-(0.5228/0.7544)). Efisiensi alokatif untuk petani TRB berkisar antara 0.6604 sampai dengan 0.9963 dengan nilai rata-rata 0.7901. Jika rata-rata petani contoh TRB dapat mencapai tingkat efisiensi alokatif paling tinggi, maka mereka akan menghemat biaya sebesar 20.69 persen (1- (0.7901/0.9963)). Sedangkan untuk petani paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 16.42 persen (1-(0.6604/0.7901)).

Pada pola tanam keprasan efisiensi ekonomis petani contoh TRK berada pada kisaran 0.5128 sampai dengan 0.9082 dengan nilai rata-rata 0.7039. Sedangkan efisiensi petani contoh TRB berada pada kisaran 0.5457 sampai dengan 0.9775 dengan nilai rata-rata 0.7265. Jika rata-rata petani contoh TRK dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 22.49 persen (1-(0.7039/0.9082)). Sedangkan yang paling tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 27.16 persen (1-(0.5128/0.7039)). Pada petani contoh TRB, jika rata-rata petani dapat mencapai efisiensi paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 25.67 persen (1-(0.5457/0.7265)). Sedangkan petani yang paling tidak efisen, mereka dapat menghemat biaya sebesar 24.89 persen (1-(0.7265/0.7265)). Pada pola tanam keprasan, baik petani contoh yang tergabung dalam TRK maupun petani yang tergabung dalam TRB dapat dikatakan efisien secara alokatif karena nilai efisiensi rata-rata kedua kelompok ≤ 0.7.

Kedua kelompok kemitraan yaitu TRK dan TRB secara rata-rata telah efisien secara teknis, akan tetapi dengan harga input yang berlaku di daerah setempat, biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani TRB lebih murah dibandingkan dengan petani TRK khususnya pada pola tanam non-keprasan. Kondisi ini terjadi karena petani TRB lebih fleksibel dalam penggunaan inputnya.