• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Temuan Lapangan

4.3.1 Pengamatan Lingkungan

4.3.1.1 Analisis Eksternal

Analisis eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada diluar organisasi. Analisis eksternal membagi dua bagian yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum, kekuatan tersebut tidak berhubungan dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek Analisis eksternal yang membaginya dengan lingkungan kerja dan lingkungan

sosial serta didalamya terdapat peluang dan ancaman, maka yang dapat dilihat sejauh ini mengenai peluang Dinas Pendapatan Daerah dalam Meningkatkan Pajak Bumi Bangunan Perdesaan Perkotaan di Kabupaten Pandeglang Tahun 2015 sebagaimana I1-1 yang menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

“Untuk dapat meningkatkan kesempatan keberhasilan PBB-P2 itu dari 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Internal seperti dari pelayanan yang baik, kesiapan sumber daya manusianya ataupun dari sistem kita. Kalau dari eksternalnya itu ya dari masyarakat dan lsm (lembaga swadaya masyarakat) tapi kesadaran masyarakat harus tetep dipacu.” (Wawancara Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Peluang dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan memang sangat banyak, mak perlu adanya kerja sama yang baik antara pihak pemerintah yang mengurus dan menanganinya dengan pihak dari luar yakni masyarakat. Kesempatan dalam meningkatkan pajak bumi bangunan perdesaan perkotaan bahwa kunci utamanya adalah kesadaran masyarkat, maka perlu adanya upaya yang dilakukan langsung kepada masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh I1-3 sebagai berikut:

“Dengan mendata potensi dan mendaftarkan wajib pajak yang produktif. Seperti pada PBB-P2 yang komersial dipisahkan dengan PBB-P2 yang lain sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).” (Wawancara Selasa, 08 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan wawancara dengan I1-3 bahwa kesempatan yang ada dengan melakukan pendataan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah, pendataan potensi merupakan salah satu kesempatan yang dapat dilakukan oleh pemerintah setempat untuk dapat meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan.

Mendata ulang, pemerintah dapat mengetahui obyek dan subyek pajak yang sekiranya belum terdaftar sebagai wajib pajak. Sehingga pendataan ulang di Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kesempatan yang dapat dilakukan, hasilnya pemerintah dapat mengetahui wajib pajak yang produktif yang dapat meningkatkan pemasukan daerah.

Pendapat tersebut juga sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh I1-4 sebagai berikut: “Peluang kesempatan dan keberhasilan dalam meningkatkan PBB-P2 dilihat dari potensi wilayah serta obyek pajaknya.” (Wawancara Selasa, 08 November 2016 pukul 15.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-4 mengenai kesempatan yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang seperti halnya bagi kawasan-kawasan pariwisata ataupun bagi kawasan yang berada dijalur utama memang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah yang jauh dari ibu kota. Nilai jual yang tinggi dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang. Namun, besaran kenaikan nilai jual obyek pajak tersebut tidak bisa diperbaharui tiga tahun sekali akan tetapi bagi daerah-daerah tertentu yang perkembangannya sangat pesat bisa ditetapkan setahun sekali dan sesuai dengan persetujuan oleh Kepala Daerah. Sama halnya seperti yang disampaikan oleh I1-5 sebagai berikut:

“Peluangnya banyak cuman belum berani mengimplemetnasikannya seperti menaikkan NJOP di kecamatan, karena saat ini kami fokus terlebih dahulu pada pemutakhiran data wajib pajak dan obyek pajak.” (Wawancara Senin, 07 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat I1-5 bahwa setiap daerah memiliki peluang yang berbeda-beda dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan, seperti halnya di Kabupaten Pandeglang bahwa kesempatan yang dapat dilakukan melalui pendataaan wajib dan subyek pajak terutama di daerah-daerah yang berpotensi serta dengan menaikkan nilai jual obyek pajak (NJOP) di kecamatan. Menaikkan nilai jual obyek pajak memang menjadi kesempatan yang besar dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang karena akan berpengaruh terhadap pendapatan yang masuk. Namun selain melihat kesempatan yang dimiliki, proses dilapangan secara langsung sering kali bertemu dengan ancaman yang ada. Maka apabila data dilihat sejauh ini kesempatan yang ada memang belum begitu meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan seperti yang disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut: “Peluang yang ada sejauh ini sudah, walaupun memang belum maksimal kaya sekarang kira-kira baru 66,78% dari 75%.” (Wawancara Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-1 sejauh ini peluang dalam peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang memang masih jauh, namun apaila dilihat sudah mengalami

peningkatan yakni sekitar 66,78%. Seperti halnya seperti yang disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut:

“Banyak hal yang sudah dapat menggabarkan peningkatan PBB-P2 seperti kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, terlaksananya sosialisasi tentang PBB-P2, tergalinya potensi data wajib pajak yang baru. Maka peluang yang dirasakan untuk dapat meningkatkan PBB-P2 itu seperti wajib pajaknya, potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang sepeti semakin tinggi potensi yang ada tentu mempengaruhi juga terhadap Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).” (Wawancara Rabu, 09 November 2016 pukul 10.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-2 bahwa peluang dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan sejauh ini memang kenaikkannya belum begitu besar, akan tetapi dengan kesempatan yang telah dilakukan saat ini kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sudah jauh lebih baik, seperti dengan adanya sosialisasi mengenai pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan.

Sosialisasi sebagai salah satu sarana yang dilakukan untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat. Sosialisasi yang disampaikan bisa melalui pemerintah dengan instansi terkait maupun pihak kolektor sebagai petugas yang melakukan penagihan kepada masyarakat dan yang berada lebih dekat dengan masyarakat. Berbicara mengenai sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat terkait pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang, sama halnya dengan yang disampaikan oleh I6-1 sebagai berikut:

“Adanya sosialisasi itu pas bulan-bulan bayar pajak itu, nanti kita disuruh kumpul di rumah RT/RW. Tapi terkadang tidak semua wajib pajak datang, jadi nanti palingan RT yang datang kemasyarakat buat nagihnya aja.” (Wawancara hari Kamis, 10 November 2016 pukul 15.00 WIB di kediamannya di Kelurahan Pandeglang).

Seperti yang disampaikan oleh I6-1 mengenai adanya sosialisasi yang disampaikan dengan berkumpul di satu titik dan dilanjut dengan dilakukannya penagihan pajak kepada wajib pajak yang datang. Pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan sebagai pajak yang memiliki jumlah wajib pajak terbesar sebanyak 604.863 wajib pajak, maka melakukan penagihan pajak pun dlakukan dengan berbagai cara. Seperti halnya saat ini dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat maka dapat meningkatkan kesadaran dalam membayar pajak walapun memang belum sepenuhnya wajib pajak membayarkan kewajibannya yang tertulis didalam Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1. Seperti yang disampaikan oleh I1-3 sebagai berikut: “Kesempatan yang ada belum begitu meningkatkan, karena kesadaran wajib pajak masih sekitar 50%.” (Wawancara Selasa, 08November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-3 bahwa peluang yang paling berpengauh terhadap peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan merupakan wajib pajaknya sendiri. Pajak sebagai kewajiban warga negara Indonesia menjadikan pajak bukan hanya kewajiban pemerintah dalam meningkatkan pajak, namun ada pula peran serta dari masyarakat. Seperti halnya dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan saat ini

bukan hanya peran pemerintah setempat saja, melainkan peran serta dari masyarakat selaku wajib pajak.

Begitupun yang dirasakan oleh I5-2 sebagai kolektor atau tenaga yang diperbantukan oleh pemerintah dalam melakukan penagihan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang mengenai peluang yang dimiliki sebagai berikut: “Peluangnya seperti wajib pajak dan obyek pajaknya yang banyak bisa menjadi peluang.” (Wawancara hari Kamis, 10 November 2016 pukul 11.30 WIB di kediamannya Kelurahan Pandeglang).

Seperti halnya yang disampaikan oleh I5-2 sebagai salah satu kolektor di Kelurahan Pandeglang bahwa peluang yang dimiliki adalah wajib pajak dan obyek pajak. Wajib pajak dan obyek pajak yang mampu menjadi peluang yang dimaksud adalah bagi wajib dan obyek pajak yang belum terdaftar. Karena saat ini di Kabupaten Pandeglang masih terdapat beberapa daerah yang wajib dan obyek pajaknya belum terdaftar. Selain itu bagi daerah-daerah yang memiliki potensi tentu jumlah tagihan pajaknya pasti besar, seperti yang disampaikan I5-3 sebagai berikut: “Jumlah wajib pajaknya, karena jumlah wajib pajak yang cukup banyak dan tagihan pajaknya pun cukup besar.” (Wawancara hari Jumat, 11 November 2016 pukul 10.00 WIB di kediamannya Desa Cadasari).

Seperti yang telah disampaikan oleh I5-3 sebagai salah satu kolektor di Desa Cadasari bahwa peluang yang dimiliki sama seperti yang telah disampaikan sebelumnya yaitu jumlah wajib pajak yang banyak dan jumlah tagihan pajaknya.

Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh pihak instansi terkait, kolektor dan wajib pajak bahwa peluang yang saat ini dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang untuk meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan cukup banyak, terutama seperti wajib dan obyek pajak. Semakin berkembangnya sebuah daerah, maka semakin berkembang pula perekonomiannya, daya tarik hingga daya jual. Kabupaten pandeglang yang memiliki banyak potensi serta potensi tersebut dapat menjadi peluang, baik untuk subyek dan obyek pajak hingga nilai jual obyek pajak. Bagi daerah-daerah yang dekat dengan ibu kota, tentu nilai jualnya akan jauh lebih tinggi serta bagi daerah-daerah yang dekat dengan pariwisata pun nilai jualnya akan menjadi lebih tinggi karena daya tarik kepada masyarakat sangat tinggi. Sehingga peluang yang dimiliki saat ini harus dikelola agar penggunaannya dapat berjalan sesuai dengan fungsinya, serta dalam peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan menjadi semakin meningkat. Dalam melakukan peningkatan pajak, tentu harus dibarengi dengan usaha yag dilakukan seperti saat ini sudah dilakukannya sosialisasi yang disampaikan kepada mastrakat untuk memberikan dorongan dan pemahamn kepada masyarakat untuk melakukan pembayaran pajak.

Selain peluang yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang, terdapat pula beberapa ancaman dalam proses peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang yang terjadi di lapangan saat ini memang cukup banyak. Selain dari masyarakatnya, pemerintah pun saat ini memiliki ancaman seperti yang disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut:

“Ancamannya terkait dengan sistem online yang belum maksimal antara Dispenda dengan Bank persepsi saat ini kan Bank persepsinya Bank Jabar Banten (BJB) seperti data online dan offline yang berbeda. Kemudian, kolektor yang belum optimal karena belum adanya bimbingan teknis (BIMTEK) sehingga SPPT masih banyak yang berada di kolektor.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Ancaman yang terjadi dalam peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang saat ini seperti yang dijelaskan oleh I1-1 bahwa sistem yang disiapkan pun belum berjalan secara maksimal antara dinas dengan pihak bank persepsi. Persoalan yang terjadi seperti tidak samanya data antara sistem yang online dengan data yang offline pada saat pelaporan pembayaran pajak. Selain itu, kolektor yang juga berperan dalam peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan saat ini pun masih belum optimal.

Zaman semakin berkembang dengan menggunakan IT, namun beberapa permasalahan tetap menggunakan tenaga manusia. Seperti halnya saat ini permasalahan mengenai sumber daya manusia untuk dapat meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang masih menjadi sebuah ancaman tersendiri. Namun, berbeda halnya seperti yang disampaikan oleh I3-1 terkait sistem yang digunakan untuk memberikan pelayanan kepada wajib pajak sebagai berikut:

“Adanya aplikasi khusus yang digunakan, karena kami sekrang sudah berbasis online. Sejauh ini dengan menggunakan sistem yang online baik-baik saja.” (Wawancara hari Kamis, 10 November 2016 pukul 10.00 WIB di Kantor Bank Jabar Banten Cabang Kabupaten Pandeglang).

Seperti yang disampaikan I3-1 mengenai sistem yang digunakan terkait pelayanan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang antara sistem dipihak bank persepsi dan instansi pemerintah. Sistem yang sudah berbasis online yang telah disampaikan oleh I1-1 sejauh ini belum berjalan dengan baik antara sistem yang terhubung dari pemerintah dengan pihak bank persepsi. Namun berbeda dengan yang disampaikan oleh I3-1 bahwa sistem yang terhubung tersebut tidak mengalami permasalahan seperti yang dialami oleh pihak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang.

Dalam melakukan penyampaian pelaporan pembayaran pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang yaitu dengan sistem onine maka dapat langsung terhubung antara bank persepsi yaitu Bank Jabar Banten dengan Dinas Pendapatan Daerah, serta adanya pelaporan sistem offline yaitu dengan menyampaikan laporan pembayaran setiap harinya dengan menggunakan laporan koran. Persoalan yang ada saat ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi karena saat ini sistem tersebut belum berjalan secara optimal. Selain dari sistem yang menjadi ancaman, ada pula sumber daya manusia yang dihadapi menjadi salah satu kendala tersebut.

Sumber daya manusia yang menjadi ancaman antara lain dalam menangani persoalan IT yang berhubungan dengan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan seperti pengelolaan sistem dan dalam pelaksanaan peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang seperti yang disampaikan oleh I1-3 sebagai berikut:

“Sumber daya manusia yang kurang, sumber daya manusia yang belum sesuai dengan tingkat pendidikan, sarana dan prasarana yang kurang memadai serta belum adanya UPT yang dapat membantu kita lebih dekat dengan masyarakat.” (Wawancara hari Selasa, 08 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Sumber daya manusia yang bertugas dalam penigkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang masih sangat minim apabila dibandingkan dengan luas wiayah di Kabupaten Pandeglang. Jangkauan yang luas antara pemerintah dengan masyarakat menjadi salah satu kesulitan untuk dapat dekat dengan masyarakat. Serta keperluan masyarakat pun menjadi sulit sehingga dibutuhkannya unit pelaksana teknis (UPT) agar kebutuhan atau keperluan masyarakat menjadi lebih mudah karena luasnya wilayah administrasi. Selain itu unit pelaksana teknis dapat menjadi perantara antara dinas dengan masyarakat dalam menyampaikan berbagai informasi ataupun penunjang kebutuhan masyarakat.

Sumber daya yang dibutuhkan tentu harus sesuai dengan kebutuhan pemrintah, agar dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat berjalan dengan baik dan mengurangi kesalahan dalam bekerja. Kesalahan dalam bekerja seperti human eror terkadang menjadi salah satu alasan karena kesalahan-kesalahan tersebut terulang kembali. Seperti halnya yang disampaikan oleh I1-5 sebagai berikut:

“Banyaknya data yang tidak sesuai dengan hasil dilapangan, seperti adanya SPPT yang double anclah, wajib pajak yang berada diluar daerah dan sumber daya manusia yang kurang.” (Wawancara hari Senin 07 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-5 mengenai data yang dimiliki instansi terkait dengan data dilapangan yang tidak sesuai, seperti halnya yang disebut double anclah atau data kepemilikannya yang ganda menjadi ancaman yang terulang. Kesalahan dalam administratif tersebut menjadi salah satu contoh sumber daya manusia yang melakukan kesalahan yang kembali diulang dan mengakibatkan pengaruh terhadap pengeluaran, proses waktu pencetakkan hingga proses waktu penagihan kepada wajib pajak. Kesalahan yang kembali terulang menjadi ancaman yang dihadapi oleh pemerintah karena harus melakukan pendataan ulang kembali. Seperti halnya yang dijelaskan oleh I4-2 sebagai berikut:

“Kesalahan yang terjadi biasanya dilaporkan ke desa, nanti pihak desa yang mengurus. Seperti halnya mengenai SPPT yang masih double, kami dari pihak desa sudah melaporkan sebelumnya akan tetapi keluar kembali surat tagihannya di tahun selanjutnya.” (Wawancara hari Jumat, 11 November 2016 pukul 08.30 WIB di kantor Desa Cadasari).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I4-2 mengenai kesalahan dalam surat tagihan kepada wajib pajak yang tidak sesuai dengan dilapangan sudah dilaporkan kepada pihak terkait yakni Dinas Pendapatan Daerah namun kesalahan tersebut kembali terjadi ditahun selanjutnya. Persoalan seperti kesalahan dalam administrasi menjadi salah satu ancaman yang terjadi karena tidak adanya perubahan terhadap pelaporan yang telah disampaikan. Dalam peningkatan pajak, memang bukan hanya tugas dari pemerintah akan tetapi peran serta pula dari masyarakat selaku wajib pajak. Meningkatkan kesadaran wajib pajak saat ini memang masih menjadi tugas besar, baik pemerintah beserta pihak terkait maupun kita sendiri.

Berbagai cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat meningkatkan kesadarah masyarakat, seperti halnya yang disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut:

“Dengan sosialisasi kepada camat, kasi PAD dan ditahun ini dengan kepala desa. Sosialisasi yang kita berikan, juga kita sampaikan melalui berbagai macam media seperti media elektronik, media cetak dan juga rapat-rapat koordinasi sehingga dapat memperbaiki sistem yang ada.” (Wawancara hari Rabu, 08 November 2016 pukul 11.00 WIB di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Sosialisasi merupakan cara yang dilakukan oleh pemeritah setempat utuk dapat menghadapi ancaman yang terjadi. Sosialisasi yang disampaikan secara lisan maupun tulisan, melalui berbagai macam media agar dapat sampai kepada masyarakat setempat. Namun, sosialisasi bukan hanya salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menghadapi ancaman yang ada. Cara lain yang dilakukannya seperti yang disampaikan oleh I1-3 sebagai berikut:

“Dispenda mengajukan permohonan pegawai kepada BKD atau merekrut tenaga honorer, sarana dan prasarana yang belum memadai khusunya dibidang PBB-P2 kami mengusulkan SOTK kepada Bupati agar dibentuknya UPT diwilayah Kabupaten Pandeglang.” (Wawancara hari Selasa, 08 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh I1-3 mengenai berbagai ancaman yang saat ini dihadapi oleh pemerintah yang berwenang, sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta kesadaran masyarakat yang masih minim masih terus dihadapi namun cara yang telah dihadapi pun saat ini masih belum menemukan hasil.

Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan bahwa ancaman yang terjadi belum terselesaikan, dan cara yang dilakukan untuk menghadapi ancaman

yang terjadi sudah dilakukan dengan sosialisasi, pengadaan barang dan jasa hingga usul untuk adanya pegawai baru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sosialisasi sebagai salah satu cara yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat masih kurang, sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam proses peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang belum bisa terealisasikan sehingga pemanfaatan sarana dan prasarana yang harus dilakukan dan saat ini mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimiliki.

Lingkungan kerja sebagai tempat dalam organisasi yang membentuk pola kerja dan kebiasaan dalam sebuah organisasi sebagai pimpinan tentu harus menyadari akan segala kebutuhan yang diperlukan oleh pegawai, keinginan pegawai serta rasa kenyamanan dalam bekerja. Saat ini lingkungan kerja Dinas Pendapatan Daerah yang disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut:

“Baik-baik saja sehingga cukup kondusif, cukup memadai akan tetapi kurang personel pada saat pengelolaan dan penagihannya. Kita kan disini Kabupaten Pandeglang punya 35 Kecamatan, jadi letak geografis yang luas tidak sebanding dengan jumlah pegawainya.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB dikantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Sebagaimana pendapat yang telah disampaikan oleh I1-1 dapat di ketahui bahwa Kepala Dinas Pendapatan Daerah mengungkapkan mengenai lingkungan kerja yang terjadi berjalan sesuai dengan kondisi yang ada namun sejauh ini bahwa sumber daya yang masih minim dan lingkungan kerja tersebut masih dibutukannya kerja sama antar tim maupun kerja sama dengan tim lain. Selain itu, Dinas Pendapatan Daerah merupakan instansi yang baru saja dilakukan

pemekaran karena sebelumnya masih bersatu dengan instansi lain. Seperti halnya yang disampaikan oleh I1-3 mengenai pendapatnya sebagai berikut:

“Lingkungan kerja awalnya masih berada di Dinas Pengelola Keuangan dan Aset (DPK) dan di tahun 2016 ini berpisah menjadi Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).” (Wawancara hari Selasa, 08 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Sebagaimana yang disamapaikan oleh I1-3 bahwa Dinas Pendapatan Daerah baru dibentuk pada tahun 2016 berdasarkan dengan Peraturan Bupati No 33 tahun 2014 tentang rincian tugas pokok dan fungsi. Dahulunya memang bersatu bersatu dengan Dinas Pengelola Keuangan dan Aset maka saat ini dalam lingkngan kerja saling memberikan motivasi satu sama lain agar kineja yang dilakukan oleh semua pegawai menjadi lebih baik. Seperti halnya yang disampaikan oleh I1-5 mengenai pendapatnya sebagai berikut: “Saling support dalam optimalisasi PBB-P2 satu sama lain antar bagian, karena setiap bagian tersebut pun saling keterkaitan.” (Wawancara hari Senin, 07 November 2016 di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Dokumen terkait