• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Temuan Lapangan

4.3.1 Pengamatan Lingkungan

4.3.1.2 Analisis Internal

Analisis internal yang terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang berada di dalam sebuah organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya dan sumber daya organisasi. Sebagaimana I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

“Kekuatan dari kita sendiri tentu dengan bentuk loyalitas sumber daya manusia yang ada, walaupun memang belum sesuai. Serta dengan adanya produk hukum yang mengatur mengenai kewajiban membayar pajak, dalam Undang-undang saja pun sudah menjelaskan akan kewajiban masyarakat yang harus dibayarkan.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 bahwa kekuatan yang dimiliki saat ini oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang yaitu dimulai dari sumber daya manusianya yang loyalitas terhadap pekerjaan sehingga mampu menyelesaikan pekerjaan yang ada tanpa merasa berat hati. Begitupun yang disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut:

“Kekuatan Dispenda dalam meningkatkan PBB-P2 seperti dengan sumber daya yang ada sehingga dengan sumber daya manusia yang ada dapat berjalan secara optimal maka dalam pengelolaannya menjadi lebih baik. Dan tetap berjalan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bagian masing-masing karena semuanya sudah diatur oleh pemerintah dan dituangkan didalam SOP” (Wawancara hari Rabu, 08 November 2016 pukul 10.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-2 bahwa sumber daya manusia merupakan kekuatan besar yang dapat memberikan pengaruh terhadap

peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pegawai atau sumber daya manusia merupakan kekuatan yang harus dipertahankan karena pegawai merupakan bagian dalam peningkatan pajak. Selain dari sumber daya maunsia yang menjadi kekuatan yang ada, adapula kekuatan yang dirasa dapat meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang seperti yang disampaikan oleh I1-4 sebagai berikut:

“Dengan data yang ada kemudian meningkatkan NJOP tentu dengan prosedur yang berlaku sehingga dapat menaikkan PAD Kabupaten Pandeglang.” (Wawancara hari Selasa 08 November 2016 pukul 15.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-4 terkait kekuatan yang dimiliki dalam meningkatkan pajak terdapat kekuatan lain selain sumber daya manusianya saja. Melainkan seperti data yang dimiliki, data merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang. Data yang dimiliki merupakan data yang telah disurvey antara data yang ada dengan kondisi di lapangan. Dengan dilakukannya pemutakhiran data, dapat menimbulkan obyek dan subyek pajak baru sehingga peningkatan pajak tersebut menjadi lebih meningkat. Begitupun yang disampaikan oleh I1-3 mengenai kekuatan yang dimiliki untuk peningkatan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan sebagai berikut:

“Dari letak geografis yang memiliki potensi, maka kita bisa menaikkan NJOP nya karena bagi daerah-daerah yang memiliki potensi kita bisa menaikkannya namun tetap berdasarkan peraturan yang berlaku.” (Wawancara hari Selasa, 08November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-3 bahwa letak Kabupaten Pandeglang luas dengan memilikinya berbagai potensi di dalamnya, membuat nilai jual disetiap daerah menjadi lebih tinggi. Maka, dapat disimpulkan bahwa pemutakhiran antara data yang ada dengan data di lapangan merupakan sumber utama untuk melihat potensi yang ada. Dengan potensi yang ada saat ini, subyek dan obyek pajak menjadi semakin bertambah dan juga berkurang karena dengan dilakukan pemutakhiran data tersebut ternyata banyak sekali data yang terhitung double. Maka data yang sudah sesuai dan terbaru, kemudian dapat dilakukannya kenaikkan NJOP bagi daerah-daerah tertentu sehingga pemasukan daerah mejadi lebih tinggi.

Menganalisa dengan baik bagaimana manajemen strategi Dinas Pendapatan Daerah dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang maka diperlukan pula untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang saat ini dirasakan, sebagaimana yang diungkapkan I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

“Kelemahan dari Dispenda kembali lagi seperti sumber daya manusianya, karena petugas yang menangani pajak ini tidak sebanding dengan luas wilayahnya dan terkadang sudah jauh-jauh untuk menyampaikan mengenai pajak akan tetapi wajib pajaknya tidak berdomisisli sesuai dengan alamat yang tercantum pada SPPT. Itu semua memang sudah kewajiban kami, akan tetapi kepemilikian obyek pajak yang tidak jelas ini menjadi kendala bagi kita.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang). Seperti yang disampaikan oleh I1-1 terkait kelemahan yang dimiliki yaitu sumber daya manusia sebagai tenaga langsung dilapangan yang masih minim serta daerah kerja yang luas menjadi salah kelemahan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang. Kelemahan yang dihadapi pun dapat menjadi kendala dalam proses peningkatan pajak, salah satunya yaitu pada saat melakukan penagihan pajak kepada wajib pajak namun yang bersangkutan tidak berdomisisli di Kabupaten Pandeglang. Kesulitan dalam menjangkau wajib pajak inilah yang menjadi kelemahan dihadapi oleh para sumber daya manusia yang melakukan tugasnya. Seperti halnya yang disampaikan oleh I1-2 mengenai kelemahan yag dihadapi sebagai berikut:

“Kelemahan yang ada saat ini, yaitu seperti sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dispenda yang masih kurang dan tidak sebanding dengan luas wilayah di Kabupaten Pandeglang. Bayangkan saja 35 kecamatan yang ada, sumber daya manusianya tidak begitu banyak, dilain hal kita juga belum memiliki UPT PBB-P2 padahal perannya cukup besar karena dapat mempermudah pelayanan terhadap masyarakat misalnya.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 10.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Seperti yang disampaikan oleh I1-2 bahwa kelemahan yang dihadapi saat ini yaitu sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan luas wilayah, belum memiliki UPT yang dapat membantu menangani permasalahan pajak bumi dan

bangunan perdesaan perkotaan. Sumber daya manusia baik bagi tenaga teknis ataupun kantor, saat ini masih terhitung minimnya tenaga membuat lamanya proses mengenai pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang. Begitupu seperti yang disampaikan oleh I5-2 sebagai berikut: “Kelemahannya sih kaya kalau wajib pajaknya tidak ada ditempat, kita jadi sulit buat nagihnya karena terkadang yang punyanya itu orang luar Pandeglang.” (Wawancara hari Kamis, 10 November 2016 pukul 11.30 di kediamannya Kelurahan Pandeglang).

Seperti yang disampaikan oleh I5-2 bahwa kelemahan yang dihadapi oleh pemerintah setempat saat ini, sama halnya seperti yang dirasakan oleh kolektor untuk mendatangi wajib pajak. Sebagian wajib pajak yang berada didaerah-daerah yang memiliki potensi cukup besar memang biasanya bukanlah milik asli warga Pandeglang, melainkan wajib pajak yang tinggal di kota-kota besar sehingga untuk menemui untuk melakukan penagihan tesebut mengalami kesulitan. Selain kelemahan yang dirasakan oleh pihak instansi mengenai sumber daya manusianya yang kurang, ada pula yang dialami oleh pihak lain yang merasakan seperti yang akan disampaikan oleh I5-3 sebagai berikut: “Kelemahannya itu karena pas membagikan SPPT hanya sendiri, jadi terkadang terasa lelah kalau warganya yang belum bisa bayar nanti kita harus balik lagi.” (Wawancara hari Jumat, 11 November 2016 pukul 09.00 WIB di kediamannya Desa Cadasari).

Seperti yang disampaikan oleh I5-3 dalam melakukan penagihan yang diperbantukan kepada pihak Desa, memang bertujuan untuk mempermudah penagihan. Namun, dengan jumlah kolektor yang menyampaikan SPPT hingga

penagihan dengan seorang diri memang menjadi ancaman pula yang dirasakannya. Belum lunasnya wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya tersebut membuat kolektor harus kembali melakukan penagihan secara berulang, sehingga masih terdapatnya wajib pajak yang belum membayarkan pajak. Begitupun yang disampaikan oleh I5-5 sebagai berikut:

“Buat nagihnyakan seorang diri, jadi kalau misalnya belum ketemu sama warganya nanti iya harus balik lagi atau kalau gak bisa ditagih ya harus balik lagi sampai mereka bisa bayar.” (Wawancara hari Kamis, 10 November 2016 pukul 14.00 WIB di kediamannya Desa Cadasari).

Seperti halnya yang telah disampaikan oleh I5-5 bahwa sumber daya manusia yang melakukan penagihan jumlahnya tidak banyak, serta kesadaran masyarakat untuk langsung membayarkannya pun cukup sulit sehingga melakukan penagihan harus berulang kali dilakukan.

Selain kelemahan yang dihadapi mengenai sumber daya manusianya, akan tetapi ada pula kelemahan yang dirasakan dari sistem yang dimiliki. Sistem yang dapat membantu dalam menangani permasalahan pajak, seperti yang akan disampaikan oleh I1-5 sebagai berikut:

“Masih dengan sumber daya manusia yang kurang, belum adanya UPT, wajib pajak yang banyak, kondisi geografis yang jauh dan sulit ditempuh, sarana dan prasarana yang kurang seperti halnya dahulu kita sudah ada sistem untuk menangani PBB-P2 namanya SISMIOP namun sekarang berganti namanya menjadi SIM-PBB.” (Wawancara hari Senin, 07 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-5 bahwa kelemahan yang dimiliki dari istem informasi yang digunakan. Sistem nformasi yang dipergunakan untuk membantu menangani persoalan pajak bumi dan bangunan perdesaan

perkotaan di Kabupaten Pandeglang, saat ini masih belum ada sumber daya yang fokus menangani persoalan tersebut. Sehingga kelemahan yang dirasakan kembali lagi pada sumber daya manusia, serta sumber daya manusia yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang mampu mengoperasinalkan dan mampu menangani persoalan pada sistem yang ada. Banyaknya pendapat yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan yang dihadapi pertama minimnya sumber daya manusia baik pada saat melakukan penagihan maupun sumber daya manusia yang menangani permasalahan IT, kedua sarana dan prasaran yang kurang memadai terutama yang menunjang keberhasilan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan, ketiga persoalan mengenai administasi dan keempat kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.

Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering disebut rantai perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi. Sebagaimana diungkapkan oleh I1-1 sebagai berikut:

“Seperti yang kalian lihat di depan saja dimulai dari kepala dinas, sekretaris, hingga bagian-bagian yang membantu keberlangsungan tugas pokok dan fungsi kami.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 bahwa struktur organisasi yang ada bertujuan untuk mempermudah dalam keberlangsungan menjalankan tugas pokok dan fungsi setiap bagian. Senada dengan pendapat yang telah disampaikan mengenai struktur organisasi yang ada di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Pandeglang, ditambahkan kembali oleh I1-2 mengenai peraturan yang mengatur struktur organisasi tersebut sebagai berikut:

“Berdasarkan Peraturan Bupati No 33 tahun 2014 tentang rincian tugas pokok dan fungsi. Jadi kita laksanakan sesuai dengan apa yang sudah tercantum didalamnya saja agar tidak terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan tugas.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 10.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Ditambahkan oleh pendapat I1-2 mengenai struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang yang diatur berdasarkan dengan Peraturan Bupati No 33 Tahun 2014 mengenai rincian tugas pokok dan fungsi. Begitupun yang disampaikan oleh I1-4 mengenai struktur organisasi sebagai berikut: “Struktur organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang sudah diatur saja, kami disini hanya sebagai pelaksana. (Wawancara hari Selasa, 08 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-4 mengenai struktur organsasi yang terbentuk disemua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) diatur oleh pemerintah setempat, dan isinya sesuai dengan kebutuhan masing-masing SKPD. Struktur organisasi dibentuk bertujuan agar adanya pembagian tugas yang jelas di setiap bagian, sehingga tidak ada tumpang tindih dalam pekerjaan. Dalam setiap organisasi pasti memiliki budaya organisasi yang berbeda-beda.

Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Budaya yang ada dalam setiap organisasi dapat

mempengaruhi cara kerja dan perilaku dalam sebuah organisasi. Sebagaimana I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

“Budaya organisasi yang ditanamkan seperti dengan adanya apel, kebersamaan saat jam pulang, adanya pemotongan insentif pegawai apabila bagi mereka yang tidak ada keterangan pada saat apel. Sehingga dari situ kita tahu, manakah pegawai yang mengikuti apel untuk melaksanakan salah satu kewajiban mereka dan terlihat seperti apakah budaya yang terbentuk berawal dari kebiasaan. Namun, untuk hal-hal yang kurang baik mangkanya kita rubah agar memiliki budaya kerja ataupun pribadi yang lebih baik lagi.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang). Seperti halnya yang telah dijelaskan oleh I1-1 bahwa budaya dapat mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan yang sering kali dilakukan. Budaya yang diterapkan haruslah budaya yang memberikan contoh baik bagi pegawai lainnya agar termotivasi dan mempengaruhi dalam semangat kerja yang baik. Sama halnya yang disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut:

“Sesuai dengan hubungan antar sesama manusia aja, tetapi disini tentunya kami terus meningkatkan kejujuran nomor satu. Selebihnya sesuai dengan porsi yang ada saja.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 10.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang dijelaskan oleh I1-2, bahwa budaya yang terbentuk dengan meningkatkan kejujuran. Karena kejujuran menjadi modal utama dalam menjalankan tanggung jawab yang dititipkan, sehingga dengan adanya kejujuran yang dimiliki oleh setia pegawai akan tumbuhnya kepercayaan satu sama lain. Selain meningkatkan kejuuran antar pegawai, budaya yang tumuh Seperti yang dinyatakan oleh I1-3 sebagai berikut: “Yang pasti kami disini mengutamakan kekeluargaan sehingga dapat mempererat silaturahmi.”

(Wawancara hari Selasa, 08 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampiakan oleh I1-3 bahwa budaya organisasi yang terbentuk merupakan mengutamakan kekeluargaan. Terbentuknya rasa kekeluargaan, dapat menjadi semangat tersendiri dan menjadi motivasi dalam menjalankan pekerjaan. Dalam menjalankan tugas pekerjaan, tentunya sudah diatur seperti yang dijelaskan oleh I1-4 sebagai berikut:

“Budaya kerja dalam organisasi pemerintahan tentu sudah sesuai dengan susunan organisasi tata kerja (SOTK), rencana kerja yang dibuat. Namun nanti ditahun 2017 rencananya kami akan berubah menjadi badan dan hanya mengelola pajak secara khusus.” (Wawancara hari Selasa, pukul 15.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1-4 mengenai budaya kerja, bahwa Dias Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang sudah diatur berdasarkan dengan susunan organisasi tata kerja (SOTK). Telah diaturnya berbagai pekerjaan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang bertujuan agar adanya sebuah padoman sehingga memiliki arahan yang jelas. Selanjutnya yang telah disampaikan bahwa akan adanya perubahan nama serta beban kerja tersebut tentu akan adanya perubahan kembali terhadap peraturan yang berlaku, namun budaya ada berdasarkan setiap organisasi masing-masing.

Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi yang terbentuk di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang berdasarkan kekeluargaan yang dapat mempererat tali silaturahmi,

dapat dilihat dengan adanya kegiatan-kegiatan bersama melalui apel, semuanya diatur berdasarkan peraturan yang berlaku di dalam SOTK.

Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku produksi barang dan jasa organisasi. Aset itu meliputi keahlian orang, kemampuan, dan bakat manajerial, seperti aset keuangan dan fasilitas pabrik ddalam wilaah fungsional. Begitupun sumber daya yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang yang disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut: “Sumber dayanya lumayan, tapi kuantitasnya yang sampai saat ini masih kurang.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 11.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-1 bahwa sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap organisasi, berdasarkan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Seperti halnya untuk Dinas Pendapatan Daerah kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki masih kurang. Sama halnya seperti yang disampaikan oleh I1-3 sebagai berikut: “Belum sepenuhnya, namun sebagian sudah ada juga yang berkompeten.” (Wawancara hari Selasa, 08 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-3, bahwa saat ini sumber daya manusia belum sepenuhnya kompeten. Sumber daya manusia yang kurang berkompeten dapat dilihat dari sumber daya manusia yang saat ini masih kurang fokus dalam menangani sistem yang dapat meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan seperti yang akan disampaikan oleh I1-5 terkait

sumber daya manusia sebagai berikut: “Masih kurangnya sumber daya manusia yang fokus menangani pajak.” (Wawancara hari Senin, 07 November 2016 pukul 16.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-5 terkait sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan Daerah untuk mengurus segala pedapatan di Kabupaten Pandeglang khususnya mengenai pajak, saat ini sumber daya manusianya masih belum fokus menangani pajak secara langsung. Maka sumber daya manusia yang ada saat ini masih kurang.

Sumber daya manusia yang menangani pajak secara khusus saat ini memang maish kurang, begitupun yang disampaikan pula oleh I1-4 sebagai berikut: “Sementara saat ini masih butuh tenaga information technology (IT) karena saat ini pengelolaan IT yang masih belum optimal, khususnya mengenai PBB.” (Wawancara hari Rabu, 09 November 2016 pukul 15.00 WIB di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I1-4 mengenai sumber daya manusia yang menangani pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan bukan hanya pada saat melakukan penagihan saja, melainkan ada pula sumber daya manusia yang menangani IT. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa saat ini masih membutuhkan tenaga IT untuk menangani persoalan pajak khususnya pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan di Kabupaten Pandeglang.

Selain kelemahan yang dirasakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang, adapula kelemahan yang dirasakan oleh kolektor. Seperti yang akan disampaikan oleh I5-1 sebagai berikut: “Waktu, jarak dan kendaraan

yang menjadi kendala bagi kami. (Wawancara hari Kamis, 10 November 2016 pukul 10.30 WIB di kantor Kelurahan Pandeglang).

Seperti yang disampaikan bahwa kelemahan yang dihadapi salah satunya terkait waktu. Waktu pada saat melakukan penagihan menjadi kendala yang dirasakan karena dalam melakukan penagihan pajak, dilakukan pada saat hari kerja sehingga dalam melakukan penagihannya harus cepat. Kelemahan yang dirasakan selanjutnya terkait jarak, jarak yang ditempuh terkadang tidak selamanya dekat serta apabila wajib pajak yang tidak ada ditempat yang menjadi sulit dalam melakukan penagihan. Dalam melakukan penagihan, kendaraan yang ada hanyalah kendaraan pribadi yang terbatas sehingga itu semua menjadi kelemahan yang dihadapi oleh salah satu kolektor di Kelurahan Pandeglang. Lain halnya yang disampaika oleh I5-5 sebagai berikut: “Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak serta kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak secara tepat waktu. (Wawancara hari Kamis, 10 November 2016 pukul 14.00 WIB di kediamannya Desa Cadasari).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh I5-5 terkait kelemahan yang dihadapi merupakan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, dan kesadaran wajib pajak untuk membayarkan pajaknya secara tepat waktu. Kelemahan yang dihadapi kolektor sebagai aparatur yang dekat dengan wajib ajak, peran dalam proses penagihan pajak sejauh ini merupakan kesadaran masyarakat masih menjadi kendala yang dihadapi karena jumlah wajib pajak yang banyak akan tetapi kesadaran dalam membayarkannya masih belum meningkat jauh. Sama halnya seperti yang dijelaskan oleh I5-4 sebagai berikut: “Wajib pajak yang

banyak, terkadang wajib pajaknya suka tidak ada berada ditempat jadi sulit untuk ditemuinya.” (Wawancara hari Jumat, 11 November 2016 pukul 10.00 WIB di kediamannya Desa Cadasari).

Bedasarkan pendapat yang disampaikan oleh I5-4 bahwa wajib pajak yang jumlahnya banyak, namun sulit untuk ditemuinya merupkan kelemahan yang dihadapi oleh kolektor di Desa Cadasari. Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan, bahwa kelemahan yang dihadapi dalam meningkatkan pajak bumi dan bangunan perdesaan perkotaan diantaranya sumber daya manusia yang kurang dapat dilihat dari kuantitasnya seperti sumber daya yang fokus menangani pajak, serta sumber daya manusia yang menangani persoalan IT, hingga kesadaran wajib pajak itu sendiri baik dalam membayarkan pajaknya maupun membayarkan pajaknya secara tepat waktu.

Dokumen terkait