• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.12. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak

Hasil estimasi model penelitian untuk menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara ditampilkan dalam Tabel 4.33

Tabel 4.33 Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta

t Sig. 1 (Constant) 1490232,052 523631,553 2,846 0,007 x21 (Modal) 0,354 0,121 0,459 2,926 0,047 x22 (Pengalaman) 35162,050 4652,247 0,776 7,558 0,000 x23 (Tenaga kerja) -104900,445 95643,976 -0,373 -1,097 0,279 x24 (Luas lahan) 173565,002 138887,106 0,155 1,250 0,219

Sumber: Print Out SPSS (Lampiran 7)

Dengan mensubstitusikan koefisien regresi dari hasil estimasi dalam model penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Model 2:

Y = 1490232,052 + 0,354 X21 + 35162,050 X22 – 104900,445 X23 + 173565,002 X24

Hasil uji goodness of fit untuk model 2 ditampilkan pada Tabel 4.34 berikut ini.

Tabel 4.34 Koefisien Determinasi (R2) Model Penelitian untuk Petani Tambak

Model R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

2 0,638 0,602 206095,42562

Sumber: Print Out SPSS (Lampiran 7)

Dari Tabel 4.34 menunjukkan bahwa untuk model 2 diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,638 yang bermakna bahwa variansi kemampuan variabel modal, pengalaman, tenaga kerja, dan variabel luas lahan tambak dalam menjelaskan variasi pendapatan petani tambak sebesar 63,8% sedangkan sisanya sebesar 36,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

4.12.1 Uji Pengaruh Secara Serempak (Uji F)

Pengujian pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara serempak dilakukan dengan uji F. Metode pengujian yang dilakukan dengan menggunakan kriteria bila F hitung lebih besar dari F Tabel pada α = 0,05 maka hipotesis yang menyatakan bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja dan luas lahan tambak signifikan mempengaruhi pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara dapat diterima. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4.35.

Tabel 4.35 ANOVA Model Penelitian Untuk Petani Tambak

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.99E+12 4 7.477E+11 17.604 .000(a)

Residual 1.70E+12 40 4.248E+10

Total 4.69E+12 44

Sumber: Print Out SPSS (Lampiran 7)

Berdasarkan Tabel 4.35 diperoleh nilai F hitung untuk model 2 sebesar 17,604 dengan p-value sebesar 0,000. Sedangkan F Tabel pada v1 = n – k (45 – 5 = 40) dan v2 = k – 1 (5 – 1 = 4) diperoleh F Tabel sebesar 2,61. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara serempak variabel modal, pengalaman, tenaga kerja, dan variabel luas lahan tambak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

4.12.2 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji t)

4.12.2.1 Pengaruh modal terhadap pendapatan petani tambak

Dari Tabel 4.33 diperoleh t hitung untuk modal (X21) sebesar 2,926 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung (2,926) > t tabel (2,021) maka modal secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Modal merupakan faktor penting dalam aktifitas petani tambak. Modal yang diperlukan dalam usaha bertambak lebih besar dari pada modal yang diperlukan oleh nelayan untuk melaut. Oleh petani tambak modal tersebut digunakan baik untuk perluasan lahan, pembelian bibit, pembelian pakan, peralatan-peralatan bertambak, juga untuk keperluan tenaga kerja selama belum masa panen. Semakin luas lahan maka semakin besar modal yang diperlukan dan semakin besar pula hasil panen atau pendapatan.

Modal yang digunakan oleh petani tambak sebagian besar diperoleh dari keluarga, bantuan pemerintah dan toke/pengusaha. Pengembalian modal biasanya dilakukan dengan ciclan dan bagi hasil. Pendapatan dari hasil panen dikurangi modal (termasuk semua biaya-biaya) kemudian baru dibagi lagi dengan pengelola tambak (tenaga kerja). Oleh karenanya pendapatan yang diterima oleh petani tambak (pemilik) akan lebih kecil atau menjadi berkurang akibat pembagian pendapatan kepada pemilik-pemilik modal dan tenaga kerja, belum lagi resiko gagal panen.

Variabel modal (X21) mempunyai koefisien sebesar 0,354 yang bermakna bahwa dengan tambahan modal Rp.1.000 pada saat variabel lain konstan maka akan dapat meningkatkan pendapatan petani tambak sebesar Rp.354. Hal ini menunjukkan tambahan dari penggunaan modal selama dalam pengelolaan tambak dapat meningkatkan pendapatan bagi petani tambak. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Salim (1999) menemukan variabel modal bepengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak.

4.12.2.2 Pengaruh pengalaman terhadap pendapatan petani tambak

Dari Tabel 4.33 diperoleh t hitung untuk pengalaman (X22) sebesar 7,558 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung (7,558) > t tabel (2,021) maka pengalaman secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani tambak.

Pengalaman merupakan faktor penting dalam mengelola tambak. Pada usaha pertambakan merupakan usaha budi daya yang memang harus betul-betul memahami dan mempelajarinya sebelum memulai usaha pertambakan karena usaha pertambakan adalah usaha budi daya yang memerlukan banyak modal, sehingga diupayakan resiko gagal panen dapat dielakkan.

Pada daerah penelitian, pengalaman bertambak para petani tambak rata-rata sudah lebih dari sepuluh tahun. Pengalaman lebih dari sepuluh tahun sudah lebih memahami segala seluk beluk mengenai pertambakan. Dengan semakin

berpengalaman seseorang didalam bertambak maka semakin kecil resiko gagal panen yang akan ditanggung oleh petani tambak sehingga petani tambak bisa memperoleh keuntungan lebih besar dan dapat meningkatkan pendapatan.

Variabel pengalaman (X22) mempunyai koefisien sebesar 35162,050 bermakna bahwa dengan adanya tambahan pengalaman mengelola tambak selama 1 tahun maka akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.35.162,05 dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan pengalaman mengelola tambak dapat meningkatkan pendapatan bagi petani tambak. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan temuan Salim (1999) bahwa variabel pengalaman bepengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak.

4.12.2.3 Pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan petani tambak

Dari Tabel 4.33 diperoleh t hitung untuk tenaga kerja (X23) sebesar -1,097 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 uji dua sisi diperoleh t tabel -2,021 dengan demikian karena t hitung 1,097) < t tabel (-2,021) maka tenaga kerja secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan. Dalam usaha tani tambak, tenaga kerja memang sangat diperlukan terutama untuk memberikan pakan, menjaga air dan menjaga keamanan usaha tani tambak. Akan tetapi pemakaian tenaga kerja terlalu banyak akan kurang efektif. Pada daerah

penggunaan tenaga kerja terlalu banyak dan tidak sesuai dengan luas lahan, juga beban kerja sehingga kurang efisien bila dibandingkan dengan hasil produksi. Penggunaan tenaga kerja yang kurang efisien ini dapat berpengaruh pada pendapatan, dimana pendapatan petani tambak akan berkurang.

Variabel tenaga kerja (X23) mempunyai koefisien sebesar -104900,445 bermakna bahwa dengan adanya tambahan penggunaan tenaga kerja dalam pengelolaan tambak sebanyak 1 orang justru dapat mengurangi pendapatan petani tambak sebesar Rp.104.900,45 dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini konsisten dengan penelitian Salim (1999) yang menemukan variabel tenaga kerja tidak bepengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak, walaupun demikian dalam penelitian salim koefisien tenaga kerja mempunyai arah yang positif dengan pendapatan petani tambak.

4.12.2.4 Pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani tambak

Dari Tabel 4.33 diperoleh t hitung untuk luas lahan tambak (X24) sebesar 1,250 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung (1,250) < t tabel (2,021) maka luas lahan tambak secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak.

Luas lahan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi pendapatan, karena dalam usaha tani tambak lahan menjadi faktor utama dalam proses produksi. Tanpa adanya lahan dapat dipastikan usaha tani tambak tidak akan berhasil, namun

demikian luas lahan bukanlah fakor yang sudah pasti sangat menentukan. Pada daerah penelitian didapati beberapa petani tambak yang mempunyai lahan yang luas tetapi hasil atau nilai produksinya sedikit. Hal ini terjadi karena ikan yang dibudi daya adalah jenis komoditi yang mempunyai nilai ekonomi rendah diantaranya ikan mujair dan ikan bandeng, dan bukan jenis komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti kerapu maupun kakap putih

Variabel luas lahan tambak (X24) mempunyai koefisien sebesar 173565,002 bermakna bahwa dengan adanya tambahan luas lahan tambak 1 meter persegi dapat meningkatkan pendapatan petani tambak sebesar Rp.173.565 dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan luas lahan tambak walaupun dapat meningkatkan pendapatan bagi petani tambak tetapi tidak signifikan secara statistik. Hasil ini berbeda dengan penelitian Salim (1999) yang menemukan variabel luas lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani tambak.

Dokumen terkait