• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.24 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

4.24.2 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji t)

4.24.2.1 Pengaruh modal terhadap pendapatan nelayan

Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk modal (X11) sebesar 5,146 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung (5,146) > t tabel (2,021) maka modal secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa variabel inilah yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam aktifitas nelayan menangkap ikan dilaut (melaut) karena modal diperlukan untuk dana awal aktifitas

melaut, seperti penyediaan kapal motor, peralatan tambahan dalam penangkapan/penyimpanan ikan, sampai kepada biaya operasional melaut seperti biaya beli bahan bakar dan segala keperluan ABK selama melaut. Semakin besar modal yang ada, misal adanya beberapa boat atau adanya boat besar maka semakin besar pula kemungkinan nelayan mendapatkan pendapatan yang lebih banyak.

Pada daerah penelitian modal yang digunakan dalam operasional melaut sebagian besar diperoleh dari pinjaman keluarga dan dari toke/pengusaha. Pengembalian modal dari keluarga dan toke/pengusaha dengan cara bagi hasil. Persentase pembagian hasil untuk keluarga lebih kecil dibandingkan dengan untuk toke/pengusaha. Oleh karenanya pendapatan yang diterima nelayan menjadi berkurang akibat pembagian pendapatan kepada pemilik-pemilik modal.

Variabel modal (X11) mempunyai koefisien sebesar 0,530 yang bermakna bahwa dengan tambahan modal Rp.1.000 pada saat variabel lain konstan maka akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.530. Hal ini menunjukkan tambahan dari penggunaan modal selama melaut dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Salim (1999) yang menemukan variabel modal tidak bepengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Namun konsisten dengan hasil penelitian Rangkuti (1995) yang menemukan variabel biaya melaut berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Konsisten juga dengan Sasmita (2006) yang menemukan variabel modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

4.24.2.2 Pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan

Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk pengalaman (X12) sebesar 1,559 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung (1,559) < t tabel (2,021) maka pengalaman secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan.

Pengalaman memang merupakan faktor penting dalam memaksimalkan pendapatan, karena nelayan yang mempunyai pengalaman lebih lama cenderung lebih mengetahui kapan dan dimana dapat melabuhkan pukatnya sehing hasil tangkapan juga lebih banyak, tetapi pengalaman yang cukup lama belum dapat menjamin banyaknya hasil tangkapan karena dalam aktifitas menangkap ikan/melaut tidak pernah luput dari kondisi alam.

Pada daerah penelitian pengalaman melaut para nelayan rata-rata sudah cukup lama, namun lamanya melaut para nelayan walaupun berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan. Hal ini dipengaruhi oleh musim yang kadang cuaca buruk dan sering kali terjadi badai serta ketinggian ombak yang tidak memungkinkan nelayan untuk melaut sehingga ikan tidak ada. Apalagi kondisi alam dalam beberapa tahun ini tidak menentu dan sering terjadi hal-hal yang tidak pernah diduga.

Variabel pengalaman (X12) mempunyai koefisien sebesar 12420,744 bermakna bahwa dengan adanya tambahan pengalaman dalam melaut selama 1 tahun

asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan pengalaman melaut walaupun dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan tetapi tidak signifikan secara statistik. Hasil ini berbeda dengan penelitian Salim (1999) yang menemukan variabel pengalaman bepengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Namun konsisten dengan hasil penelitian Sasmita (2006) yang menemukan variabel pengalaman walaupun berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan.

4.24.2.3 Pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan

Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk tenaga kerja (X13) sebesar 2,027 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung (2,027) > t tabel (2,021) maka tenaga kerja secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

Tenaga kerja secara tidak langsung menjadi faktor pendorong peningkatan pendapatan nelayan. Karena tanpa adanya tenaga kerja tidak ada yang akan menjalankan perahu dan penggunaan peralatan melaut. Peralatan yang canggih sekalipun tanpa dihidupkan dan dikendalikan oleh manusia (tenaga kerja) maka tidak akan berfungsi. Namun sedikit atau banyaknya tenaga kerja yang dipakai, tergantung dari besar kecilnya perahu motor yang digunakan. Penggunaan tenaga kerja yang terlalu banyak pada skala kerja yang kecil akan sangat tidak efisien, mengingat biaya yang akan dikeluarkan untuk keperluan tenaga kerja tentu akan cukup banyak

Pada daerah penelitian penggunaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dalam operasional melaut dan besar kecilnya perahu yang dipakai. Tenaga kerja yang

dipakai semua mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing. Secara tidak langsung tenaga kerja juga menjadi faktor yang mendorong peningkatan pendapatan nelayan.

Variabel tenaga kerja (X13) mempunyai koefisien sebesar 17640,950 bermakna bahwa dengan adanya tambahan penggunaan tenaga kerja dalam melaut sebanyak 1 orang dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.17.640,95 dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan penggunaan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Salim (1999) yang menemukan variabel tenaga kerja tidak bepengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Namun konsisten dengan hasil penelitian Sasmita (2006) yang menemukan variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

4.24.2.4 Pengaruh lama melaut terhadap pendapatan nelayan

Dari Tabel 4.30 diperoleh t hitung untuk lama melaut (X14) sebesar 0,495 Pada tabel t dengan df = n – k (45 – 5 = 40) dan tingkat pengujian α = 0,05 diperoleh t tabel 2,021 dengan demikian karena t hitung (0,495) < t tabel (2,021) maka lama melaut secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan.

Waktu yang dimaksud dalam penelitian adalah lamanya waktu yang digunakan nelayan untuk sekali melaut. Lama tidaknya waktu yang digunakan nelayan untuk sekali melaut sangat tergantung dari jenis boat yang digunakan

nelayan yang menggunakan boat kecil dan melaut hanya dalam waktu satu hari penuh menghasilkan pendapatan 600.000 rupiah. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk operasional melaut jauh lebih kecil dari jenis boat besar baik untuk bahan bakar, keperluan tenaga kerja, juga tidak ada boks pendingin.

Sedangkan nelayan yang menggunakan boat besar dan melaut sampai tiga atau empat hari kadang hanya menghasilkan pendapatan sebesar 3 juta rupiah, sementara biaya yang dikeluarkan untuk operasional melaut jauh lebih besar dari jenis boat kecil. Sehingga kalau diperhitungkan pendapatan nelayan yang menggunakan boat kecil dengan waktu satu hari lebih besar dari pada nelayan yang menggunakan boat besar dengan waktu 3 atau 4 hari.

Variabel lama melaut (X14) mempunyai koefisien sebesar 3958,320 bermakna bahwa dengan adanya tambahan waktu melaut selama 1 jam maka akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.3.958,32 dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini menunjukkan tambahan waktu melaut walaupun dapat meningkatkan pendapatan bagi nelayan tetapi tidak signifikan secara statistik. Hasil ini berbeda dengan penelitian Sasmita (2006) yang menemukan variabel waktu melaut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

Dokumen terkait