• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor penyebab perubahan lahan

D. Pelaksanaan Penelitian

4. Analisis faktor penyebab perubahan lahan

Data yang dibutuhkan untuk tujuan kedua dari penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner AHP kepada para responden ahli sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan cara mencari informasi melalui buku, penelitian ilmiah dan jurnal ilmiah.

a. Pemilihan Responden Ahli

Responden ahli dipilih secara purposive sampling, karena menurut Soekartawi (1995) dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai hubungan yang

erat dengan ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya. Adapun responden yang dipilih meliputi:

1. BAPPEDA ( 1 orang) 2. Dinas Kehutanan ( 1 orang)

3. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan ( 1 orang) 4. Camat ( 3 kecamatan)

5. Akademisi ( 2 orang)

6. Tokoh Masyarakat ( 2 orang)

b. Penyusunan Hierarki Permasalahan

Hierarki permasalahan yang disusun harus mencerminkan hubungan antara tujuan (goal), kriteria, dan alternatif. Penyusunan hierarki permasalahan dapat dilihat seperti Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Hierarki Faktor Dominan Penyebab Perubahan Lahan Sasaran     Kriteria         Alternatif  

Faktor Dominan Penyebab Perubahan Lahan di Kota Medan

Sosial Ekologi Ekonomi

Pembebasan Lahan untuk RTH Penataan Ruang Penetapan Tata Batas Penegakan Kebijakan Jumlah APBD Aktivitas Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara terhadap para responden diambillah kesimpulan sebagai penyusun hierarki permasalahan dengan goal ataau sasaran dari faktor dominan penyebab perubahan lahan di kota Medan, dengan criteria sebagai berikut :

1. Sosial

Para responden mengganggap bahwa sosial berpengaruh terhadap perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kota Medan. Melihat Kota Medan merupakan ibukota dari provinsi, maka daya tarik masyarakat untuk menetap ataupun untuk meningkatkan kesejahteraan juga akan tinggi sehingga kebutuhan akan lahan akan semakin meningkat didukung dengan tingginya akktivitas yang terjadi di wilayah perkotaan tersebut. Dengan adanya perkembangan penduduk maka perubahan lahan juga akan meningkat.

2. Ekologi

Ekologi menjadi salah satu bidang yang berpengaruh terhadap sasaran yang dituju karena para responden menganggap bahwa dengan adanya aktivitas masyarakat yang tinggi akibat pertumbuhan penduduk yang pesat maka akan terjadi peningkatan kebutuhan akan lahan. Keadaan tersebut mengakibatkan perubahaan terhadap lahan yang sering kali tidak mengikuti kaidah konservasi alam. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap keadaan lingkungan suatu wilayah perkotaan.

3. Ekonomi

Ekonomi menjadi salah satu kriteria yang disimpulkan oleh para responden dikarenakan aktivitas perkotaan yang tinggi yang membutuhkan

pembangunan infrastuktur dengan menggunakan lahan yang ada tentu saja butuh biaya. Begitu juga ketika kemajuan dari segi ekonomi dari suatu perkotaan tinggi akan lebih banyak keinginan untuk membutuhkan pembangunan infrastruktur yang akan membutuhkan lahan dimana akan terjadi pengalihfungsikan suatu lahan ataupun tidak. Apalagi melihat terjadinya urbanisasi dikarenakan wilayah perkotaan yang merupakan pusat konsentrasi penduduk akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola tutupan lahan , dimana pengembangan yang telah dilakukan terhadap tutupan lahan itu akan membentuk harga lahan suatu tanah. Jadi seringkali perubahan tutupan lahan yang terjadi dilakukan untuk investasi atau kegiatan ekonomi lainnya melihat daerah perkotaan yang identik dengan daerah untuk jasa perdagangan.

Sedangkan alternative yang disimpulkan dari hasil wawancara para responden adalah

1. Penataan Ruang

Penataan ruang suatu kawasan ditetapkan oleh undang- undang dan itu adalah hal yang wajib diikuti oleh setiap wilayah perkotaan. Oleh karena itu, perubahan terhadap tutupan lahan terutama wilayah yang menjadi wilayah perkotaan diatur ataupun ditata oleh undang- undang sesuai dengan yang diperuntukkan, seperti UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Ruang kehidupan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan diharapkan dapat terwujud melalui penataan ruang tetapi faktanya hingga saat ini kondisi yang tercipta masih belum sesuai dengan harapan.

2. Penetapan Tata Batas

Penetapan Tata Batas lebih kepada peraturan atau kebijakan daerah dalam menentukan batas- batas di kawasan pemerintahannya. Perubahan tutupan lahan bisa saja terjadi apabila lahan tersebut menurut tata batas yang sudah ditetapkan tidak sesuai dengan yang diperuntukkan.

3. Penegakan Kebijakan

Kebijakan daerah yang ditetapkan tentu saja sangat berpengaruh terhadap perubahan tutupan lahan. Apabila kebijakan daerah tidak ditegakkan tentu akan banyak terjadi pembangunan liar yang otomatis akan mengubah tutupan lahan.

4. Pembebasan Lahan untuk RTH

Kebutuhan kota akan ruang terbuka hijau sesuai dengan peraturan daerah maupun undang- undang tentu akan mengubah suatu lahan menjadi ruang terbuka hijau. Apalagi dengan maraknya kegiatan- kegiatan penghijauan akibat global warming akan menimbulkan terjadinya perubahan tutupan suatu lahan.

5. Jumlah APBD

ABPD merupakan anggaran atau biaya pembangunan suatu daerah. Apabila jumlah APBD besar tentu akan mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena itu, pemerintah juga akan menggunakan APBD untuk memanfaatkan lahan sebagai pendukung kegiatan perekonomian masyarakat dengan melakukan pembangunan infrastruktur.

Defenisi

1 Kedua elemen yang dibandingkan sama penting

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen yang lain 5 Elemen yang satu sangat penting dibandingkan elemen lainnya

7 Satu elemen lebih jelas lebih penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai- nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kebalikan

Jika untuk aktivitas I mendapat satu angkan bila dibandingkan dengan aktivitas j maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Intensitas Pentingnya

6. Aktivitas Masyarakat

Aktivitas masyarakat yang tinggi akibat besarnya jumlah penduduk terutama di wilayah perkotaan akan mempengaruhi penggunaan lahan suatu daerah dimana akan diperlukan ruang yang cukup luas.

c. Pembuatan Kuisioner

Dilakukan pembandingan berpasangan antar kriteria untuk kuisioner. Pembandingan antar kriteria dilakukan dengan cara :

a. Menentukan kriteria mana yang lebih penting dan seberapa kali lebih penting dibanding kriteria lainnya. Intensitas pembandingan ditunjukkan oleh skala nilai dari 1 sampai 9 atau kebalikan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Skala AHP

sumber : Saaty dan Vargas (2001) dalam Rahmawaty (2011) b. Menyusunnya dalam bentuk matriks pembandingan berpasangan c. Pembandingan dilakukan dari baris terhadap kolom

d. Penentuan vektor prioritas

Expert Choice 2000 dirancang untuk proses pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif strategi.  Berikut ini proses penggunaan Expert Choice 2000:

1. Buka file baru dengan memilih menu file kemudian new. 2. Membuat File Name untuk menyimpan data yang dianalisis.

3. Isikan goal atau hasil yang anda inginkan yang menunjukkan inputan

Evaluation and Choice model, kemudian klik OK.

4. Untuk memasukkan kriteria yang akan dicari bobotnya, maka pilih Edit, kemudian pilih Insert Child Of Current Node, kemudian akan muncul tampilan node.

5. Berikutnya masukkan kriteria-kriteria yang akan dinilai bobotnya dan akhiri dengan esc.

6. Masukkan alternatif-alternatif dengan cara klik ( + A ) dan klik OK. 7. Untuk melakukan pembobotan arahkan kursor ke goal/ tujuan, klik

Assessment dan kemudian klik Pairwise Numerical Comparasion

(lambang 3:1) beri bobot kepentingan dengan membandingkan tiap elemen yang ada di kriteria.

8. Hal yang sama dilakukan dalam pembobotan kepentingan alternatif-alternatif yang ada. Arahakan kursor ke tiap elemen criteria yang ada. Pada tiap elemen lakukan pembobotan alternatif dengan cara klik

Assessment dan kemudian klik Pairwise Numerical Comparasion

(lambang 3:1)

9. Hasil dari pembobotan harus dengan inconsistency dibawah 0.1. karena ini berarti penilaian yang dilakukan konsisten. Jika

inconsistency lebih dari 0.1,maka harus dilakukan penyebaran kuisioner ulang.

10.Setelah hasil dimasukkan dan inconsistency dibawah 0.1 maka klik tanda

11.Untuk mengetahui tampilan lain dari hasil pembobotan maka klik tanda

12.Dari hasil diatas maka akan dapat diketahui bobot akhir dari masing-masing kriteria atau sasaran, sementara itu untuk mengetahui bobot akhir prioritas dari alternatif, maka klik menu Synthesize lalu pilih

With Respect to Goal. Maka akan ditampilkan hasilnya sekaligus

dengan nilai Overall Inconsistency-nya.

Analisis data menggunakan metode AHP dengan batas tingkat inkonsistensi dalam penelitian adalah 10 persen. Selanjutnya, hasil pembobotan per individu apabila konsisten, digabungkan dengan rumus rataan geometrik yang kemudian hasilnya disatukan dalam satu tabel.

RG = n √X1 . X2 ….. Xn Keterangan :

RG = Rataan geomterik N = Jumlah responden

X1, X2 … Xn = Penilaian responden ke-1, ke-2 sampai dengan ke-n. Hasil rataan geometrik tersebut kemudian dicari prioritasnya lewat mekanisme perhitungan nilai setiap elemen pada tabel rataan geometrik dibagi dengan jumlah total rataan geometrik di setiap kolomnya.

Dokumen terkait