• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Pengelolaan Limbah Cair

INDUSTRI POLYESTER

BML IMPLEMENTASI AMDAL

5.2 Analisis Finansial Pengelolaan Limbah Cair

Prinsip hirarki pengelolaan limbah adalah suatu prinsip yang memberikan pedoman tentang tahapan-tahapan dalam pengelolaan limbah mulai dari yang lebih prioritas hingga yang tidak prioritas (Aminudin, 2008). Penerapan prinsip hirarki limbah yang konsisten dapat mengurangi jumlah limbah sehingga bisa menekan biaya

pengolahan limbah dan juga dapat meningkatkan kemanfaatan bahan baku yang pada gilirannya dapat mengurangi kecepatan pengurasan sumber daya alam. Bagi perusahaan dan masyarakat, penerapan prinsip hirarki pengelolaan limbah dapat berarti efisiensi biaya dan keuntungan secara ekonomi.

Tabel 11 Hasil monitoring Sungai Cisadane tahun 2007 - 2008

No Parameter Satuan Tahun 2007 Tahun 2008 BML

Jun Jan Jun

Up Down Up Down Up Down

1 BOD mg/l 2,6 3,6 4 5 4 3 2

2 COD mg/l 15,8 21,8 13 18 7 6 10

3 TDS mg/l 64 79 53 55 57 52 1000

4 Minyak dan Lemak mg/l <0,2 <0,2 <0,2 <0,2 - <0,2 1

5 pH 7,32 6 5,88 6,01 7,77 7,7 6 - 9

6 Amoniak Bebas mg/l <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,01 <0,01 0,5 Sumber : PT TIFICO

Oleh karena itu PT TIFICO telah melaksanakan pengelolaan limbah cair sebagai upaya industri agar kualitas limbah cair memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sebelum dialirkan ke Sungai Cisadane.

Upaya –upaya yang dapat dilakukan oleh suatu industri dapat berupa pencegahan atau pengolahan limbah cair, karena biaya yang dibutuhkan untuk pengolahan akan lebih besar dibandingkan dengan upaya pencegahan. Upaya pencegahan dapat dilaksanakan sebagai berikut :

- penggunaan bahan baku atau penolong yang berlebihan - ceceran bahan kimia

- kebocoran pada pipa-pipa limbah cair menuju ke IPAL/ELCAT

- cara penyimpanan B3 atau limbah B3 yang tidak memenuhi persyaratan sehingga bila terjadi hujan akan terbawa air hujan menuju air permukaan. Upaya –upaya tersebut merupakan salah satu proses produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan (Hidayatulllah et al. 2005)

Pada penelitian ini tidak dilakukan pembahasan atau mengidentifikasi pencegahan dampak untuk menghasilkannya limbah cair, akan tetapi akan mengulas perihal minimisasi limbah cair.

Program minimisasi limbah adalah program bertujuan untuk mengurangi limbah yang harus diolah di tempat pengolahan limbah maupun yang dibuang ke lingkungan,dengan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh suatu proses produksi dengan cara melakukan reduksi pada sumbernya, dan atau memanfaatkannya kembali (Rochaeni dan Pradiko, 2004)

Oleh karena itu dengan berkurangnya limbah cair yang harus diolah maka akan mengurangi juga biaya operasional dari IPAL maupun ELCAT. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimisasi limbah cair adalah sebagai berikut :

- pengurangan jumlah bahan baku dan penolong atau mengurangi sumbernya (reduce).

- melaksanakan penggunaan kembali air limbah untuk proses produksi (reuse) - mendaur ulang limbah cair untuk kegiatan proses produksi (recycling)

Upaya-upaya tersebut diatas merupakan salah satu cara untuk mengurangi volume limbah cair dari proses produksi. Upaya yang telah dilaksanakan oleh PT TIFICO dalam rangka untuk mengurangi volume limbah cair yaitu dengan cara menggunakan kembali limbah cair untuk proses produksi terutama limbah cair dari cooling water yang masih layak untuk digunakan untuk proses produksi. Limbah cair dari cooling water ini dialirkan ke Water Treatment Plan (WTP) untuk diolah sebelum digunakan untuk kegiatan proses produksi PT TIFICO bersamaan dengan air yang diambil dari Sungai Cisadane. Sedangkan limbah cair yang telah terkontaminasi atau tidak dapat dimanfaatkan kembali akan dialirkan ke :

- Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang telah dimiliki oleh PT TIFICO sejak tahun 1992 dengan biaya investasi sebesar ± Rp 1 500 000 000 dengan umur alat selama 17 tahun.

- ELCAT merupakan pengolahan limbah cair yang dibangun pada akhir tahun 2006 dengan biaya investasi sebesar Rp. 6 145 075 000,- (umur alat 17 tahun ). ELCAT ini menggantikan pengolahan limbah cair yang terdahulu yaitu Sludge Treatment

Plan (STP) yang telah ada sejak tahun 1992. Proses STP tersebut sudah tidak efektif lagi karena kualitas limbah cair di outlet masih terdapat beberapa parameter yang melebihi BML yang dipersyaratkan.

Berdasarkan Gambar 22 neraca air proses produksi PT TIFICO menunjukkant bahwa air limbah yang dimanfaatkan kembali adalah sejumlah 8 018 m3/hari yang dialirkan ke WTP untuk diolah bersama-sama dengan air Sungai Cisadane sejumlah 9.002 m3/hari. Sedangkan kalau ditinjau dari kualitas limbah cair untuk parameter Total Suspended Solid (TSS) dari cooling tower dibandingkan dengan parameter TSS kualitas Sungai Cisadane lebih kecil parameter TSS pada limbah cair cooling tower.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan pemakaian ulang atau reuse limbah cair cooling tower tersebut akan mengurangi pemakaian bahan kimia (PAC) pada proses di WTP dibandingkan kalau WTP tersebut akan mengolah secara keseluruhan dari Sungai Cisadane. Pada hasil studi AMDAL yang pernah dilaksanakan oleh kegiatan di sekitar PT TIFICO menunjukkan bahwa parameter TSS di Sungai Cisadane menunjukkan nilai diatas 100 mg/l sedangkan hasil parameter TSS limbah cair PT TIFICO antara 4 -50 mg/l sehingga terlihat bahwa hampir 2 kali lebih besar parameter TSS limbah cair Sungai Cisadane dibandingkan dengan parameter TSS PT TIFICO. Oleh karena itu dengan dimanfaatkannya kembali limbah cair cooling tower PT TIFICO untuk proses produksi akan terjadi penghematan penggunaan bahan chemical pada kegiatan penjernihan air di WTP.

Kajian manfaat biaya lingkungan berperan penting dalam memberikan gambaran dan argumen yang kuat tentang beberapa besar manfaat yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, serta berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat nyata tersebut (pay back period).

Hasil analisis dari kegiatan minimisasi limbah yang telah diidentifikasi dengan menggunakan neraca air pada seluruh kegiatan produksi PT TIFICO, maka dapat diketahui besarnya efisiensi yang diperoleh pabrik PT TIFICO secara finansial yang ditunjukkan pada Tabel 12 dan cost atau biaya (Tabel 13) yang dikeluarkan

perusahaan untuk menerapkan kegiatan minimisasi limbah yaitu mengurangi limbah cair yang akan dikeluarkan ke badan penerima limbah atau Sungai Cisadane.

Tabel 12 Benefit kegiatan minimisasi limbah secara finansial

No Uraian Jumlah limbah

m3/hari

Dokumen terkait