• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pengelolaan Air dan Air Limbah Di PT TIFICO Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Pengelolaan Air dan Air Limbah Di PT TIFICO Tangerang"

Copied!
286
0
0

Teks penuh

(1)

EMBOYO RETNO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kinerja Pengelolaan Air dan Air Limbah Di PT TIFICOTangerang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Emboyo Retno

(3)

ABSTRACT

EMBOYO RETNO. Wastewater Management Performance of PT TIFICO. Under direction of Syaiful Anwar and Arief Sabdo Yuwono

This study is a review of waste water management performance of PT TIFICO with reference to AMDAL. The objectives of the study were to identify the waste water sources, to analyze financial of waste water management, to study the quality tendency of waste water treatment results, and to survey the company’s management performance based on perception. The methods of the study included water balance, benefit cost, tendency, and description analysis. The water balance analysis shows that the sources waste water coming from general cleaning, steam boilers, cooling waters, and waste water from dyeing and cleaning chemicals. All of the waste water was processed in IPAL and ELCAT. The resulted processed water then recycled and discarded into Cisadane River as much as 8,018 m3/d and 6,926 m3/d, respectively. Benefit cost ratio of waste water management in PT TIFICO was 1.4, and can be improve by increasing the volume of reuse water. The tendency analysis (monthly data from January 2003 to July 2008) indicates that after AMDAL implementation (April 2008), efficiency of IPAL and ELCAT need to be improve, particularly for BOD, COD and TSS for IPAL, and oil and fat for ELCAT. The employees perceive that the company management performance is effective and results in an increase of the company image. Directly affected people perceive that there is an increase in environmental quality after the implementation of AMDAL.

(4)

RINGKASAN

EMBOYO RETNO. Kinerja Pengelolaan Limbah Cair di PT TIFICO. Dibimbing olehSyaiful Anwar dan Arief Sabdo Yuwono.

Sektor industri merupakan sektor yang rentan dengan masalah lingkungan Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor industri adalah PT Teijin Indonesia Fiber Corporation (PT TIFICO) di Kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dan Kelurahan Paku Alam Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang yang menghasilkan produk utama “Polyester” dengan memiliki lahan seluas 60 ha. Tujuan penelitian ini adalah adalah mengidentifikasi sumber limbah cair dengan metode neraca air, melakukan studi kecenderungan perubahan kualitas limbah cair dengan menggunakan SPSS versi 11.0, melakukan analisis finansial pengelolaan limbah cair dengan mengunakan metode benefit cost ratio, mengukur kinerja pengelolaan perusahaan berdasarkan persepsi karyawan, instansi terkait (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten / Kota Tangerang atau Bapedal Propinsi Banten ) dan masyarakat dengan metode deskriptif.

Dalam proses produksi PT TIFICO ini terdapat 4 produk utama dimana untuk menghasilkan produk tersebut perlu memanfaatkan cooling tower, boiler dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Semua kegiatan tersebut membutuhkan air untuk mengoperasikannya. Jumlah raw water Sungai Cisadane sebesar 9 002 m3/hari, sedangkan limbah cair yang telah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Sludge Treatment Plan (STP)- ELCAT yang dialirkan ke Sungai Cisadane bersama-sama limbah cair dari cooling water serta limbah domestik sebesar 6 923 m3/hari. Oleh karena itu kegiatan PT TIFICO berpotensi untuk menurunkan kualitas Sungai Cisadane. Kinerja IPAL harus ditingkatkan karena adanya peningkatan kualitas pada parameter BOD dan COD dibandingkan dengan BML Indonesia, Uni Eropa, US-EPA dan Jepang. Hal ini karena adanya perubahan atau penggantian nutrisi pada bak erasi di IPAL. Adapun kinerja ELCAT telah efektif setelah adanya penggantian pengolahan limbah cair dari STP ke ELCAT. Hal ini ditinjau dari kualitas limbah cairnya telah memenuhui BML yang dipersyaratkan.

(5)

daya alam yaitu Sungai Cisadane. Selain itu PT TIFICO mendapatkan keuntungan dari segi finansial karena kegiatan minimisasi limbah cair tersebut.

Monitoring kualitas Sungai Cisadane dilakukan tidak setiap 6 bulan sekali dari tahun 2003 hingga pertengahan 2008. Hasilnya menunjukkan nilai BOD dan COD masih melebihi BML yang dipersyaratkan baik pada posisi up stream maupun down stream. Hal ini disebabkan karena kualitas Sungai Cisadane sendiri sudah tidak memenuhi BML yang dipersyaratkan. Penurunan kualitas Sungai Cisadane ini diperkirakan akibat adanya berbagai kegiatan di sebelah hulu dari efluen PT TIFICO yang mengakibatkan penurunan kualitas Sungai Cisadane. Selain itu limbah domestik masyarakat sekitar juga berpotensi untuk menurunkan kualitas Sungai Cisadane.Oleh karena itu untuk mengurangi beban pencemaran Sungai Cisadane perlu dilakukan pengelolaan secara holistik dengan melakukan pengelolaan kegiatan dari bagian hulu PT TIFICO sampai dengan bagian hilir PT TIFICO.

Persepsi karyawan terhadap kinerja pengelolaan perusahaan dapat ditinjau dari pengetahuan karyawan. Pengetahuan karyawan tentang AMDAL pada bagian ESH menunjukkan bahwa 96 % mengetahui. Sedangkan untuk pelaksanaan AMDAL 78% responden menyampaikan cukup efektif.Adapun untuk perbaikan lingkungan kerja menyampaikan 91% terdapat perbaikan lingkungan kerja. Sedangkan untuk kesadaran karyawan dan peningkatan citra perusahaan 70% responden menyatakan hal tersebut. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan perusahaan menyatakan bahwa yang dirasakan oleh masyarakat sekitar drainase PT TIFICO adalah adanya peningkatan kebisingan, debu serta peluangan kesempatan kerja . Adapun dampak terhadap limbah cair masuk pada prioritas ke 2, sehingga dampak terhadap limbah cair PT TIFICO tidak dirasakan langsung oleh masyarakat dekat saluran drainase PT TIFICO di tepi Sungai Cisadane. Masyarakat di tepi Sungai Cisadane sebagian besar tidak memanfaatkan sungai untuk kegiatan sehari-hari. Akan tetapi menggunakan air tanah atau sumur serta PDAM. Persepsi instansi terkait yaitu BLHD Provinsi Banten terhadap monitoring PT TIFICO cukup positif karena PT TIFICO secara rutin melakukan monitoring sesuai dengan RKL dan RPL setiap 6 bulan sekali. Secara umum kinerja pengelolaan air dan air limbah PT TIFICO sudah berjalan secara efektif.

(6)

EMBOYO RETNO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(8)

Nama : Emboyo Retno

NRP : P051064164

Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL) Program : Magister (S2)

Disetujui: Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Syaiful Anwar, M.Sc Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc, Ph.D Ketua Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(9)
(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kurnia yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan dan melakukan penelitian untuk tugas akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kinerja Pengelolaan Air dan Air Limbah di PT TIFICO Tangerang “ tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc, Ph.D selaku anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan saran selama penyusunan dan menempuh pendidikan di IPB dan menyelesaikan tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, suami dan anak-anakku tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari, bahwa penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan dan kekurangan. Meskipun demikian, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, khususnya Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Bogor, Januari 2009

(11)

EMBOYO RETNO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kinerja Pengelolaan Air dan Air Limbah Di PT TIFICOTangerang adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Emboyo Retno

(13)

ABSTRACT

EMBOYO RETNO. Wastewater Management Performance of PT TIFICO. Under direction of Syaiful Anwar and Arief Sabdo Yuwono

This study is a review of waste water management performance of PT TIFICO with reference to AMDAL. The objectives of the study were to identify the waste water sources, to analyze financial of waste water management, to study the quality tendency of waste water treatment results, and to survey the company’s management performance based on perception. The methods of the study included water balance, benefit cost, tendency, and description analysis. The water balance analysis shows that the sources waste water coming from general cleaning, steam boilers, cooling waters, and waste water from dyeing and cleaning chemicals. All of the waste water was processed in IPAL and ELCAT. The resulted processed water then recycled and discarded into Cisadane River as much as 8,018 m3/d and 6,926 m3/d, respectively. Benefit cost ratio of waste water management in PT TIFICO was 1.4, and can be improve by increasing the volume of reuse water. The tendency analysis (monthly data from January 2003 to July 2008) indicates that after AMDAL implementation (April 2008), efficiency of IPAL and ELCAT need to be improve, particularly for BOD, COD and TSS for IPAL, and oil and fat for ELCAT. The employees perceive that the company management performance is effective and results in an increase of the company image. Directly affected people perceive that there is an increase in environmental quality after the implementation of AMDAL.

(14)

RINGKASAN

EMBOYO RETNO. Kinerja Pengelolaan Limbah Cair di PT TIFICO. Dibimbing olehSyaiful Anwar dan Arief Sabdo Yuwono.

Sektor industri merupakan sektor yang rentan dengan masalah lingkungan Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor industri adalah PT Teijin Indonesia Fiber Corporation (PT TIFICO) di Kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dan Kelurahan Paku Alam Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang yang menghasilkan produk utama “Polyester” dengan memiliki lahan seluas 60 ha. Tujuan penelitian ini adalah adalah mengidentifikasi sumber limbah cair dengan metode neraca air, melakukan studi kecenderungan perubahan kualitas limbah cair dengan menggunakan SPSS versi 11.0, melakukan analisis finansial pengelolaan limbah cair dengan mengunakan metode benefit cost ratio, mengukur kinerja pengelolaan perusahaan berdasarkan persepsi karyawan, instansi terkait (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten / Kota Tangerang atau Bapedal Propinsi Banten ) dan masyarakat dengan metode deskriptif.

Dalam proses produksi PT TIFICO ini terdapat 4 produk utama dimana untuk menghasilkan produk tersebut perlu memanfaatkan cooling tower, boiler dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Semua kegiatan tersebut membutuhkan air untuk mengoperasikannya. Jumlah raw water Sungai Cisadane sebesar 9 002 m3/hari, sedangkan limbah cair yang telah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Sludge Treatment Plan (STP)- ELCAT yang dialirkan ke Sungai Cisadane bersama-sama limbah cair dari cooling water serta limbah domestik sebesar 6 923 m3/hari. Oleh karena itu kegiatan PT TIFICO berpotensi untuk menurunkan kualitas Sungai Cisadane. Kinerja IPAL harus ditingkatkan karena adanya peningkatan kualitas pada parameter BOD dan COD dibandingkan dengan BML Indonesia, Uni Eropa, US-EPA dan Jepang. Hal ini karena adanya perubahan atau penggantian nutrisi pada bak erasi di IPAL. Adapun kinerja ELCAT telah efektif setelah adanya penggantian pengolahan limbah cair dari STP ke ELCAT. Hal ini ditinjau dari kualitas limbah cairnya telah memenuhui BML yang dipersyaratkan.

(15)

daya alam yaitu Sungai Cisadane. Selain itu PT TIFICO mendapatkan keuntungan dari segi finansial karena kegiatan minimisasi limbah cair tersebut.

Monitoring kualitas Sungai Cisadane dilakukan tidak setiap 6 bulan sekali dari tahun 2003 hingga pertengahan 2008. Hasilnya menunjukkan nilai BOD dan COD masih melebihi BML yang dipersyaratkan baik pada posisi up stream maupun down stream. Hal ini disebabkan karena kualitas Sungai Cisadane sendiri sudah tidak memenuhi BML yang dipersyaratkan. Penurunan kualitas Sungai Cisadane ini diperkirakan akibat adanya berbagai kegiatan di sebelah hulu dari efluen PT TIFICO yang mengakibatkan penurunan kualitas Sungai Cisadane. Selain itu limbah domestik masyarakat sekitar juga berpotensi untuk menurunkan kualitas Sungai Cisadane.Oleh karena itu untuk mengurangi beban pencemaran Sungai Cisadane perlu dilakukan pengelolaan secara holistik dengan melakukan pengelolaan kegiatan dari bagian hulu PT TIFICO sampai dengan bagian hilir PT TIFICO.

Persepsi karyawan terhadap kinerja pengelolaan perusahaan dapat ditinjau dari pengetahuan karyawan. Pengetahuan karyawan tentang AMDAL pada bagian ESH menunjukkan bahwa 96 % mengetahui. Sedangkan untuk pelaksanaan AMDAL 78% responden menyampaikan cukup efektif.Adapun untuk perbaikan lingkungan kerja menyampaikan 91% terdapat perbaikan lingkungan kerja. Sedangkan untuk kesadaran karyawan dan peningkatan citra perusahaan 70% responden menyatakan hal tersebut. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan perusahaan menyatakan bahwa yang dirasakan oleh masyarakat sekitar drainase PT TIFICO adalah adanya peningkatan kebisingan, debu serta peluangan kesempatan kerja . Adapun dampak terhadap limbah cair masuk pada prioritas ke 2, sehingga dampak terhadap limbah cair PT TIFICO tidak dirasakan langsung oleh masyarakat dekat saluran drainase PT TIFICO di tepi Sungai Cisadane. Masyarakat di tepi Sungai Cisadane sebagian besar tidak memanfaatkan sungai untuk kegiatan sehari-hari. Akan tetapi menggunakan air tanah atau sumur serta PDAM. Persepsi instansi terkait yaitu BLHD Provinsi Banten terhadap monitoring PT TIFICO cukup positif karena PT TIFICO secara rutin melakukan monitoring sesuai dengan RKL dan RPL setiap 6 bulan sekali. Secara umum kinerja pengelolaan air dan air limbah PT TIFICO sudah berjalan secara efektif.

(16)

EMBOYO RETNO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(18)

Nama : Emboyo Retno

NRP : P051064164

Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL) Program : Magister (S2)

Disetujui: Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Syaiful Anwar, M.Sc Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc, Ph.D Ketua Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(19)
(20)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kurnia yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan dan melakukan penelitian untuk tugas akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kinerja Pengelolaan Air dan Air Limbah di PT TIFICO Tangerang “ tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc, Ph.D selaku anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan saran selama penyusunan dan menempuh pendidikan di IPB dan menyelesaikan tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, suami dan anak-anakku tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari, bahwa penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan dan kekurangan. Meskipun demikian, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, khususnya Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Bogor, Januari 2009

(21)

Penulis dilahirkan di Daerah Istimewa Jogjakarta pada tanggal 11 Januari 1963, sebagai anak pertama dari pasangan Poediono,SH dan Oemaryati. Pendidikan dasar dan menengah ditempuh mulai tahun 1969 hingga tahun 1975 di Jakarta.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kegiatan sektor industri terus dipacu pertumbuhan dan pengembangannya dalam upaya memberikan kontribusi positif pada pengembangan ekonomi skala nasional dan daerah. Seperti kegiatan pembangunan lainnya, kegiatan tersebut akan memberikan dampak penting terhadap komponen-komponen lingkungan di sekitarnya. Dampak yang terjadi dapat bersifat positif bagi salah satu komponen lingkungan, tetapi berdampak negatif terhadap komponen lingkungan lainnya.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan salah satu studi kelayakan pengelolalan lingkungan yang bersifat wajib yang harus dilakukan sebelum usaha atau kegiatan dijalankan. Hal ini tertuang dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 15 ayat 1. Dalam AMDAL dapat diketahui secara jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Dampak yang ditimbukan adalah dampak negatif maupun dampak positif dari usaha dan /atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Hal ini tertuang dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL – RPL) yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari AMDAL.

Sektor industri merupakan sektor yang rentan dengan masalah lingkungan, apalagi bila kegiatan industri tersebut terdapat di lokasi yag padat penduduknya. Oleh karena itu sudah menjadi suatu kewajiban bagi kegiatan industri untuk lebih memperhatikan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan dengan melakukan implementasi AMDAL yang dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

(23)

menerapkan studi AMDAL khususnya RKL-RPL sebagai alat pengelolaan dampak lingkungan, akan dapat membantu meningkatkan efisiensi, berperan sebagai alat peringatan dini (early warning system) dan umpan balik bagi penyempurnaan konsep pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu RKL-RPL merupakan ujung tombak pelaksanaan AMDAL, sebab pengelolaan lingkungan yang baik merupakan kunci dari keberhasilan pengendalian dampak lingkungan (Silalahi, 1995).

Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor industri adalah PT Teijin Indonesia Fiber Corporation (PT TIFICO), terletak Kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dan Kelurahan Paku Alam Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang. PT TIFICO menghasilkan produk utama “Polyester” dengan bahan baku utamanya Pure Teraphtalic Acid (PTA) yang berupa serbuk dan Etilen Glikol (EG) berupa minyak dengan bantuan katalis (Sb2O3 dan TiO2), sebagai Delustering Agent.

Luas lahan PT TIFICO adalah seluas 60 ha. Pada lahan ini, selain sarana utama, terdapat sarana pendukung berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 30 MW dan boiler berkapasitas 140 ton/jam dengan bahan bakarnya adalah batu bara. Selain itu PT TIFICO juga menyediakan sarana berupa mess karyawan dengan luasan ± 7 200 m2 .

PT TIFICO telah melakukan penyusunan studi Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) tahun 2003 untuk kegiatan Industri Polyester dan Penyusunan UKL-UPL kegiatan PLTU 30 MW pada tahun 2004. Akan tetapi setelah ditinjau dari luasan lahan PT TIFICO yaitu seluas 60 ha, maka PT TIFICO mempunyai kewajiban melaksanakan studi AMDAL sesuai dengan Kepmen LH No. 17 tahun 2001 dan surat Bapedal No. 660/617-Bpdl/X/2005 .

Pada studi AMDAL menunjukkan bahwa kegiatan PT TIFICO menimbulkan beberapa dampak penting negatif yaitu :

(1) limbah padat B3 dari proses polimerisasi, sludge IPAL, lumpur separator, abu incinerator dan abu batu bara (fly ash maupun bottom ash)

(24)

(3) air limbah dari proses produksi, pencucian filter, laboratorium, pencucian truk dan gudang yang mengandung abu maupun batubara, blow down boiler, sisa oli bekas perawatan mesin, cooling water dan general cleaning yang mengandung ceceran minyak pelumas bekas pemakaian.

Hasil pemantauan PT TIFICO yang tertuang dalam studi AMDAL menunjukkan bahwa kualitas udara selama tahun 2005 baik di dalam maupun di luar lokasi kegiatan, hasilnya memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan atau dikategorikan baik. Dalam pengelolaan limbah B3, PT TIFICO telah melaksanakan pengelolaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Baik atau tidaknya pengelolaan limbah B3 ini dapat dipantau juga dari hasil analisis air limbah. Bila pengelolaan limbah B3 ini kurang baik maka ceceran B3 atau limbah B3 yang terbawa air hujan akan mengalir ke saluran drainase dan akan bercampur dengan air limbah dari IPAL dan STP-ELCAT menuju ke Sungai Cisadane. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang perlu dicermati adalah kegiatan pembuangan air limbah.

Berdasarkan hasil analisis pada studi AMDAL untuk kualitas air limbah pada tahun 2003 - 2005 dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 Lampiran IX B untuk kegiatan industri tekstil , menunjukkan masih ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu Amonia dan TSS. Sedangkan hasil monitoring outlet STP bulan Maret dan Mei tahun 2005 menunjukkan bahwa nilai paremeter COD masih di atas Baku Mutu yang dipersyaratkan. Adapun hasil monitoring kualitas Sungai Cisadane tahun 2003 – 2005 terlihat adanya peningkatan parameter BOD dan COD setelah menerima air limbah dari PT TIFICO, walaupun berdasarkan hasil monitoring air limbahnya masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa sangat diperlukannya penelitian tentang implementasi RKL-RPL PT TIFICO terutama untuk komponen lingkungan kualitas air yaitu kualitas air limbah maupun kualitas Sungai Cisadane.

(25)

lingkungan khususnya penurunan kualitas air Sungai Cisadane akibat pembuangan air limbah PT TIFICO. Air limbah perusahan ini telah diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan STP-ELCAT sebelum dibuang ke Sungai Cisadane. Sumber air limbah dari berbagai kegiatan PT TIFICO perlu diidentifikasi sehingga dapat dikelola secara optimal. Air yang dibuang ke Sungai Cisadane harus memiliki kualitas sebaik mungkin sehingga tidak mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Dengan demikian kepercayaan masyarakat maupun persepsi masyarakat yang negatif terhadap kegiatan PT TIFICO dapat dikurangi atau dikelola.

Dalam pelaksanaan implementasi AMDAL, PT TIFICO melakukan pemantauan lingkungan mengacu pada dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) secara baik dan rutin. Evaluasi terhadap pengelolaan air limbah PT TIFICO sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran nyata terhadap kinerja pengelolaan air limbah PT TIFICO setelah melaksanakan implementasi AMDAL. Dengan demikian akan didapatkan informasi yang akurat dan menyeluruh mengenai implementasi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kelestarian lingkungan yang berkelanjutan dengan melaksanakan kegiatan penghematan sumber daya alam yaitu dengan cara mengurangi pemakaian atau pengambilan air dari Sungai Cisadane dan pencegahan atau pengurangan terjadinya pencemaran yang dilakukan dalam setiap tahap proses produksi.

Perlu dicermati juga bahwa lokasi kegiatan ini sangat dekat dengan penduduk atau masyarakat yang sangat padat yakni 7 038 orang dengan luas 2,04 km2 dimana masyarakat tersebut memanfaatkan air Sungai Cisadane untuk kegiatan sehari-hari. Selain itu PDAM juga memanfaatkan Sungai Cisadane untuk keperluan seluruh warga Tangerang. Oleh karena itu masyarakat yang berdekatan atau berbatasan dengan kegiatan PT TIFICO diperkirakan setiap saat terkena dampak negatif, walaupun juga terkena dampak positif karena adanya peluang kerja maupun peningkatan pendapatan dengan adanya kontrakan rumah dan warung yang dimanfaatkan oleh karyawan PT TIFICO.

(26)

Kegiatan PT TIFICO selain menghasilkan produk juga mengeluarkan limbah berupa limbah padat B3 dan non B3, limbah gas dan air limbah. Pengelolaan air limbah dari kegiatan PT TIFICO ini sangat perlu diperhatikan karena air hasil olahan ini dialirkan atau dibuang ke Sungai Cisadane secara terus menerus selama kegiatan produksi dilaksanakan. Kegiatan pembuangan air olahan air limbah PT TIFICO ini akan berpotensi menurunkan kualitas air Sungai Cisadane apabila kualitasnya tidak baik. Hasil monitioring menunjukkan adanya peningkatan beberapa parameter (BOD dan COD) di Sungai Cisadane setelah dialirkannya air olahan air limbah PT TIFICO walaupun pada dasarnya kualitas Sungai Cisadane terutama untuk parameter BOD dan COD sebelum outlet pembuangan air limbah PT TIFICO sudah tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Apabila hal ini bener maka masyarakat sekitar kegiatan dan warga Tangerang akan merasakan dampak negatif dari kegiatan PT TIFICO karena masyarakat sekitar dan warga Tangerang memanfaatkan Sungai Cisadane untuk kegiatan sehari-hari.

Sungai Cisadane merupakan sumber air bersih PT TIFICO untuk kegiatan proses produksi. PT TIFICO telah melakukan minimisasi limbah dengan cara menggunakan kembali air limbahnya (reuse) untuk proses produksi, akan tetapi masih terdapat air limbah yang dialirkan ke Sungai Cisadane terutama dari air olahan IPAL dan STP- ELCAT serta berasal dari cooling water.

Oleh karena itu PT TIFICO selain berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan juga akan mengurangi sumber daya alam dimana kebutuhan air bersih yang cukup besar diambil dari Sungai Cisadane.

(27)

dampak negatif penting serta dapat mengurangi pencemaran limbah yang dapat menurunkan kualitas air Sungai Cisadane. Selain itu kegiatan minimisasi air limbah PT TIFICO dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian karyawan terhadap pengelolaan lingkungan. Dengan demikian akan tetap terpeliharanya kelestarian dan daya dukung lingkungan .

Keberhasilan pelaksanaan AMDAL khusunya RKL-RPL selain ditentukan oleh kinerja teknis, juga masih dihadapkan pada permasalahan di tingkat manajemen dalam hal penerapan atau kinerja pengelolaan lingkungan. Selain itu pemantauan lingkungan dapat menjamin tercapainya efektifitas pengelolaan lingkungan terutama terhadap pelestarian lingkungan secara terus menerus.

Kinerja sosial dapat ditinjau dari persepsi karyawan, persepsi instansi terkait dan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan PT TIFICO sesuai dengan AMDAL khususnya RKL-RPL mengimplementasi AMDAL.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja pengelolaan air dan air limbah dengan meninjau kinerja teknis (kualitas dan kuantitas), kinerja finasial dan kinerja sosial . Oleh karena itu tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sumber air limbah dan melakukan studi kecenderungan kualitas

air limbah

2 Melakukan analisis finansial pengelolaan air limbah

3 Mengukur kinerja pengelolaan perusahaan berdasarkan persepsi karyawan, instansi terkait (dinas lingkungan hidup kabupaten/ kota atau Bapedal Propinsi Banten ) dan masyarakat.

1.4 Kerangka Pemikiran

(28)

membutuhkan sedangkan limbah yang muncul terutama air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dialirkan ke Sungai Cisadane setelah di proses terlebih dahulu di IPAL dan STP-ELCAT. Kegiatan PT TIFICO akan memberikan dampak terhadap penurunan kualitas air Sungai Cisadane. Apabila hal ini terjadi akan menimbulkan persepsi yang negatif terhadap kegiatan tersebut karena masyarakat di sekitar kegiatan juga memanfaatkan Sungai Cisadane tersebut untuk kegiatan sehari-hari.

PT TIFICO telah hampir 7 tahun (2000 – 2007) melakukan upaya pengelelolaan dan pemantauan lingkungan dilakukan dengan acuan UKL-UPL maupun RKL-RPL. Menjadi sangat menarik untuk mengkaji elaksanaan pengelolaan lingkungan mampu efektif mencegah dan menanggulanggi dampak negatif yang terjadi terutama dengan penurunan kualitas Sungai Cisadane.

Pencegahan terhadap pencemaran dilakukan oleh PT TIFICO dengan cara meminimisasi limbah pada proses produksi yang dititik beratkan pada air limbah. Tujuannya untuk mengurangi jumlah air limbah yang harus diolah dengan cara memanfaatkan kembali air limbah tersebut untuk proses produksi. Dengan demikian akan mengurangi penggunaan air bersih (fresh water) serta air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Hal ini akan berimplikasi terhadap penaatan terhadap peraturan Undang-undang Lingkungan Hidup yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

(29)

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian di industri polyester PT TIFICO.

- EFEKTIFITAS RKL-RPL

-

PERSEPSI KARYAWAN, INSTANSI TERKAIT

KEGIATAN PROSES PRODUKSI

PRODUK

INDUSTRI

POLYESTER

PLTU

30 MW

BOILER

MESS

KARYAWA

LIMBAH CAIR (SUMBER DAMPAK)

KUALITAS AIR S. CISADANE (PENERIMA DAMPAK)

AMDAL

RKL &

RPL

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, masalah lingkungan hidup telah menjadi faktor penentu dalam proses pengambilan keputusan pemanfaatan dan pengelolaan SDA. Pembangunan tidak lagi menempatkan SDA sebagai modal, tetapi sebagai satu kesatuan ekosistem yang di dalamnya berisi manusia, lingkungan alam dan/atau lingkungan buatan yang membentuk kesatuan fungsional, saling terkait dan saling tergantung dalam keteraturan yang bersifat spesifik, berbeda dari satu tipe ekosistem ke tipe ekosistem yang lain. Oleh sebab itu, pengelolaan lingkungan hidup bersifat spesifik, terpadu, holistik dan berdimensi ruang.

Berdasarkan Undang–Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pada Bab II pasal 4 Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dikemukakan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang mempunyai sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

(31)

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Dari sasaran-sasaran pengelolaan lingkungan hidup di atas, terlihat bahwa kelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan sasaran utama yang dapat diukur. Menurut bab V Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pelestarian fungsi lingkungan hidup, dinyatakan bahwa kelestarian fungsi lingkungan hidup dapat diukur dengan dua parameter utama, yaitu Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Dua parameter ini menjadi ukuran/indikator apakah rencana usaha dan/atau kegiatan dapat menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.

2.2Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Peraturan Pemerintah 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 3 menyebutkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

b. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui. c. Proses dan kajian yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumberdaya alam dalam pemanfaatannya.

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sumberdaya.

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.

(32)

h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.

i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan dapat mempengaruhi pertahanan negara.

Menurut Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pada Lampiran II dikemukakan bahwa pada studi AMDAL, terdapat empat kelompok parameter komponen lingkungan hidup, yaitu :

1. Fisik – kimia (iklim, kualitas udara dan kebisingan; kualitas air , fisiografi; hidro-oceanografi; ruang; lahan dan tanah; dan hidrologi),

2. Biologi (flora; fauna)

3. Sosial (budaya; ekonomi; pertahanan/keamanan) 4. Kesehatan masyarakat.

Evaluasi parameter komponen lingkungan pada setiap kegiatan (prakonstruksi, konstruksi, pasca konstruksi) terhadap Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup akan dapat ditentukan dampak penting (positif dan negatif) parameter lingkungan hidup. Hasil kajian dampak penting parameter lingkungan hidup dari setiap kegiatan selanjutnya diorganisasikan ke dalam tiga buku laporan yang terpisah, yaitu 1) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), 2) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), 3) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Ketiga dokumen ini (dokumen AMDAL) merupakan hasil kajian kelayakan lingkungan hidup, dan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari hasil kajian kelayakan teknis dan finansial-ekonomi. Selama ini kedua dokumen kelayakan ini (kelayakan teknis dan kelayakan lingkungan hidup) masih dalam bentuk yang terpisah, baik dokumennya maupun instansi yang menanganinya.

(33)

(pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999). Dokumen AMDAL merupakan dokumen publik yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat lintas sektoral, lintas disiplin, dan dimungkinkan lintas teritorial administratif.

Analisis mengenai dampak lingkungan, yang sering disingkat dengan AMDAL adalah suatu kegiatan (studi) yang dilakukan untuk mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi dan mengkomunikasikan pengaruh suatu rencana kegiatan (proyek) terhadap lingkungan (Silalahi, 1995) atau kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Mukono, 2005).

Sebagai dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang didukung oleh paket Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 11/2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup. Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatip dan memaksimalkan dampak positip terhadap lingkungan hidup.

Pada hakikatnya diharapkan dengan melalui kajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan mampu secara optimal meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan hidup yang negative, serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien.

(34)

berkepentingan langsung dengan keberadaan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut.

Kajian AMDAL itu terbagi dalam beberapa komponen dokumen yang menjadi satu kesatuan rangkaian studi yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Kajian AMDAL terdiri atas :

o Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL): o Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL):

o Rencana Pengelolaan Lingkunagn (RKL) o Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Dalam implementasi AMDAL yang sangat diperlukan untuk pelaksanaannya adalah Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) .Tujuan pemantauan terhadap implementasi AMDAL adalah :

™ Untuk mengetahui tingkat ketaatan pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan dalam

melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan;

™ Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan RKL dan RPL dalam menjaga dan

meningkatkan kualitas lingkungan.

Menurut Fandeli (2007), dokumen RKL dan RPL merupakan dokumen yang sangat penting dan harus ada pada setiap rencana kegiatan pembangunan. Dokumen ini merupakan pedoman rinci dan pra rancangan (pra design) baik dalam kaitan teknis, ekonomis dan institusional dari pengelolaan lingkungan, maupun dalam pemantauan lingkungan untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif setiap proyek pembangunan. Dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan maka dapat diperoleh optimasi proyek dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3Minimisasi Limbah

(35)

baku dan perubahan proses produksi dimaksudkan untuk menekan jumlah limbah yang dihasilkan, termasuk di dalamnya adalah efisiensi pemakaian bahan-bahan penolong dalam proses produksi. Bila dalam proses produksi ini masih menghasilkan limbah, maka upaya minimisasi dilakukan dengan daur ulang atau pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan. Limbah yang dibuang ke lingkungan hanyalah limbah yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan kembali (Masduqi dan Wardhani,2005).

2.4Pencemaran Air

Definisi pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika dan kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat berpengaruhi langsung manusia atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas (Sastrawijaya, 2000).

Penetapan standar air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal ini berarti air tersebut telah mengalami pencemaran.

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar ditunjukkan dengan adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

- Adanya perubahan suhu air - Adanya perubahan pH

- Adanya perubahan warna, bau dan rasa air - Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut - Adanya mikroorganisme

- Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wisnu , 2004)

(36)

karena itu kegiatan PT TIFICO diperkirakan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air Sungai Cisadane.

2.4.1 Suhu air

Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan. Air yang menjadi panas tersebut kemudian dibuang ke lingkungan sehingga akan mengakibatkan air sungai menjadi panas. Air sungai yang menjadi panas akan berdampak terhadap kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen terlarut dalam air akan turun (Wisnu, 2004).

2.4.2 Nilai pH

Air normal pada badan permukaan maupun air limbah memiliki pH berkisar antara 6,5 – 8. Bila pH air tersebut berada dibawah 6,5 maka air tersebut bersifat asam sedangkan di atas 8 maka air tersebut akan bersifat basa, oleh karena itu untuk limbah industri yang akan dibuang ke badan air harus memenuhi standar baku mutu lingkungan air limbah karena kalau melebih standar akan menggangu atau berdampak terhadap biota air atau kehidupan organisme di dalam air (Wisnu, 2004).

2.4.3 Chemical Oxygen Demand (COD)

(37)

kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dibandingkan dengan uji BOD, karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat teroksidasi dalam uji COD (Wisnu, 2004).

2.4.4 Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis, adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk mencegah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut. Pengujian BOD yang dapat diterima ialah pengukuran jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 20oC. Pengujian BOD waktunya akan lebih lambat karena berkaitan dengan bakteri (Sastrawijaya, 2000).

2.4.5 Amoniak

Amoniak merupakan hasil tambahan penguraian (pembusukan) protein tanaman atau hewan atau kotoran. Jadi jika terdapatnya amoniak di dalam air, maka kemungkinan terdapat kotoran hewan yang masuk. Hal ini juga dapat terbentuk jika urea atau asam urik di dalam urine terurai. Pupuk buatan juga mengandung amoniak dan senyawanya, sehingga rabuk yang terbawa air dapat terurai dan memberikan peningkatan amoniak pada air.

Siklus nitrogen menunjukkan peran penting amoniak. Klor yang ditambahkan ke dalam air akan membunuh bakteri. Akan tetapi amoniak juga dapat bereaksi dengan klor sehingga mengurai keampuhannya. Jadi jika ada amoniak dalam air, maka jumlah klor perlu ditambah atau ditingkatkan (Sastrawijaya, 2000).

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Juli 2008 sampai Desember 2008. Lokasi Penelitian adalah PT TIFICO yang terletak di Kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dan Kelurahan Paku Alam Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang. Titik berat pada studi ini adalah kualitas air dimana pembuangan limbah cair PT TIFICO ini dialirkan ke Sungai Cisadane yang terletak di Kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang. Masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian adalah masyarakat yang berada di kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

3.2 Identifikasi Sumber Air limbah dan Studi Kecenderungan Perubahan Kualitas Air limbah

3.2.1 Identifikasi Sumber Air limbah 1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam mengidentifikasi sumber limbah melalui data sekunder berupa data :

- Diagram alir proses produksi

- Kebutuhan air bersih yang diperlukan untuk setiap kegiatan - Jumlah air limbah yang akan dikeluarkan

- Jumlah air limbah yang hilang , digunakan kembali dan yang diolah - Kapasitas pengolahan air limbah (IPAL dan STP)

(39)

Gambar 2 Lokasi penelitian di dalam PT TIFICO dan masyarakat yang terkena dampak kegiatan PT TIFICO.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber air limbah adalah Analisis Neraca Air. Analisis neraca air dilakukan untuk mengetahui potensi air limbah yang terbentuk dari proses produksi setelah pihak pabrik menerapkan kegiatan minimisasi limbah. Neraca air yang disusun dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah air limbah dan uap yang hilang selama proses. Untuk melakukan analisis harus diperoleh diagram alir proses produksi yang memberikan gambaran tentang tahap proses mulai dari raw water yang masuk (input) sampai pada output yang dihasilkan (air limbah) .

Outlet IPAL

IPAL

Masyarakat yg terkena dampak Masyarakat yg

(40)
(41)

Besarnya air limbah yang dihasilkan dari suatu sistem produksi dapat diketahui dengan menggambarkan berapa besar input raw water yang masuk ke dalam proses produksi, kemudian dihitung seberapa besar output (air limbah) yang dimanfaatkan kembali dan diolah di WWTP selanjutnya dibuang ke lingkungan. Teknis analisis yang digunakan berdasarkan metode Noor dan Sailah (1989) yaitu penyelesaian dengan metode secara langsung dengan konsep “ jumlah bahan yang masuk sama dengan jumlah bahan yang keluar “.

3.2.2Studi Kecenderungan Perubahan Kualitas Air limbah 1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder bersumber dari penelusuran data-data hasil pengukuran kualitas lingkungan yang terdapat pada dokumen RKL/RPL serta hasil monitoring selama periode tahun 2003 – pertengahan 2008 yang dilaksanakan oleh laboratorium rujukan yaitu PT Unilab Perdana. Selain itu diperlukan juga data dari laporan internal pabrik yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan. Data untuk penentuan efektivitas pengelolaan kualitas lingkungan yang dikumpulkan adalah semua parameter kuualitas air sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan.

2. Analisis Kecenderungan

Analisis kecenderungan dilakukan untuk mengetahui pola perubahan setiap parameter kualitas lingkungan yang telah dilakukan pengelolaan oleh perusahaan setelah melaksanakan studi AMDAL, yang dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 11.0. Selanjutnya untuk mengetahui efektivitas pengelolaan kualitas lingkungan, maka masing-masing parameter dilihat perkembangannya menurut urutan waktu (time series) dan kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan yang berlaku di negara Republik Indonesia.

(42)

lingkungan untuk kualitas air sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Tabel 1 Baku mutu lingkungan air limbah

N

o Parameter satuan

Standard

3.3 Analisis Finansial Pengelolaan Air limbah 3.3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang diperlukan untuk menghitung nilai manfaat dan nilai biaya melalui data primer yang diperoleh dari PT TIFICO. Neraca air yang telah dibuat sangat diperlukan untuk menghitung biaya manfaat yang telah dilaksanakan perusahaan dalam rangka untuk mengurangi jumlah air limbah yang akan dialirkan ke Sungai Cisadane. Data-data yang diperlukan dalam analisis ini adalah sbb :

a. Neraca air

b. Biaya pengolahan air bersih (WTP)

c. Biaya investasi alat IPAL dan STP-ELCAT d. Biaya perawatan alat pengolah air limbah e. Biaya oprasional pada IPAL dan STP-ELCAT

(43)

3.3.2 Analisis Benefit Cost Ratio

Analisis Benefit cost ratio dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari kegiatan minimisasi limbah cair yang telah diterapkan pada proses produksi PT TIFICO, setelah perusahaan melaksanakan RKL-RPL. Bila nilai benefit/cost ratio >1 maka kegiatan minimisasi limbah untuk pengelolaan kualitas air menguntungkan atau proyek pembangunan IPAL disebut layak dan bila B/C ratio < 1 dikatakan tidak menguntungkan (Hendartomo, 2002). Perhitungan yang digunakan adalah sbb :

Biaya Nilai

Manfaat Nilai

B/C Ratio =

Benefit/cost ratio yang dihasilkan memberikan manfaat yang cukup besar terhadap perusahaan. Upaya minimisasi limbah mempunyai nilai ekonomi dan memberikan keuntungan secara finansial. Hal ini akan membantu pemerintah dalam menghemat sumber daya alam, dalam pelaksanaan penghematan pemakaian raw water (air Sungai Cisadane) sehingga menjamin terhadap kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.

3.4 Mengukur Kinerja Pengelolaan Perusahaan Berdasarkan Persepsi 3.4.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer yaitu melalui penyebaran kuesioner dan wawancara. Penentuan responden untuk karyawan dilakukan pada bagian ESH dan produksi yang berkaitan dengan pengelolaan terhadap limbah cair pada setiap level manajemen mulai dari operator, superintendent hingga level manajemen (manager).

Kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data persepsi karyawan PT TIFICO terhadap pelaksanaan AMDAL dan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik, terutama yang berdekatan dengan saluran drainase menunju ke Sungai Cisadane. Selain itu juga instansi yang melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan PT TIFICO.

(44)

- Karyawan berdasarkan tingkat level manajemen, teknisi dan pengawas

- Instansi terkait yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangeang, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang dan Bapedal Provinsi Banten

- Masyarakat berdasarkan matapencaharian yaitu Guru, Wiraswasta dll

3.4.2 Analisis Deskriptif

(45)

BAB IV

GAMBARAN PERUSAHAAN

4.1 Sejarah PT TIFICO Tbk

PT TIFICO Tbk adalah perusahaan yang memproduksi Polyester Syntetic Fiber, berlokasi di Kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dan Kelurahan Paku Alam Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang. PT TIFICO Tbk.

Perusahaan ini memulai kegiatannya dalam usaha memproduksi Polyester Syntetic Fiber sejak tahun 1979 dengan sarana penunjang berupa 7 unit boiler yang terdiri dari :

- 1 unit boiler dengan bahan bakar gas

- 4 unit boiler dengan bahan bakar minyak/IDO - 3 unit boiler dengan bahan bakar batu bara

- Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas sebesar 2 x 15 MW Dalam hal ini PT TIFICO Tbk telah memiliki beberapa studi lingkungan yang terdiri dari :

- studi Upaya Pengelolaan dan Pemantauan (UKL/UPL ) untuk kegiatan Polyester dan telah disetujui oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang No. 660.1/52-Dok-DLH/2003 tangggal 9 Oktober 2003.

- studi Upaya Pengelolaan dan Pemantauan (UKL/UPL) penambahan kegiatan PLTU dengan kapasitas 30 MW yang telah disetujui oleh BAPEDAL Propinsi Banten No. 660/767-Bpdl/XI/2004 tanggal 3 November 2004.

(46)

4.2 Deskripsi Kegiatan

Kegiatan pabrik polyester pada saat ini adalah tahap operasi dengan kapasitas produksi sesuai ijin adalah 412 290 ton/thn sedangkan produksi polyester saat ini adalah sebanyak 312 567 ton/thn dengan hasil produksinya terdiri atas :

- Polyester chip - Polyester staple iber

- Polyester filament yarn (Foy & Poy) - Draw twisted yarn

Lahan yang digunakan untuk aktivitas pabrik, mess karyawan dan asrama adalah 354 216 m2 ( 35,4 ha), sedangkan sisa lahan seluas 278 826 m2 ( 27,9 ha) diperuntukan sebagai lapangan olahraga, taman dan sisanya berupa lahan kosong.

Bila ditinjau dari luas lahan sesuai sertifikat secara keseluruhan adalah sebesar 629 755 m2 dan lahan yang dimafaatkan untuk kegiatan PT TIFICO adalah seluas 618 042 m2 sehingga masih ada lahan seluas 11 713 m2 yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan Pemda untuk jalan di sekitar lokasi PT TIFICO untuk kepentingan bersama antara masyarakat dan industri PT TIFICO. Penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan layout pabrik PT TIFICO dapat dilihat pada Gambar 4.

4.2.1. Proses Produksi

Uraian proses kegiatannya terdiri atas :

™ Proses Polymerisasi secara batch

™ Proses Pembuatan Chip Polyester secara Kontinu

™ Proses pembuatan Staple Fiber

™ Proses Pembuatan Filament Yarn (benang Sintetic)

a. Proses Polymerisasi secara batch

(47)

Tabel 2 Penggunaan Lahan

a. Penggunaan Luas Keterangan

m2 %

1. Lahan Tertutup Bangunan / Material Kedap Air

a. Bangunan Pabrik 90 208 14,60

adalah Pure Teraphtalic Acid (PTA) yang berupa serbuk dan Etilen Glikol (EG) yang berbentuk minyak. PTA dari kemasan bag dimasukan pada PTA storage sebanyak 219 ton/hari dan EG 117 m3, mol ratio EG/PTA = 1,2. Campuran diaduk selama ± 0,5 jam dan dialirkan ke storage tank. Larutan PTA terus diaduk agar PTA tetap larut. Reaksi polymerisasi PTA dengan EG terjadi pada reaktor DE dengan bantuan katalis Sb2O3 dan penambahan bahan penolong TiO2 sebagai delustering agent. Reaksi

(48)

Larutan TiO2 dibuat dengan mencampurkan 586,5 kg TiO2 dalam 2541,5

liter EG yang diaduk selama ± 5 jam sehingga homogen. Sedangkan larutan Sb2O3

dibuat dengan melarutkan Sb2O3 sebanyak 119 kg pada 8.198 liter EG umtuk

kebutuhan perhari.

Hasil reaksi esterifikasi pada reaktor dilanjutkan pada reaktor PA. Reaksi pada reaktor PA terjadi pada suhu 300 oC dan tekanan 0,4 mm Hg selama 2 jam. Pemanas yang digunakan adalah dow term.

Polyester yang terbentuk diproses menjadi kristal dengan Spinnerate dan kemudian dipotong-potong dengan Chip Cutter dengan pendingin soft water. Chip yang terbentuk kemudian diuji warna, intrisic viscosity, kandungan DEG, TiO2 dan ashnya.

Chip yang memenuhi syarat kemudian ditampung pada Chip Middle Hopper yang selanjutnya diteruskan ke bunker dan selanjutnya digunakan sebagai bahan baku untuk proses staple fiber (pembuatan kapas syntetic). Sedangkan yang tidak memenuhi syarat dilelehkan di Reclyming Chip. Proses Polymerisasi secara batch dapat dilihat pada Gambar 5.

b. Proses Pembuatan Chip Polyester secara Kontinu

(49)
(50)

Setiap reaktor dilengkapi dengan kondensor yang berfungsi untuk memisahkan uap air dengan EG. Reaksi terjadi pada kondisi vacum pada temperatur ± 290 oC. Proses Polymerisasi secara kontinu dapat dilihat pada Gambar 6.

c. Proses pembuatan Staple Fiber

Chip dari bunker dihembuskan ke Chip Hopper I kemudian dikeringkan dengan menggunakan rotary drying machine dengan temperatur 185 oC selama 1 jam dengan pemanas steam pada tekanan 16 kg/cm2. Chip kering dialirkan ke Chip Hopper II yang selanjutnnya diteruskan ke Chip Hopper III. Dari Chip Hopper III, chip kering ditampung di packed drying machine yang selanjutnya dilelehkan di Extruder dengan pemanas electrik pada suhu 280 sampai dengan 290 oC selama 1 sampai dengan 1,5 menit.

Lelehan dialirkan ke spinning box dengan jumlah lubang 1305, 1701, 348, dan 3150 dengan keluaran dari alat ini berbentuk filament dan kemudian ditarik ke tow untuk dikumpulkan dengan penambahan oil untuk menghilangkan muatan electrostatic (menghilangkan gaya tarik menarik antar filament). Kebutuhan oil ± 100 liter/hari dan akan dipisahkan lagi di tow. Yang diteruskan dengan proses Creeling sehingga diperoleh produk spinning.

Proses selanjutnya adalah dimulai proses drawing, filament dicampur sebanyak 780.000 denir. Kemudian oil dihilangkan dengan pencucian di draw oil batch. Setelah dicuci, filament ditarik dengan roll sebanyak 6 buah yang dilengkapi dengan bak air panas pada suhu 70 oC supaya filament memanjang dan diteruskan dengan penarikan II yang juga menggunakan 6 roll. Pada penarikan I dan II dihasilkan air limbah yang yang dialirkan ke waste oil netralisir menuju ke ELCAT.

(51)

electrostatik. Selanjutnya filament dibuat keriting dengan mesin Crimping pada suhu 95 oC.

Filament yang telah keriting dikeringkan di continue drawing setter dengan blower pada suhu 85 sampai dengan 105 oC selama 45 menit. Staple Fiber kemudian dipotong-potong dengan ukuran 38 mm dan 44 mm. Setelah selesai sampel diambil untuk mengetahui bila terjadi salah potong dan lain-lain dan kemudian dipacking dalam bentuk bal 300 kg/bal dan diikat dengan kawat sebanyak 5 ikatan. Panjang masing-masing ikatan 256 cm/kawat. Jumlah produk yang dihasilkan adalah 94 bal/line/bulan.

Pada proses cutting dihasilkan limbah waste draw yarn sebanyak ± 600 kg/hari. Limbah ini dijual ke pihak ketiga. Proses Pembuatan staple fiber ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar 8.

d. Proses Pembuatan Filament Yarn

Polyester chip dari bunker dimasukan ke hopper dan selanjutnya ke rotary drying machine untuk menghilangkan kadar air selama 1 jam. Setelah kering chip dilelehkan dengan pemanas electric pada melter. Bubur chip kemudian ditarik menjadi benang melalui gear pump di spanning machine yang berisi spinnerate dan pack. Benang dari spinning machine digulung dengan mesin winding yang selanjutnya dibagi dalam 2 proses, yaitu draw twisting dan draw texture. Kedua proses tersebut berbeda dalam bentuk benang, dan keduanya dilengkapi dengan dust collector untuk menangkap debu kapas. Benang yang sudah jadi dikumpulkan di gudang dan siap dijual.

(52)
(53)

Proses Pembuatan Chip Polyester secara Kontinu

(54)
(55)
(56)
(57)

Gambar 10

(58)

Gambar 12

(59)
(60)

4.2.2 Instalasi Pengolahan Air Baku

Kebutuhan air bersih PT TIFICO untuk industri dan domestik diperoleh dari Sungai Cisadane. Jarak Sungai Cisadane menuju ke Instalasi Pengolahan air baku adalah 2,5 km. Sistem pengambilan air baku dilakukan dengan menggunakan sistem perpipaan dari Sungai Cisadane.

Secara terinci neraca air untuk seluruh rencana kegiatan PT TIFICO adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar 14. Berdasarkan gambar neraca air PT TIFICO dapat disimpulkan sebagai berikut :

- kebutuhan air untuk keseluruhan kegiatan PT TIFICO adalah 17 020m3/hari. - kebutuhan air rutin yang diambil dari Sungai Cisadane adalah fresh water

sebanyak 9 002 m3/hr.

- cooling water sebanyak 8 018 m3/hr merupakan air hasil recycling dari proses setelah didinginkan dalam cooling tower.

Sebelum digunakan air tersebut diolah terlebih dahulu agar sesuai dengan peruntukannya. Dalam proses pengolahan air ini digunakan bahan penolong aluminium, floculan, NaOH dan hypochlorit.

Blok diagram pengolahan air di PT TIFICO ditunjukkan pada Gambar 15. Air Sungai Cisadane dipompakan ke bak pencampur melalui 3 buah pompa sentrifugal yang berkapasitas masing-masing 175 m3/jam. Mengingat lokasi pabrik relatif agak jauh dari Sungai Cisadane, maka pengaliran air baku akan dilakukan melalui pipa sepanjang 2,5 km menuju ke instalasi pengolahan air baku.

(61)
(62)

Gambar 14

(63)

Pengolahan air ini dari raw water menjadi air yang siap pakai mempunyai beberapa tahap yaitu :

1. Aerasi (Cascade Aerator)

2. Penggumpalan (Flokulasi)

3. Pengendapan (Sedimentasi)

4. Penyaringan (Filtrasi)

i) Aerasi

Air baku dari Sungai Cisadane diaerasi atau dilakukan penambahan oksigen (O2)

untuk mengurangi kejenuhan air. Proses aerasi dilakukan secara cascade aerator.

ii) Penggumpalan

Dari cascade aerator air baku dialirkan ke reactivator clarifier. Di dalam tangki ini ditambahkan floculan polimer untuk menggabungkan flok-flok kecil menjadi flok yang lebih besar. Di sini dilakukan pengadukan lambat (‘slow mix agitator’).

iii) Pengendapan

Dari proses flokulasi, flok-flok besar yang terbentuk kemudian diendapkan di bak clarifier. Bagian overflow di clarifier menjadi ‘clarified water’ dan sebagian mengalami proses penyaringan.

iv) Penyaringan

Melalui proses filtrasi sisa padatan tersuspensi yang halus dihilangkan dengan alat ‘ sand filter’. Bagian yang jernih dinamakan ‘filtered water’ dan selanjutnya dikirim sebagai persiapan air boiler, melakukan perlakuan khusus, yaitu :

• Penyaringan dengan karbon aktif yang bertujuan untuk :

- Menghilangkan gas Cl2 yang terlarut

(64)

- Mengadsorbsi zat-zat organik

- Menyerap warna

• Ion exchanger pada kation dan anion exchanger, yang bertujuan untuk menarik garam-garam yang terlarut dalam air tersebut.

• Deaerasi pada Deaerator bertujuan untuk menekan kadar CO2, karena dapat

mengganggu proses penguapan.

Air ini digunakan sebagai feed water pada boiler untuk menghasilkan kukus (steam). Sistem pengadaan air PT TIFICO ditunjukan pada Tabel 2..

Tabel 3 Pengadaan air PT TIFICO

Sumber Jarak Jumlah Pemakaian Air (m3/hari)

Bhn Kimia yg digunakan utk pengolahan

Jumlah (kg/bln)

Sungai Cisadane

± 2,5 km 9 002 - PAC

- Chlorin

- NaOH

22 500 kg/bln

25 kg/bln

3 500 kg/bln

Sumber : PT TIFICO

4.2.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan ELCAT

Limbah cair kegiatan yang ada di areal PT TIFICO diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)/ Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk limbah cair dari Proses P-BX, P-CP dan ITD-F, sedangkan limbah cair dari Proses SF, FY-1, FY-2 dan M-PBX diolah di ELCAT .

(65)

Proses pengolahan IPAL adalah sebagai berikut :

• Air limbah cair terdiri dari dua macam, yaitu yang dapat langsung diolah

dengan lumpur aktif dan yang tidak dapat diolah oleh lumpur aktif. Air limbah yang dapat langsung diolah dengan lumpur aktif dialirkan ke bak pengkondisian. Disini terjadi proses pendinginan dan pencampuran limbah cair dari semua proses produksi. Air limbah produksi yang tidak dapat langsung diolah dengan lumpur aktif, terlebih dahulu diolah dengan menggunakan stripper untuk memisahkan air dengan etilen glikol dan

selanjutnya dialirkan ke bak pengkondisian.

• Dari bak pengkondisian, air limbah disaring dan dipompa ke bak aerasi.

Pada bak aerasi ditambahkan larutan nutrisi untuk bakteri yang terdiri dari urea 20% ammonium fosfat 20%. Ada 3 buah bak aerasi yang dilengkapi dengan blower yang dihembuskan dan pengaduk. Konsentrasi bakteri dalam bak aerasi 3000 – 4000 ppm.

• Selanjutnya dialirkan ke bak sedimentasi yang dilengkapi dengan pengaduk

yang berputar secara pelan-pelan.

• Air limbah yang terpisah dari lumpur dialirkan menuju Sungai Cisadane dan

dilakukan test secara rutin . Sedangkan lumpur yang berada dilapisan bawah bak sedimentasi dialirkan ke tangki dehidrator dan sebagian dikembalikan ke bak aerasi sebagai lumpur aktif. Dari dehidrator diperoleh cake yang terbentuk selanjutnya di treatment lebih lanjut.

Proses pengolahan ELCAT adalah sebagai berikut :

(66)
(67)

Gambar 17

(68)

Sistem pengolahan yang ada pada EL-CAT yaitu pengelolaan secara biologi, dilanjutkan dengan pengelolaan secara elektrolisa, filterisasi, dan terakhir secara kimia dengan menggunakan katalis. Elektrode didegenerasi setiap 20 jam dengan menukar kutub elektoda secara otomatis. Sedangkan degenerasi katalis dilakukan setiap satu minggu sekali dengan proses back washing secara otomatis pula. Sludge dari ELCAT dibakar di incinerator dan abunya dikirim ke Pihak ke 3 yng memiliki ijin dari KLH.

(69)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Sumber Limbah Cair dan Studi Kecenderungan Perubahan Kualitas Limbah Cair

5.1.1 Identifikasi Sumber Limbah Cair

Identifikasi potensi limbah cair dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar limbah cair yang keluar dari kegiatan proses produksi. Sehingga dapat diketahui jumlah limbah cair yang dapat diminimisasi.

Dalam minimisasi limbah terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu perubahan bahan baku industri, perubahan proses produksi, dan daur ulang limbah. Perubahan bahan baku dan perubahan proses produksi dimaksudkan untuk menekan jumlah limbah yang dihasilkan, termasuk di dalamnya adalah efisiensi pemakaian bahan-bahan penolong dalam proses produksi. Bila dalam proses produksi ini masih menghasilkan limbah, maka upaya minimisasi dilakukan dengan daur ulang atau pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan. Limbah yang dibuang ke lingkungan hanyalah limbah yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan kembali (Masduqi dan Wardhani 2005).

Kegiatan minimisasi limbah yang diterapkan meliputi analisis yang mencakup pendataan dari pemakaian fresh water, proses produksi, recycling dari limbah cair yang dapat digunakan kembali dan pengolahan limbah cair sebagai bagian akhir sebelum dibuang ke lingkungan. Hal ini bertujuan agar dampak lingkungan akibat limbah yang ditimbulkan dapat dikurangi sekecil mungkin atau bahkan dihilangkan (zero waste).

(70)

air masukan (input) dengan limbah cair (keluaran/output) yang dihasilkan dalam proses produksi.

Dalam proses produksi PT TIFICO ini terdapat 4 produk utama dimana untuk menghasilkan produk tersebut perlu memanfaatkan cooling tower , boiler dan PLTU dimana kegiatan tersebut semuanya membutuhkan air untuk mengoperasikan. Selain kegiatan tersebut di atas terdapat juga kegiatan yang membutuhkan air yaitu kegiatan pembersihan gudang, kantin dan pencucian truk. Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut diatas maka dapat dibuatkan neraca air yang dapat menunjukkan sbb :

- Jumlah air yang digunakan - Jumlah air yang menguap

- Jumlah air yang digunakan kembali atau reuse

- Jumlah air yang tidak dapat digunakan kembali atau limbah cair dimana limbah cair dari cooling tower langsung dialirkan ke drainase dan ada yang harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu (IPAL dan ELCAT) sebelum dialirkan ke drainase atau badan air penerima limbah yaitu Sungai Cisadane.

5.1.1.1 Neraca Air pada Proses Polymerisasi

(71)

dialirkan ke Sungai Cisadane. Selain dari kolom distilasi dan ejector terdapat juga limbah cair dari cooling tower sejumlah 3 641 m3/hari yang langsung dialirkan ke Sungai Cisadane.

Tabel 4 Neraca air proses polimerisasi secara batch dan kontinu

No Keterangan Input

m3/hari

Output (m3/hari)

Limbah Cair Menguap Cooling water

A Input

Gambar 18 Neraca air pada proses polimerisasi (m3/hari).

5.1.1.2 Neraca Air pada Proses Pembuatan Staple Fiber

Proses ini merupakan lanjutan dari proses polimerisasi atau produk dari polimerisasi merupakan bahan baku dari pembuatan staple fiber. Pada proses ini menggunakan beberapa cooling water yang digunakan untuk proses di rotary drying machine, extruder, delivery TOW dan proses setelah spinning yaitu draw oil batch,

(72)

penarikan I dan II, steam batch, setting roll, finishing oil dan crimping dimana semua cooling water tersebut membutuhkan air sebanyak 1 369 m3/hari dan akan masuk ke water recovery reservoar sebanyak 1 113 m3/hari dan menguap sebanyak 256 m3/hari.Selain dari cooling water terdapat beberapa proses yang menghasilkan limbah cair yaitu dari draw oil batch, penarikan I dan II serta finishing oil dimana pada proses ini selain untuk menghilangkan minyak juga untuk menghilangkan muatan electrostatic dan untuk menghilangkan minyak tersebut dibutuhkan air sehingga dihasilkan limbah cair yang mengandung minyak ± 89 m3/hari yang dialirkan ke ELCAT untuk diolah sebelum dialirkan ke Sungai Cisadane.

Tabel 5 Neraca air proses pembuatan staple fiber

No Keterangan Input

m3/hari

Output (m3/hari)

Limbah Cair Menguap Cooling water

A Input

Sungai 1 458 - - -

B Output - - - -

Limbah Cair - 89 - -

Menguap - - 256 -

Cooling water - - - 1 113

C Total Input 1 458 - - -

Total output - 1 458

89 89

1 458 Pembuatan Limbah Minyak ELCAT Staple Fiber menguap 256

1 369 Cooling water Water 1 113 Recovery Reservoir

(73)

5.1.1.3. Neraca Air pada Proses Pembuatan Filament Yarn

Pada proses ini dari polyester chip akan diolah menjadi bentuk benang dengan melalui proses draw twisting dan draw texture dimana kealat tersebut akan membedakan bentuk benang. Pada proses pembuatan filament yarn ini yang memerlukan air adalah proses cooling water pada rotary drying machine dimana dibutuhkan air sebesar 2 728 m3/hari dan 2 186 m3/hari akan dialirkan ke water recovery reservoir untuk ditampung dan bersama-sama dengan limbah dari cooling water dari kegiatan lain untuk dimanfaatkan kembali sebagai air proses. Sedangkan sejumlah 268 m3/hari menguap dan 274 m3/hari langsung dimanfaatkan kembali sebagai air proses.

Tabel 6 Neraca air proses pembuatan filament yarn

No Keterangan Input

m3/hari

Output (m3/hari)

Limbah Cair Menguap Cooling water

A Input

Sungai 2 728 - - -

B Output - - - -

Limbah Cair - - - -

Menguap - 268

Cooling water - - - 2 460

C Total Input 2 728 - - -

Total output - 2 728

Air proses 274 Ke WTP

menguap 268

2 728 Pembuatan Cooling Water Water Filament yarn 2 186 Recovery Reservoar

Gambar

Gambar 2 Lokasi penelitian  di dalam PT TIFICO dan masyarakat yang terkena
Tabel 1 Baku mutu lingkungan air limbah
Tabel 2 Penggunaan Lahan
Tabel 4 Neraca air proses polimerisasi secara batch dan kontinu
+7

Referensi

Dokumen terkait

4/1982, antara lain mengharuskan membuat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum pembangunan pabrik dan melaksanakan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan

instansi/lembaga yang terkait dengan objek studi, misalnya mengenai aspek analisis dampak.

4/1982, antara lain mengharuskan membuat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum pembangunan pabrik dan melaksanakan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

Dalam peraturan yang sama, Amdal dijabarkan sebagai &#34;hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan

ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) ADALAH HASIL STUDI MENGENAI DAMPAK PENTING SUATU KEGIATAN YANG DIRENCANAKAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP YANG DIPERLUKAN BAGI PROSES

Kebijakan AMDAL Merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang mempunyai fungsi sbb : • Bagian dari