• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

EMBOYO RETNO

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009 2009

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Nama : Emboyo Retno

NRP : P051064164

Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL) Program : Magister (S2)

Disetujui: Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Syaiful Anwar, M.Sc Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc, Ph.D Ketua Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kurnia yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan dan melakukan penelitian untuk tugas akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kinerja Pengelolaan Air dan Air Limbah di PT TIFICO Tangerang “ tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc, Ph.D selaku anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan saran selama penyusunan dan menempuh pendidikan di IPB dan menyelesaikan tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, suami dan anak- anakku tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari, bahwa penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan dan kekurangan. Meskipun demikian, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, khususnya Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Bogor, Januari 2009

Penulis dilahirkan di Daerah Istimewa Jogjakarta pada tanggal 11 Januari 1963, sebagai anak pertama dari pasangan Poediono,SH dan Oemaryati. Pendidikan dasar dan menengah ditempuh mulai tahun 1969 hingga tahun 1975 di Jakarta.

Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Gajah Mada Jogjakarta. Lulus pada tahun 1988. Pada bulan Februari tahun 2007, penulis diterima di Program Magister Sains pada program studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascassarjana, Institut Pertanian Bogor.

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kegiatan sektor industri terus dipacu pertumbuhan dan pengembangannya dalam upaya memberikan kontribusi positif pada pengembangan ekonomi skala nasional dan daerah. Seperti kegiatan pembangunan lainnya, kegiatan tersebut akan memberikan dampak penting terhadap komponen-komponen lingkungan di sekitarnya. Dampak yang terjadi dapat bersifat positif bagi salah satu komponen lingkungan, tetapi berdampak negatif terhadap komponen lingkungan lainnya.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan salah satu studi kelayakan pengelolalan lingkungan yang bersifat wajib yang harus dilakukan sebelum usaha atau kegiatan dijalankan. Hal ini tertuang dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 15 ayat 1. Dalam AMDAL dapat diketahui secara jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Dampak yang ditimbukan adalah dampak negatif maupun dampak positif dari usaha dan /atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Hal ini tertuang dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL – RPL) yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari AMDAL.

Sektor industri merupakan sektor yang rentan dengan masalah lingkungan, apalagi bila kegiatan industri tersebut terdapat di lokasi yag padat penduduknya. Oleh karena itu sudah menjadi suatu kewajiban bagi kegiatan industri untuk lebih memperhatikan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan dengan melakukan implementasi AMDAL yang dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Pelaksanaan AMDAL khususnya RKL – RPL merupakan indikator kinerja suatu perusahaan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan secara benar, bersungguh-sunguh, kreatif dan bertanggung jawab sehingga kualitas lingkungan dapat dipertahankan sesuai dengan fungsinya. Artinya, bila suatu perusahaan

menerapkan studi AMDAL khususnya RKL-RPL sebagai alat pengelolaan dampak lingkungan, akan dapat membantu meningkatkan efisiensi, berperan sebagai alat peringatan dini (early warning system) dan umpan balik bagi penyempurnaan konsep pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu RKL-RPL merupakan ujung tombak pelaksanaan AMDAL, sebab pengelolaan lingkungan yang baik merupakan kunci dari keberhasilan pengendalian dampak lingkungan (Silalahi, 1995).

Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor industri adalah PT Teijin Indonesia Fiber Corporation (PT TIFICO), terletak Kelurahan Panunggangan Kecamatan Pinang Kota Tangerang dan Kelurahan Paku Alam Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang. PT TIFICO menghasilkan produk utama “Polyester” dengan bahan baku utamanya Pure Teraphtalic Acid (PTA) yang berupa serbuk dan Etilen Glikol (EG) berupa minyak dengan bantuan katalis (Sb2O3 dan TiO2), sebagai Delustering Agent.

Luas lahan PT TIFICO adalah seluas 60 ha. Pada lahan ini, selain sarana utama, terdapat sarana pendukung berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 30 MW dan boiler berkapasitas 140 ton/jam dengan bahan bakarnya adalah batu bara. Selain itu PT TIFICO juga menyediakan sarana berupa mess karyawan dengan luasan ± 7 200 m2 .

PT TIFICO telah melakukan penyusunan studi Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) tahun 2003 untuk kegiatan Industri Polyester dan Penyusunan UKL-UPL kegiatan PLTU 30 MW pada tahun 2004. Akan tetapi setelah ditinjau dari luasan lahan PT TIFICO yaitu seluas 60 ha, maka PT TIFICO mempunyai kewajiban melaksanakan studi AMDAL sesuai dengan Kepmen LH No. 17 tahun 2001 dan surat Bapedal No. 660/617-Bpdl/X/2005 .

Pada studi AMDAL menunjukkan bahwa kegiatan PT TIFICO menimbulkan beberapa dampak penting negatif yaitu :

(1) limbah padat B3 dari proses polimerisasi, sludge IPAL, lumpur separator, abu incinerator dan abu batu bara (fly ash maupun bottom ash)

(2) limbah gas dan debu yang berasal dari kegiatan boiler, genset, incinerator dan PLTU

(3) air limbah dari proses produksi, pencucian filter, laboratorium, pencucian truk dan gudang yang mengandung abu maupun batubara, blow down boiler, sisa oli bekas perawatan mesin, cooling water dan general cleaning yang mengandung ceceran minyak pelumas bekas pemakaian.

Hasil pemantauan PT TIFICO yang tertuang dalam studi AMDAL menunjukkan bahwa kualitas udara selama tahun 2005 baik di dalam maupun di luar lokasi kegiatan, hasilnya memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan atau dikategorikan baik. Dalam pengelolaan limbah B3, PT TIFICO telah melaksanakan pengelolaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Baik atau tidaknya pengelolaan limbah B3 ini dapat dipantau juga dari hasil analisis air limbah. Bila pengelolaan limbah B3 ini kurang baik maka ceceran B3 atau limbah B3 yang terbawa air hujan akan mengalir ke saluran drainase dan akan bercampur dengan air limbah dari IPAL dan STP-ELCAT menuju ke Sungai Cisadane. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang perlu dicermati adalah kegiatan pembuangan air limbah.

Berdasarkan hasil analisis pada studi AMDAL untuk kualitas air limbah pada tahun 2003 - 2005 dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 Lampiran IX B untuk kegiatan industri tekstil , menunjukkan masih ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu Amonia dan TSS. Sedangkan hasil monitoring outlet STP bulan Maret dan Mei tahun 2005 menunjukkan bahwa nilai paremeter COD masih di atas Baku Mutu yang dipersyaratkan. Adapun hasil monitoring kualitas Sungai Cisadane tahun 2003 – 2005 terlihat adanya peningkatan parameter BOD dan COD setelah menerima air limbah dari PT TIFICO, walaupun berdasarkan hasil monitoring air limbahnya masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Hal ini menunjukkan bahwa sangat diperlukannya penelitian tentang implementasi RKL-RPL PT TIFICO terutama untuk komponen lingkungan kualitas air yaitu kualitas air limbah maupun kualitas Sungai Cisadane.

Studi AMDAL yang merupakan sebagai alat pengelolaan dampak lingkungan, telah diimplementasikan oleh PT TIFICO dengan membuat program dan rancangan- rancangan yang bertujuan untuk mengurangi beban limbah yang masuk ke

lingkungan khususnya penurunan kualitas air Sungai Cisadane akibat pembuangan air limbah PT TIFICO. Air limbah perusahan ini telah diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan STP-ELCAT sebelum dibuang ke Sungai Cisadane. Sumber air limbah dari berbagai kegiatan PT TIFICO perlu diidentifikasi sehingga dapat dikelola secara optimal. Air yang dibuang ke Sungai Cisadane harus memiliki kualitas sebaik mungkin sehingga tidak mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Dengan demikian kepercayaan masyarakat maupun persepsi masyarakat yang negatif terhadap kegiatan PT TIFICO dapat dikurangi atau dikelola.

Dalam pelaksanaan implementasi AMDAL, PT TIFICO melakukan pemantauan lingkungan mengacu pada dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) secara baik dan rutin. Evaluasi terhadap pengelolaan air limbah PT TIFICO sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran nyata terhadap kinerja pengelolaan air limbah PT TIFICO setelah melaksanakan implementasi AMDAL. Dengan demikian akan didapatkan informasi yang akurat dan menyeluruh mengenai implementasi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kelestarian lingkungan yang berkelanjutan dengan melaksanakan kegiatan penghematan sumber daya alam yaitu dengan cara mengurangi pemakaian atau pengambilan air dari Sungai Cisadane dan pencegahan atau pengurangan terjadinya pencemaran yang dilakukan dalam setiap tahap proses produksi.

Perlu dicermati juga bahwa lokasi kegiatan ini sangat dekat dengan penduduk atau masyarakat yang sangat padat yakni 7 038 orang dengan luas 2,04 km2 dimana masyarakat tersebut memanfaatkan air Sungai Cisadane untuk kegiatan sehari-hari. Selain itu PDAM juga memanfaatkan Sungai Cisadane untuk keperluan seluruh warga Tangerang. Oleh karena itu masyarakat yang berdekatan atau berbatasan dengan kegiatan PT TIFICO diperkirakan setiap saat terkena dampak negatif, walaupun juga terkena dampak positif karena adanya peluang kerja maupun peningkatan pendapatan dengan adanya kontrakan rumah dan warung yang dimanfaatkan oleh karyawan PT TIFICO.

Kegiatan PT TIFICO selain menghasilkan produk juga mengeluarkan limbah berupa limbah padat B3 dan non B3, limbah gas dan air limbah. Pengelolaan air limbah dari kegiatan PT TIFICO ini sangat perlu diperhatikan karena air hasil olahan ini dialirkan atau dibuang ke Sungai Cisadane secara terus menerus selama kegiatan produksi dilaksanakan. Kegiatan pembuangan air olahan air limbah PT TIFICO ini akan berpotensi menurunkan kualitas air Sungai Cisadane apabila kualitasnya tidak baik. Hasil monitioring menunjukkan adanya peningkatan beberapa parameter (BOD dan COD) di Sungai Cisadane setelah dialirkannya air olahan air limbah PT TIFICO walaupun pada dasarnya kualitas Sungai Cisadane terutama untuk parameter BOD dan COD sebelum outlet pembuangan air limbah PT TIFICO sudah tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Apabila hal ini bener maka masyarakat sekitar kegiatan dan warga Tangerang akan merasakan dampak negatif dari kegiatan PT TIFICO karena masyarakat sekitar dan warga Tangerang memanfaatkan Sungai Cisadane untuk kegiatan sehari-hari.

Sungai Cisadane merupakan sumber air bersih PT TIFICO untuk kegiatan proses produksi. PT TIFICO telah melakukan minimisasi limbah dengan cara menggunakan kembali air limbahnya (reuse) untuk proses produksi, akan tetapi masih terdapat air limbah yang dialirkan ke Sungai Cisadane terutama dari air olahan IPAL dan STP- ELCAT serta berasal dari cooling water.

Oleh karena itu PT TIFICO selain berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan juga akan mengurangi sumber daya alam dimana kebutuhan air bersih yang cukup besar diambil dari Sungai Cisadane.

Air limbah dari kegiatan PT TIFICO sebelum dialirkan ke Sungai Cisadane akan dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan STP-ELCAT untuk dilakukan pengolahan terlebih dahulu supaya kualitas air limbah tersebut sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan. Akan tetapi kegiatan pembuangan air limbah PT TIFICO tetap berpotensi untuk menurunkan kualitas air Sungai Cisadane karena masih ada beberapa parameter (TSS, Amonia dan COD) yang masih melebihi baku mutu yang dipersyaratkan saat dilaksanakan penyusunan AMDAL (tahun 2006). Implementasi AMDAL khususnya RKL-RPL diharapkan dapat mengendalikan

dampak negatif penting serta dapat mengurangi pencemaran limbah yang dapat menurunkan kualitas air Sungai Cisadane. Selain itu kegiatan minimisasi air limbah PT TIFICO dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian karyawan terhadap pengelolaan lingkungan. Dengan demikian akan tetap terpeliharanya kelestarian dan daya dukung lingkungan .

Keberhasilan pelaksanaan AMDAL khusunya RKL-RPL selain ditentukan oleh kinerja teknis, juga masih dihadapkan pada permasalahan di tingkat manajemen dalam hal penerapan atau kinerja pengelolaan lingkungan. Selain itu pemantauan lingkungan dapat menjamin tercapainya efektifitas pengelolaan lingkungan terutama terhadap pelestarian lingkungan secara terus menerus.

Kinerja sosial dapat ditinjau dari persepsi karyawan, persepsi instansi terkait dan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan PT TIFICO sesuai dengan AMDAL khususnya RKL-RPL mengimplementasi AMDAL.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinerja pengelolaan air dan air limbah dengan meninjau kinerja teknis (kualitas dan kuantitas), kinerja finasial dan kinerja sosial . Oleh karena itu tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sumber air limbah dan melakukan studi kecenderungan kualitas

air limbah

2 Melakukan analisis finansial pengelolaan air limbah

3 Mengukur kinerja pengelolaan perusahaan berdasarkan persepsi karyawan, instansi terkait (dinas lingkungan hidup kabupaten/ kota atau Bapedal Propinsi Banten ) dan masyarakat.

1.4 Kerangka Pemikiran

PT TIFICO dalam kegiatannya untuk menghasilkan produk juga meghasilkan limbah. Kegiatan yang menghasilkan air limbah yaitu dari kegiatan utama berupa proses produksi polyester dan kegiatan penunjung berupa kegiatan PLTU, Boiler dan mess karyawan. Produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh konsumen yang

membutuhkan sedangkan limbah yang muncul terutama air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dialirkan ke Sungai Cisadane setelah di proses terlebih dahulu di IPAL dan STP-ELCAT. Kegiatan PT TIFICO akan memberikan dampak terhadap penurunan kualitas air Sungai Cisadane. Apabila hal ini terjadi akan menimbulkan persepsi yang negatif terhadap kegiatan tersebut karena masyarakat di sekitar kegiatan juga memanfaatkan Sungai Cisadane tersebut untuk kegiatan sehari- hari.

PT TIFICO telah hampir 7 tahun (2000 – 2007) melakukan upaya pengelelolaan dan pemantauan lingkungan dilakukan dengan acuan UKL-UPL maupun RKL-RPL. Menjadi sangat menarik untuk mengkaji elaksanaan pengelolaan lingkungan mampu efektif mencegah dan menanggulanggi dampak negatif yang terjadi terutama dengan penurunan kualitas Sungai Cisadane.

Pencegahan terhadap pencemaran dilakukan oleh PT TIFICO dengan cara meminimisasi limbah pada proses produksi yang dititik beratkan pada air limbah. Tujuannya untuk mengurangi jumlah air limbah yang harus diolah dengan cara memanfaatkan kembali air limbah tersebut untuk proses produksi. Dengan demikian akan mengurangi penggunaan air bersih (fresh water) serta air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Hal ini akan berimplikasi terhadap penaatan terhadap peraturan Undang-undang Lingkungan Hidup yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

Pendekatan masalah dilakukan melalui pendekatan kualitas Sungai Cisadane sebagai penerima dampak dan kualitas air limbah sebagai sumber dampak dibandingkan dengan peraturan yang berlaku. Melalui pendekatan ini, dapat diketahui efektifitas pengelolaan air limbah dan persepsi karyawan, instansi terkait dan masyarakat . Dengan demikian dapat terbentuknya kelestarian lingkungan dan proses produksi yang berkelanjutan. Skema kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian di industri polyester PT TIFICO ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian di industri polyester PT TIFICO. - EFEKTIFITAS RKL-RPL

-

PERSEPSI KARYAWAN, INSTANSI TERKAIT

KEGIATAN PROSES PRODUKSI

PRODUK

INDUSTRI

POLYESTER

PLTU

30 MW

BOILER

MESS

KARYAWA

LIMBAH CAIR (SUMBER DAMPAK)

KUALITAS AIR S. CISADANE (PENERIMA DAMPAK)

AMDAL

RKL &

RPL

MINIMISASI

LIMBAH

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, masalah lingkungan hidup telah menjadi faktor penentu dalam proses pengambilan keputusan pemanfaatan dan pengelolaan SDA. Pembangunan tidak lagi menempatkan SDA sebagai modal, tetapi sebagai satu kesatuan ekosistem yang di dalamnya berisi manusia, lingkungan alam dan/atau lingkungan buatan yang membentuk kesatuan fungsional, saling terkait dan saling tergantung dalam keteraturan yang bersifat spesifik, berbeda dari satu tipe ekosistem ke tipe ekosistem yang lain. Oleh sebab itu, pengelolaan lingkungan hidup bersifat spesifik, terpadu, holistik dan berdimensi ruang.

Berdasarkan Undang–Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pada Bab II pasal 4 Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dikemukakan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang mempunyai sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Dari sasaran-sasaran pengelolaan lingkungan hidup di atas, terlihat bahwa kelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan sasaran utama yang dapat diukur. Menurut bab V Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pelestarian fungsi lingkungan hidup, dinyatakan bahwa kelestarian fungsi lingkungan hidup dapat diukur dengan dua parameter utama, yaitu Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Dua parameter ini menjadi ukuran/indikator apakah rencana usaha dan/atau kegiatan dapat menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.

2.2Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Peraturan Pemerintah 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 3 menyebutkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

b. Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui. c. Proses dan kajian yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumberdaya alam dalam pemanfaatannya.

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sumberdaya.

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya.

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik. g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non-hayati.

h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.

i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan dapat mempengaruhi pertahanan negara.

Menurut Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pada Lampiran II dikemukakan bahwa pada studi AMDAL, terdapat empat kelompok parameter komponen lingkungan hidup, yaitu :

1. Fisik – kimia (iklim, kualitas udara dan kebisingan; kualitas air , fisiografi; hidro- oceanografi; ruang; lahan dan tanah; dan hidrologi),

2. Biologi (flora; fauna)

3. Sosial (budaya; ekonomi; pertahanan/keamanan) 4. Kesehatan masyarakat.

Evaluasi parameter komponen lingkungan pada setiap kegiatan (prakonstruksi, konstruksi, pasca konstruksi) terhadap Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup akan dapat ditentukan dampak penting (positif dan negatif) parameter lingkungan hidup. Hasil kajian dampak penting parameter lingkungan hidup dari setiap kegiatan selanjutnya diorganisasikan ke dalam tiga buku laporan yang terpisah, yaitu 1) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), 2) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), 3) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Ketiga dokumen ini (dokumen AMDAL) merupakan hasil kajian kelayakan lingkungan hidup, dan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari hasil kajian kelayakan teknis dan finansial-ekonomi. Selama ini kedua dokumen kelayakan ini (kelayakan teknis dan kelayakan lingkungan hidup) masih dalam bentuk yang terpisah, baik dokumennya maupun instansi yang menanganinya.

Dokumen AMDAL (kelayakan lingkungan hidup) yang merupakan bagian dari kelayakan teknis finansial-ekonomi (pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999) selanjutnya merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang

(pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999). Dokumen AMDAL merupakan dokumen publik yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat lintas sektoral, lintas disiplin, dan dimungkinkan lintas teritorial administratif.

Analisis mengenai dampak lingkungan, yang sering disingkat dengan AMDAL adalah suatu kegiatan (studi) yang dilakukan untuk mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi dan mengkomunikasikan pengaruh suatu rencana kegiatan (proyek) terhadap lingkungan (Silalahi, 1995) atau kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Mukono, 2005).

Sebagai dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang didukung oleh paket Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 11/2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup. Dengan melalui studi AMDAL diharapkan usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatip dan memaksimalkan dampak positip terhadap lingkungan hidup.

Pada hakikatnya diharapkan dengan melalui kajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan mampu secara optimal meminimalkan kemungkinan dampak lingkungan hidup yang negative, serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien.

Dokumen terkait