• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Penyulingan Akarwangi Tanpa Risiko 1 Arus Penerimaan/Inflow

B. Biaya Operasional

6.5.5. Analisis Finansial Penyulingan Akarwangi Tanpa Risiko 1 Arus Penerimaan/Inflow

Setiap komponen yang merupakan pemasukan bagi penyuling akarwangi selama proyek berjalan akan dimasukkan ke dalam arus penerimaan. Penerimaan pada kegiatan penyulingan akarwangi diperoleh dari penjualan minyak akarwangi dan nilai sisa. Penerimaan dari penjualan minyak akarwangi setiap tahun berbeda sesuai dengan kondisinya.

Setiap hari penyuling melakukan penyulingan yang bahan bakunya berasal dari petani ataupun lahan sendiri. Dalam satu hari penyuling melakukan dua kali penyulingan. Satu kali penyulingan memerlukan waktu 12 jam. Dalam satu kali penyulingan dibutuhkan 1500 kg akarwangi dan menghasilkan minyak sebanyak 7,43 kg. Petani menjual minyak akarwangi pada harga normal per kilogram yaitu

Rp. 511.692. Dalam satu bulan, kegiatan penyulingan dilakukan selama 28 hari. Hal ini berarti, setiap bulannya terdapat dua hari untuk membersihkan alat yaitu pada minggu kedua dan minggu keempat.

Pada tahun pertama, kapasitas produksi belum optimal. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama penyuling baru pertama melakukan kegiatan penyulingan. Kapasitas produksi pada tahun pertama hanya mencapai 91,5 persen. Pada tahun kedua hingga tahun ketujuh, kapasitas produksi mencapai 100 persen. Hal ini dikarenakan penyuling telah mendapatkan pengalaman dari tahu sebelumnya. Pada tahun kedelapan, kapasitas produksi tidak optimal. Hal ini dikarenakan kemampuian mesin yang telah menurun sehingga kapasitas produksi menjadi 91,5 persen. Berdasarkan hal tersebut, penerimaan penyuling pada kondisi normal (tanpa risiko) dapat dilihat pada Tabel 46.

Tabel 46. Penerimaan Penyuling Akarwangi Pada Kondisi Tanpa Risiko Dalam Satu Penyulingan

No Keterangan Tahun

1 2 8

1. Penjualan Minyak Akarwangi (Rp) 2.337.696.191 2.554.859.225 2.337.696.191

2. Nilai Sisa (Rp) 191.490.615

Total inflow 2.337.696.191 2.554.859.225 2.529.186.806

Keterangan: Penjualan minyak akarwangi tahun 3-7 sama dengan tahun ke-2. Total inflow tahun 3-7 sama dengan Tahun ke-2

Pada tahun kedelapan, penerimaan penyuling bertambah. Hal ini dikarenakan adanya nilai sisa dari komponen investasi yang masih bernilai. Nilai

sisa penyulingan yang dihitung di akhir tahun proyek yaitu sebesar Rp. 191.490.615 Tabel 47 menunjukkan nilai sisa pada kegiatan penyulingan

Tabel 47. Nilai Sisa Investasi Penyulingan Akarwangi Pada Satu Penyulingan

Jenis Investasi Jumlah (unit) Harga (Rp/Unit) Umur Teknis (tahun) Nilai Sisa (Rp) a. Tanah Milik (0,15) 0.15 172.847.500 37.887.308 b. Bangunan Pabrik 1 44.386.905 10 6.800.000 Gudang 1 16.684.524 10 3.430.769 c. Alat Transportasi Mobil 1 56.428.600 15 31.000.000 Motor 1 14.823.450 10 3.220.000 e. Baut 31 56.310 5 5.769 f. Ketel Stainless 1 100.773.810 8 33.230.769 h. Bak Pendingin 1 4.232.143 10 450.000 j. Blander 1 262.976.190 5 74.538.462 k.Tungku 1 3.211.310 10 350.000 l. Tangki 1 2.057.738 5 209.231 m. Pipa 3 455.655 3 47.308 n. Timbangan 3 219.821 5 21.000 o. Drum 50 Kg 6 50.000 2 300.000

Total Nilai Sisa 191.490.615

6.5.5.2. Arus Biaya/Outflow A. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang perlu dikeluarkan penyuling untuk memulai kegiatan penyulingan akarwangi. Biaya investasi dihitung pada tahun pertama. Total biaya investasi pada tahun pertama yaitu Rp. 506.060.535.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 48. Ketel merupakan komponen investasi yang paling penting sehingga penentuan umur proyek penyulingan berdasarkan umur teknis ketel.

Tabel 48. Biaya Investasi yang Diperlukan Dalam Satu Penyulingan Akarwangi Pada Tahun Pertama

Jenis Investasi Umur Teknis (tahun)

Jumlah (unit)

Harga (Rp/Unit) Total (Rp)

a. Tanah Milik (0,15 Ha) - 0.15 172.847.500 10.281.600

b. Bangunan Pabrik 10 1 34.000.000 34.000.000 Gudang 10 1 17.153.846 17.153.846 c. Alat Transportasi Mobil 15 1 56.428.600 56.428.600 Motor 10 1 14.823.450 14.823.450 e. Baut 5 31 56.310 1.864.038. f. Ketel Stainless 8 1 110.769.230 110.769.230 h. Bak Pendingin 10 1 4.500.000 4.500.000 j. Blander 5 1 248.461.538 248.461.538 k.Tungku 10 1 3.500.000 3.500.000 l. Tangki 5 1 2.092.307 2.092.307 m. Pipa 3 3 455.655 1.310.423 n. Timbangan 5 3 219.821 598.500 o. Drum 50 Kg 2 6 46.166 277.000 Total Investasi 506.060.535

Pada tahun ketiga hingga tahun ketujuh terdapat biaya reinvestasi yang diperlukan dalam usaha penyulingan akarwangi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 49. Biaya reinvestasi dikeluarkan sesuai dengan umur teknis dari masing-masing komponen investasi. Biaya reinvestasi paling besar dikeluarkan pada tahun keenam yaitu Rp 253.016.385.

Tabel 49. Biaya Reinvestasi yang Diperlukan Dalam Budidaya Akarwangi per Hektar (Rp)

Jenis Investasi Umur Teknis (tahun) Tahun 3 4 5 6 7 Baut 5 1.864.038 Blander 5 248.461.538 Tangki 5 2.092.308 Pipa 3 1310.423 1.310.423 Timbangan 5 598.500 Drum 50 Kg 2 277.000 277.000 277.000 Total Investasi 277.000 1.310.423 277.000 253.016.385 1.587.423

B. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari penyulingan akarwangi. Biaya operasional terbagi menjadi biaya variabel dan biaya tetap.

1. Biaya Variabel

Biaya variabel yang dikeluarkan pada kegiatan penyulingan yaitu biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya bahan bakar, dan biaya bahan baku. Pada tahun pertama kapasitas produksi yang dihasilkan belum optimal. Hal ini dikarenakan penggunaan input pada kegiatan penyulingan pada tahun pertama yang belum optimal yaitu sebesar 91,5 persen. Pada tahun kedua hingga tahun ketujuh penggunaan input telah optimal sehingga kapasitas produksi yang dihasilkan telah optimal yaitu mencapai 100 persen. Hal ini karena adanya pengalaman penyuling pada tahun pertama dalam melakukan kegiatan penyulingan akarwangi. Namun, pada tahun kedelapan kapasitas produksi menjadi 91,5 persen. Hal ini karena usia ketel yang telah usang.

Biaya variabel merupakan biaya yang diperlukan dalam penggunaan input ketika melakukan kegiatan penyulingan akarwangi. Penggunaan input pada kondisi normal maupun kondisi penuh risiko tidak berbeda. Hal ini karena pada kondisi penuh risiko penggunaan input tetap namun hasil input tersebut pada kondisi normal dan penuh risiko akan berbeda. Biaya variabel yang dikeluarkan pada kegiatan penyulingan akarwangi dapat dilihat pada Tabel 52.

a. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali penyulingan adalah dua orang. Upah/orang/suling adalah Rp. 67.700. Dalam satu hari, ketel dioperasikan dua kali dengan waktu satu kali penyulingan 12 jam. Penyuling bekerja dalam

satu kali penyulingan yaitu 12 jam. Dalam satu bulan, penyuling bekerja selama 28 hari. Artinya, dalam satu bulan penyuling hanya libur sebanyak dua hari. Jumlah tenaga kerja tahun pertama hanya 91,5 persen dari total pekerja. Tahun kedua hingga tahun ketujuh tenaga kerja yang dipekerjakan mencapai 100 persen yaitu 1344. Sedangkan pada tahun terakhir, tenaga kerja yang dipekerjakan sebesar 91,5 persen dari total tenaga kerja.

b. Biaya Transportasi

Setelah akarwangi disuling, minyak hasil sulingan dijual ke tengkulak dan penyuling. Sebagian besar penyuling menjual minyaknya ke tengkulak yang berada Kota Garut. Biaya transportasi yang diperlukan dalam satu kali menjual minyak hasil sulingan yaitu Rp. 88.100. Frekuensi menjual minyak akarwangi pada tahun pertama dan kedelapan yaitu 22 kali. Pada tahun kedua, frekuensi penjualan akarwangi yaitu 24 kali. Artinya, dalam sebulan penyuling menjual minyak akarwangi ke Garut sebanyak dua kali. Minyak akarwangi yang dijual sebanyak 210 kg dengan harga minyak akarwangi Rp. 511.692/kg

c. Biaya Bahan Bakar

Pada tahun pertama kapasitas produksi baru mencapai 91,5 persen. Hal ini dikarenakan akarwangi yang tersedia baru mencapai 91,5 persen sehingga frekuensi penyulingan disesuaikan dengan ketersediaan bahan. Biaya bahan bakar per tahun diperoleh dari perkalian antara kebutuhan bahan bakar dalam satu kali penyulingan, frekuensi penyulingan per hari, jumlah hari beroperasi dalam sebulan, dan jumlah bulan dalam satu tahun. Kebutuhan bakar bakar dalam satu kali penyulingan yaitu 244 liter dengan frekuensi penyulingan per hari sebanyak dua kali. Dalam satu bulan, jumlah hari beroperasi sebanyak 28 hari. Bahan bakar

yang digunakan adalah minyak tanah dengan harga minyak tanah per liter yaitu Rp. 2.500.

d. Biaya Bahan Baku

Pada tahun pertama dalam kondisi normal, kapasitas produksi belum optimal yaitu 91,5 persen. Namun, pada tahun kedua kapasitas produksinya telah mencapai optimal yaitu 100 persen. Tahun kedelapan kapasitas produksi mencapai 91,5 persen. Hal ini dikarenakan umur mesin yang telah usang. Biaya bahan baku per tahun diperoleh dari perkalian antara jumlah biaya bahan baku dalam satu kali penyulingan, frekuensi penyulingan dalam satu hari, jumlah hari beroperasi dalam satu bulan, dan jumlah bulan dalam satu tahun. Dalam hal ini, kebutuhan bahan baku untuk satu kali penyulingan yaitu 1.484 kg. Frekuensi penyulingan per hari adalah dua kali. Sedangkan jumlah hari beroperasi dalam satu bulan adalah 28 hari. Harga bahan baku penyulingan yaitu akarwangi Rp.1.808/kg.

2. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dikeluarkan pada penyulingan akarwangi yaitu biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) per hektar per tahun sebesar Rp.90.385. Sedangkan lahan yang digunakan untuk penyulingan akarwangi hanya seluas 0,15 Ha. Sebagian besar responden penyuling memiliki penyulingan sendiri sehingga sebagian besar penyuling tidak mengeluarkan biaya sewa lahan. Selain itu, biaya tetap yang dikeluarkan setiap tahunnya yaitu biaya listrik sebesar Rp.692.308 per tahun. Biaya Tetap dan Biaya Variabel dapat dilihat pada Tabel 50.

Tabel 50. Biaya Variabel dan Biaya Tetap yang Diperlukan Pada Kegiatan Penyulingan Akarwangi Dalam Satu Penyulingan

Biaya Variabel Tahun

1 2 8

Tenaga Kerja/suling 83.245.292 83.973.120 83.245.292 Biaya Transportasi/tahun 942.450 950.690 942.450 Biaya Bahan Bakar/suling 375.906.888 379.193.505 375.906.888 Biaya Bahan Baku/Suling 1.650.456.567 1.803.777.669 1.650.456.567

Total Biaya Variabel 2.110.551.198 2.267.894.985 2.110.551.198 Biaya tetap

Pajak Bumi dan Bangunan 90.385 90.385 90.385 Biaya Listrik/tahun 692.308 692.308 692.308

Total Biaya Tetap 782.692 782.692 782.692

Keterangan: Biaya variabel tahun ke-3 s/d ke-7 sama dengan tahun ke-2 Total Biaya Variabel tahun 3-7 sama dengan Tahun ke-2

6.5.5.3. Kelayakan Finansial Penyulingan Akarwangi Pada Kondisi Tanpa Risiko

Analisis kelayakan penyulingan akarwangi pada kondisi tanpa risiko dapat dilihat dari empat kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Bila NPV ≥ 0, IRR ≥ discount rate (8 persen), dan Net B/C ≥ 1 menandakan bahwa kegiatan penyulingan akarwangi tanpa risiko layak untuk dijalankan. NPV pada kondisi normal mencapai Rp.1.030.118.304. Artinya, kegiatan penyulingan akarwangi selama umur proyek yaitu delapan tahun dengan menggunakan tingkat discount factor 8 persen memberikan keuntungan sebesar Rp.1.030.118.304. Jadi, NPV tersebut menunjukkan manfaat bersih yang diterima penyuling dari kegiatan budidaya selama umur proyek (delapan tahun) dengan tingkat discount rate 8 persen.

Selain itu, dalam menentukan layak tidaknya suatu kegiatan usaha dapat dilihar dari IRR, Net B/C, dan payback period. IRR pada kondisi normal mencapai 99 % atau IRR ≥ DF (8 persen). Artinya, tingkat pengembalian internal kegiatan ini sebesar 99 persen. Net B/C pada kondisi normal mencapai 4,98. Artinya bahwa setiap Rp.1 biaya yang dikeluarkan selama umur proyek (delapan

tahun) mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp.4,98. Sedangkan payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan. Semakin pendek periode pengembalian investasi kegiatan penyulingan akarwangi maka kegiatan tersebut akan semakin baik. Dengan kata lain, payback periode merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Payback periode pada kondisi normal yaitu 3 tahun 6 bulan.

6.5.6. Analisis Finansial Penyulingan Akarwangi Pada Kondisi Risiko

Dokumen terkait