• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, tannin, dan triterpenoid. Uji ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan. Analisa ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam selanjutnya (Harbone, 1996).

Fitokimia merupakan cabang kimia organik yang berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatian dari kimia tumbuhan atau fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yang meliputi struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara ilmiah dan fungsi hayati. Kimia tumbuhan ini banyak berkaitan dengan bidang pertanian, baik untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian tanaman pangan ataupun tanaman lainnya (Suradikusumah, 1989).

Menurut Latifah (2003), dikenal dua sistem metabolisme dalam tumbuhan yaitu metabolisme primer dan sekunder. Proses metabolisme primer melibatkan senyawa-senyawa yang disebut metabolit primer yaitu protein, karbohidrat, lipida, dan asam nukleat. Sedangkan proses metaboliisme sekunder menghasilkan produk berupa metabolit sekunder di antaranya alkaloida, terpenoid, flavonoid, tannin, dan saponin. Pada dasarnya jalur biosintesis primer terdapat pada seluruh sistem organisme, sedangkan keberadaan jalur metabolisme sekunder akan tergantung kepada organismenya, kondisi biokimiawi serta tingkat fisiologis tumbuhannya. Metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan dapat bervariasi karena kondisi lingkungannya, jenisnya (dapat juga varietasnya), kondisi fisiologisnya (tua, muda) dan juga sifat kimianya. Oleh karena itu dalam pengolahan tumbuhan obat perlu diketahui darimana asalnya, bagaimana

budidayanya, pascapanennya, dan bagaimana proses untuk mendapatkan produknya.

Pengaruh fisiologis dan farmakologis dari tumbuhan disebabkan oleh kandungan senyawa kimia aktif yang umumnya merupakan hasil metabolisme sekunder dari tumbuhan. Metabolisme sekunder itu antara lain menghasilkan senyawa golongan fenol dan asam fenolat, fenilprofanoid, tanin, flavonoid dan flavonol, senyawa golongan triterpenoid, steroid, saponin, dan senyawa golongan nitrogen seperti alkaloid.

Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika jika mempunyai struktur kompleks dan bercincin aromatik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam pengobatan. Dapat bersifat optis aktif dan dalam proses ekstraksi dapat mengakibatkan isomerisasi sehingga alkaloid yang diperoleh berupa campuran resemik.

Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan. Telah diketahui sekitar 5500 senyawa alkaloid yang terbesar di berbagai famili Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu (Surahadikusuma,1989). Alkaloid ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah, juga dapat ditemukan pada hewan (Harbone, 1996).

Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang terdapat secara alami. Sifat utamanya berkaitan dengan protein dan polimer lainnnya seperti selllulosa, hemisellulosa, pektin yang dapat membentuk senyawa yang stabil . Tanin adalah suatu grup yang penting dalam unsur-unsur sekunder tanaman. Tanin merupakan fenol yang larut dalam air dengan berat molekul 500-3000, merupakan bagian dari fraksi fenol dan mempunyai kemampuan untuk mengikat alkaloid gelatin dan protein. Selanjutnya Manitto (1992) mengemukakan bahwa senyawa tanin merupakan penghambat enzim yang kuat bila terikat pada protein. Senyawa tanin termasuk golongan senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang sejak dahulu kala digunakan untuk merubah kulit hewan menjadi

kedap air, awet. Dalam buah, tingkat polimerisasi dari tanin bertambah bila buah makin masak, sehingga kemampuan untuk mengikat protein menjadi berkurang (Tangendjaya et al., 1992).

Secara umum tanin dibagi ke dalam dua bagian besar yakni tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi tersusun dari polimer tidak mengalami hidrolisis dalam asam basa. Tanin terkondensasi dikenal juga sebagai proantosianidin tidak mudah dihidrolisis dan terdapat dalam bentuk yang sangat kompleks (Hagerman, 1992).

Terpenoid

Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, berasal dari molekul isoprena CH2 = C(Ch3)-CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C5. Terpenoid terdiri dari beberapa senyawa terdiri dari komponen minyak atsiri yaitu didasarkan pada banyaknya unit isoprenonoid sebagai senyawa penyusunnya. Monoterpenoid memiliki dua satuan isoprenoid seperti pada minyak atsiri, seskuiterpenoid memiliki tiga unit isoprenoid, diterpenoid memiliki empat unit dan triterpenoid memiliki enam unit isoterpenoid (Harbone, 1996)..

Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang bagian utamanya terpenoid yang terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling uap. Zat inilah yang menyebabkan wangi, harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Triterpenoid sendiri digolongkan menjadi beberapa golongan senyawa di antaranya sterol dan saponin. Sterol adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana, bisanya berperan sebagai hormon, misalnya skualen dan ergosterol (Robinson,1995)..

Saponin

Saponin adalah glikosida triterpen dan merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat, bersifat seperti sabun serta dapat dideteki berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba (Robinson,1995). Selanjutnya dikemukakan bahwa saponin memiliki gugus glikosil yang bersifat polar dan gugus steroid dan triterpenoid yang bersifat nonpolar. Senyawa yang bersifat polar dan nonpolar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat

membentuk micell. Keadaan inilah yang tampak seperti busa, karena itu dalam analisis ini dilihat kemampuan sampel dalam membentuk busa.

Saponin juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri pada produksi hormon sex. Sumber utama saponin adalah berasal dari tumbuhan tinggi, terutama dari famili Lithiaceae, Solanaceae dan Scrophulariceae (Manitto P, 1992). Saponin juga mempunyai kemampuan untuk mengikat kolesterol sehingga turut berperan dalam mengurangi resiko arterosklerosis (Arcuri P.B. 2004). Menurut Lacaille dan Wagner (1996) , saponin memiliki aktivitas spesifik yang berhubungan dengan kanker seperti sitotoksik, antitumor, antiperadangan, antialergi, antivirus,antihepatotoksik, antidiabetes dan antifungal.

Flavonoid

Semua flavonoid, menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan dan senyawanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Flavonoid berupa senyawa fenol karena itu, akan berubah warna jika ditambah basa atau amonia. Flavonoid hampir terdapat pada semua jenis tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid (Harbone, 1996).

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Di samping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Flavonoid ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi, tetapi tidak dalam mikroorganisme (Suradikusumah, 1989).

Analisis Kadar sari Buah Pinang yaki :

Analisis kadar sari dimaksudkan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang didasarkan pada zat berkhasiat hasil uji fitokimia. Kualitas ekstrak ditetapkan berdasarkan parameter kualitas standard yang dikeluarkan oleh Direktprat Pengawasan Obat tradisional yaitu antara lain persentase rendemen air, kadar air, kadar abu, dan rendemen pelarut organik.

Uji Toksisitas Buah Pinang yaki

Uji toksisitas merupakan uji pendahuluan untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa. Farmakologi pada dasarnya adalah toksikologi pada

dosis rendah sedangkan toksikologi adalah farmakologi pada dosis tinggi (Hamburger & Hostettmann, 1991).

Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang bersifat toksik dalam dosis tinggi. Penapisan senyawa bioaktif dari jaringan tumbuhan memerlukan metode yang tepat, sederhana dan cepat. Prinsip dalam uji toksisitas adalah komponen bioaktif selalu bersifat toksik jika diberikan dalam dosis tinggi dan obat adalah racun dari suatu bioaktif pada dosis rendah. Senyawa aktif yang dikandung ekstrak kasar tumbuhan akan menghasilkan tingkat kematian yang tinggi.

Pemeriksaan toksisitas diperlukan untuk sifat sediaan tersebut, apakah bersifat toksik atau tidak. Tingkat konsentrasi yang dapat menyebabkan keracunan ditentukan dengan letal konsentrasi 50(LC50). LC50 adalah konsentrasi

dari suatu bahan yang menyebabkan 50% kematian dalam suatu populasi. LC50

dapat digunakan untuk menentukan toksisitas dari suatu zat. Data mortalitas hewan uji yang diperoleh dapat diolah untuk mendapatkan nilai LC50 dengan

selang kepercayaan 95% dengan menggunakan probit analysis method yang dikemukakan oleh Finney (1971). Uji Toksisitas dalam penelitian ini menggunakan Larva Udang (A.salina Leach) dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test).