• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

Sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang ditetapkan pada tahun 1991 dengan luas 287.115 hektar mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, fungsi pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan alam dan satwa liar, serta fungsi pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Tujuan penelitianuntuk mengetahui struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman floristik di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Manfaat penelitian, sebagai bahan masukan bagi pemerintah, khususnya Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam penyusunan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Berdasarkan inventarisasi pada petak-petak di 5 lokasi TNBNW tercatat sebanyak 307 jenis flora yang tergolong kedalam 288 marga dan 165 suku. Komposisi floristik hutan Doloduo, G.Kabila, Torout, Matayangan dan Tumokang di TNBNW menunjukkan banyak kesamaan, dengan keanekaragaman yang cukup tinggi. Lokasi Gunung Kabila mempunyai indeks keanekaragaman tertinggi (3,98) untuk tingkat semai atau tumbuhan bawah, dan tingkat sapihan (3,82) sedangkan untuk tingkat tiang dan flora tingkat pohon, lokasi hutan Tumokang mempunyai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu (3,73) dan (3,81).

ABSTRACT

As one of natural conservation area, Bogani Nani Wartabone National Park that established in 1991, is 287.115 hectare in width and has three major functions that are living buffer sistem protection, diversity preservation for plant and wild animal, and sustainable use of natural resources and the ecosistem. The objectives of research are to study vegetation structure, composition and floristik diversity in Bogani Nani Wartabone National Park. The research was expected useful as input for the government, particularly Forestry Departemen and lokal government in order to make a management plan for Bogani Nani Wartabone National Park, and for biodiversity conservation activities in Indonesia. According to stocktaking on plots for 5 locations, TNBNW has 307 kind of flora that classified into 288 genus and 165 families. Forest floristik composition for Doloduo,M. Kabila, Torout, Matayangan and Tumokang in TNBNW high degree of similarities, with sufficient high of diversity. Kabila mountain shows the highest diversity index (3,98) for seedling level or low plant, and sapling level (3,82) while for pole level and tree level, Tumokang forest has the highest diversity index namely 3,73 and 3,81.

PENDAHULUAN

Indonesia dengan kekayaan sumberdaya alamnya yang melimpah termasuk keanekaragaman jenis flora dan faunanya sudah selayaknya disebut sebagai negara “Mega biodiversity” .Keanekaragaman hayatinya terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Colombia (McNeely,1990). Satari (1994) mengemukakan bahwa Indonesia memiliki hutan tropik seluas 120 juta hektar yang dikenal sebagai komunitas yang paling kaya akan keanekaragaman flora dan fauna serta merupakan gudang plasma nutfah endemik yang dapat dimanfaatkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Zuhud (1994), mengatakan bahwa di dalam hutan Indonesia terdapat 25.000 jenis tumbuhan, dan dari jumlah tersebut baru 20 % atau 5000 jenis yang sudah dimanfaatkan dalam berbagai pemanfaatan termasuk 1260 jenis yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Selanjutnya Direktorat Tanaman Sayuran, Hias, Aneka Tanaman (2002) mengemukakan bahwa hutan tropika Indonesia memiliki kekayaan jenis palem (Arecaceaee) terbesar di dunia, memiliki 400 spsies anggota famili Dipterocarpaceae, primadona kayu tropika. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa hutan tropis Indonesia merupakan sumberdaya alam bahan kimia yang masih menunggu untuk dievaluasi guna menemukan bahan-bahan kimia baru yang potensial untuk bio-industri farmasi, pertanian, dan sebagainya.

Sebagai konsekwensinya, Indonesia mendapat tantanggan yang sangat berat untuk memelihara kekayaan sumberdaya hayati tersebut dan mengembangkan peranannya bagi pembangunan. Sampai saat ini untuk keperluan pembangunan, Indonesia masih bertumpu kepada pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.

Untuk mengelola keanekaragaman hayati secara optimal, diperlukan strategi yang disusun berdasarkan pada potensi keanekaragaman hayati dan permasalahan yang dihadapinya. Strategi yang dapat dikembangkan mencakup tiga aspek yang saling berhubungan, yaitu : mengamankan (save it), mempelajari (study it) dan memanfaatkan (use it) (Alikodra,1992).

Taman Nasional Bogani-Nani Wartabone (TNBNW) yang merupakan salah satu kawasan hutan tropis Indonesia telah sejak lama menjadi pusat perhatian para ahli botani maupun Zoologi dari seluruh dunia atas keunikan dan

kekhasan flora dan faunanya karena kawasan tersebut merupakan peralihan antara Zona Malaysia dan Australia yang dikenal dengan "Wallacceae Area".

Sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam, Taman nasional Bogani Nani Wartabone yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.1068/Kpts-II/1992 tanggal 18 november 1992 dengan luas kawasan 287.115 hektar. Secara geografis terletak antara 0025’ – 0044’ LU dan 16024’ – 16040’ BT. Sedangkan secara administrative pemerintahan terletak di dua wilayah yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow dan Provinsi Gorontalo.

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, fungsi pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan alam dan satwa liar, serta fungsi pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone merupakan habitat dari 127 jenis mamalia Sulawesi, 79 (62%) di antaranya merupakan jenis endemik, juga terdapat 235 jenis burung darat, 84 jenis (36%) di antaranya unik; dan dari 104 jenis reptilia, 29 (28%) di antaranya endemik Sulawesi; 17 dari 38 (45%) jenis tikus asli; 20 dari 24 (83%) jenis kelelawar buah. Inilah yang membuat kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi terpenting di dunia secara umum dan khusus Sulawesi bagi keanekaragaman biologi atau keanekaragaman hayati (Lee R.J. et al. 2001 ).

Penelitian di kawasan ini telah banyak dilakukan namun lebih banyak terfokus pada fauna dibanding floranya, sehingga data mengenai floranya masih terbatas. Padahal menurut Whitmore (1989) di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat sekitar 27 suku,40 marga dan 76 jenis pohon endemik. Sedangkan dalam Kinnaird(1995) dikatakan bahwa di kawasan ini juga terdapat 5000 jenis tumbuhan yang belum diketahui secara pasti penyebaran dan kelimpahannya.

Melihat kekayaan dan potensi yang tersimpan di dalam kawasan TNBNW, sudah seharusnya dilakukan upaya bioprospeksi. Bioprospeksi pada prinsipnya adalah upaya pencarian, penelitian, pengumpulan, ekstraksi, dan pemilihan sumberdaya hayati dan pengetahuan tradisional untuk mendapatkan materi genetik dan sumber biokimia yang bernilai ekonomi tinggi.

Kegiatan ini penting untuk mendokumentasi sumberdaya genetik keanekaragaman hayati sebelum ada pihak lain yang tidak bertanggung jawab mengeksploitasi habis kekayaan tersebut, sekaligus mencari sumber bagi

keuntungan ekonomi di masa depan. Oleh karena itu keanekaragaman, struktur dan komposisi vegetasi sebagai komponen utama habitat perlu dikaji dan dianalisa.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman flora dI sekitar kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman floristik guna pengelolaan tingkat ekosistem, spesies dan gen di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone .

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam penyusunan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone,dan dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

Hipotesis

Penelitian ini dilandasi hipotesis, bahwa Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki keanekaragaman flora yang tinggi.