• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyayatan Pewarnaan (PAS)

5. Bentuk tidak normal spermatozoa

Jumlah rata-rata bentuk tidak normal spermatozoa (%) setelah pemberian berbagai dosis ekstrak total biji pinang yaki (D) dan waktu pemberian (H) dapat dilihat pada Gambar 39.

Gambar 30. Jumlah rata-rata abnormal spermatozoa (juta/ml) setelah pemberian ekstrak biji pinang yaki

Hasil penelitian pemberian ekstrak biji pinang yaki, ternyata ekstrak biji pinang yaki mempengaruhi abnormalitas spermatozoa. Hal ini mungkin disebabkan adanya golongan senyawa saponin yang terdapat dalam ekstrak biji Pinang yaki. Sedangkan bentuk normal dan abnormal sperma dapat dilhat pada

Gambar 31 – 43. Secara umum standarisasi klasifikasi normal semen/airmani menurut WHO (2001), sperma yang normal memiliki jumlah lebih besar dari 20 juta sperma/ml dimana 50% dari jumlah tersebut harus mampu bergerak bebas. Bentuk kepala sperma oval dengan ekor yang langsing seperti cemeti (Gambar 40) Sedangkan bentuk sperma yang tidak normal (infertil) jika < 13,5 juta sperma/ml, < 32% bergerak bebas, < 9% bentuknya normal, bentuk kepala sperma bulat, melebar dengan ekor pendek atau terlipat, gerakan sperma lambat (Gambar 31 - 34.)

a b

c d Gambar 31. Bentuk normal Spermatozoa

a b Gambar 32. Bentuk Sperma dengan Ekor Terputus (a) dan Tanpa Kepala (b)

Gambar 33. Bentuk Tidak Normal Sperma dengan Kepala Kembar 3

a b

Gambar 34. Bentuk Tidak Normal Sperma (Cacat) a & b

Hasil pengamatan secara mikroskopis sel-sel kelamin jantan pada tikus kelompok yang diberi perlakuan terlihat adanya dominansi sel-sel spermatozoa tikus yang tidak normal yaitu tidak adanya ekor atau kepala dari sel spermatozoa. Hal ini berkaitan dengan pemberian ekstrak biji pinang yaki. Menurut Resang (1994), hal tersebut menunjukkan bahwa sel-sel tersebut mengalami degenerasi. Degenerasi merupakan perubahan-perubahan morfologik akibat jejas-jejas yang nonfatal di mana perubahan tersebut bersifat reversibel atau dapat pulih kembali ( Dalimarta, 1998; Himawan, 1998).

Perubahan patologis yang terjadi pada sel-sel kelamin jantan tikus-tikus tersebut secara mikroskopis terlihat menyebabkan bentuk-bentuk yang tidak normal bentuk-bentuk abnormalitas sperma menurut Hafez (2000), terdiri atas beberapa kategori yaitu kelainan kepala sperma, kerusakan pada ekor sperma dan gangguan pada struktur dan ukuran sel, antara lain kerusakan pada kepala sperma yaitu terlalu besar,pendek, atau mempunyai dua kepala, droplet pada leher atau putusnya kepala sel (Gambar 32). Sedangkan kerusakan pada ekor

yaitu berupa hilangnya ekor, putusnya ekor pada bagian leher atau bagian tengah sehingga ekor menggulung, serta bentuk kembar dan kombinasi kerusakan pada kepala atau ekor sel (Gambar 32 - 34).

Penurunan tingkat fertilitas tikus karena menurunnya kualitas sperma. Tingkat fertilitas tikus jantan menurun karena adanya penurunan motilitas dan peningkatan jumlah sperma yang abnormal . Pada tikus, motilitas sperma sangat mempengaruhi keberhasilan fertilisasi. Itulah sebabnya menurunnya motilitas sperma ditambah dengan adanya peningkatan jumlah sperma abnormal. Selain itu juga penurunan kualitas sperma disebabkan oleh gangguan hormonal. Menurut Sri Nita (2003), perilaku kawin pada hewan mamalia jantan non-primata sangat tergantung pada hormone testosterone, sehingga menurunnya fertilitas dapat terjadi karena penurunan sintetis hormone testosterone. Menurunnya konsentrasi testosterone ini karena terjadi penghambatan terhadap fungsi hipofisis. Penurunan sintesis testosterone dapat juga disebabkan oleh aktivitas biologis senyawa aktif yang terkandung pada tanaman seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpen, tannin, dan saponin. Seperti diketahui, pinang yaki mengandung senyawa aktif antara lain saponin..

Risnawati (2002), mengemukakan bahwa saponin yang tergolong dalam kelompok steroid bersifat menghambat spermatogenesis, menurunkan kualitas spermatozoa yaitu morfologi, jumlah dan motilitas tetapi tidak menurunkan berat badan. Selanjutnya hasil penelitian Sutyarso (1992), ternyata bahwa buah pare yang juga mengandung saponin dari golongan glikosida triterpen, dapat menghambat pertumbuhan sel germinal pada tingkat awal in vivo. Saponin merupakan senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan, bersifat seperti sabun yang mampu merenggangkan membran sel dengan menghemolisis sel darah merah

Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun. Hal ini digunakan sebagai dasar penilaian toksikologis suatu zat kimia (Indriyati, 2004).

Menurut Lu (1995), beberapa zat kimia dapat menggangu sistim reproduksi hewan jantan melalui mekanisme yang berbeda-beda di antaranya menyebabkan gangguan pada proses spermatogenesis yaitu spermatozoa cacat, tidak aktif bahkan mati (Gambar 43). Selanjutnya Nita (2002) menyatakan bahwa bahan aktif yang mempengaruhi fertilitas umumnya mempunyai sifat

menghambat spermatogenesis dengan cara merusak sel spermatogenik ataupun prekursornya sehingga akan menyebabkan spermatozoa yang diproduksi testis menjadi berkurang. Sifat lainnya adalah mengganggu aktivitas hormon dan mengganggu maturasi spema yang terjadi di epididimis. Tingginya konsentrasi testosterone akan berefek umpan balik negative ke hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH atau LH, sehingga akan menghambat spermatogenesis.

Penurunan tingkat fertilitas tikus karena menurunnya kualitas sperma. Tingkat fertilitas tikus jantan menurun karena adanya penurunan motilitas dan peningkatan jumlah sperma yang abnormal . Pada tikus, motilitas sperma sangat mempengaruhi keberhasilan sterilisasi. Itulah sebabnya menurunnya motilitas sperma ditambah dengan adanya peningkatan jumlah sperma abnormal. Selain itu juga penurunan kualitas sperma kemungkinan disebabkan oleh gangguan hormonal. Menurut Sri Nita (2003), fertilitas pada hewan mamalia jantan non- primata sangat tergantung pada hormone testosterone, sehingga menurunnya fertilitas dapat terjadi karena penurunan sintetis hormon testosteron. Menurunnya konsentrasi testosterone ini karena terjadi penghambatan terhadap fungsi hipofisa. Penurunan sintesis testosterone dapat juga disebabkan oleh aktivitas biologis senyawa aktif yang terkandung pada tanaman.

Secara umum, usaha untuk mendapatkan bahan kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah kehamilan, sedangkan secara biologis adalah usaha pencegahan terjadinya fertilisasi sel telur oleh spermatozoa. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada tiga bagian proses reproduksi pria yaitu proses maturasi sperma dan transportasi sperma. Sedangkan kontrasepsi yang mempengaruhi proses reproduksi wanita antara lain menghambat ovulasi, dan penghambat penetrasi sperma. Fertilisasi dapat dicegah jika spermatozoa tidak ada, menurun kualitasnya, atau dihambat potensinya.

Belum diketahui secara pasti tentang pengaruh ekstrak biji pinang yaki terhadap fertilitas tikus jantan, tetapi tampaknya penurunan kualitas spermatozoa sebagai akibat dari senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak biji pinang yaki. Hal ini erat kaitannya dengan menurunnya jumlah, motilitas, serta bentuk normal spermatozoa. Ditinjau dari zat aktif yang dikandungnya (alkaloid, flavonoid,saponin, tannin, steroid) pinang yaki dapat digunakan untuk mendukung penggunaan tanaman sebagai kontrasepsi. Namun senyawa- senyawa aktif tersebut di atas perlu diteliti lebih lanjut karena khasiatnya sering tidak sesuai dengan senyawa yang dikandungnya, terutama pada tanaman lain

dengan kandungan yang sama. Penggunaan kontrasepsi asal tanaman perlu diperhatikan sifat merusak atau pengaruhnya terhadap sistem reproduksi pria maupun wanita. Sebaiknya digunakan tanaman-tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi yang sifatnya sementara (reversible) yaitu bila obat tidak digunakan lagi, sistem reproduksinya normal kembali, sehingga tidak terjadi kemandulan.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pemberian ekstrak biji pinang yaki pada tikus jantan menurunkan jumlah spermatozoa, motilitas, serta mempengaruhi bentuk normal spermatozoa tetapi tidak berpengaruh terhadap berat badan dan berat testis tikus jantan strain Spraque – Dawley (SD)

SARAN

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari dosis efektif yang menyebabkan infertilitas pada tikus jantan strain Spraque – Dawley (SD).