• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisa investasi yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan fundamental perusahaan. Faktor fundamental perusahaan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan operasional suatu perusahaan dan kemampuannya mendatangkan keuntungan.

2.7.1. Kerangka Analisis Fundamental

Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis.

Tahapan yang dilakukan dimulai dengan analisis dari (1) kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar, (2) diikuti dengan analisis industri, dan (3) akhirnya analisis kondisi spesifik perusahaan (Husnan, 2001). Secara skematis, kerangka analisis fundamental dapat dilihat pada Gambar 2.

2.7.2. Analisis Ekonomi (Pasar)

Kondisi perekonomian mempengaruhi kondisi pasar, sehingga kondisi pasar akan mempengaruhi para pemodal. Apabila pasar membaik atau memburuk, umumnya saham-saham juga akan terpengaruh dengan arah yang sama (Husnan, 2001). Saat kondisi pasar membaik, tingkat keuntungan yang diperoleh investor dapat meningkat, begitu juga sebaliknya.

Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh investor, kondisi pasar juga mempengaruhi kemampuan perusahan memperoleh laba.

Disamping pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, kondisi perekonomian juga mempengaruhi kondisi industri (Husnan, 2001).

2.7.3. Analisis Industri (Sektor)

Perusahaan-perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diklasifikasikan ke dalam 9 sektor, yaitu: (1) pertanian, (2) pertambangan, (3) industri dasar, (4) aneka industri, (5) industri barang konsumsi, (6) properti, (7) infrastruktur, (8) keuangan, dan (9) perdagangan dan jasa (BEI, 2008). Industri rokok berada dalam sektor barang konsumsi.

Gambar 2. Kerangka Analisis Fundamental Sumber : Husnan, 2001

Menurut Husnan (2001), untuk melakukan analisis industri, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi tahap kehidupan produknya. Langkah berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut.

Analisis Fundamental

Penilaian

1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba 2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak

Lakukan analisa terhadap : 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri

3. Perusahaan

Gunakan model valuasi dividen Atau

Gunakan model PER Dilakukan dengan

Analisa industri juga dapat dilakukan melalui Porter’s Five Forces (e-samuel, 2008). Porter menawarkan model persaingan yang dipengaruhi lima kekuatan dalam industri seperti terlihat dalam gambar 3. Lima kekuatan tersebut adalah:

1. Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry)

Yaitu seberapa mudah pemain baru masuk sebagai pesaing baru dalam industri. Semakin mudah pemain baru masuk, artinya tingkat persaingan dalam industri semakin tinggi.

2. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute)

Jika produk perusahaan mempunyai produk substitusi atau produk pengganti, maka substitusi ini harus diperhitungkan sebagai pesaing.

3. Kekuatan tawar dari konsumen (bargaining power of buyers)

Posisi tawar menawar dari konsumen akan mempengaruhi perusahaan untuk menetapkan harga jual dan volume produksi.

4. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers)

Semakin banyak pemasok maka semakin kuat posisi tawar menawar perusahaan dalam menegosiasikan harga, volume dan diferensiasi pasokan.

5. Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among existing competitor)

Tingkat persaingan diantara pemain dalam industri ditentukan beberapa faktor, diantaranya potensi pertumbuhan industri, beban tetap perusahaan (fixed cost), diferensiasi produk, identitas merk (brand identity) dan informasi yang dimiliki.

Gambar 3. Porter’s Five Forces Model

Sumber : Porter (1979) dalam Handout Mata Kuliah Bisnis Internasional (2007)

2.7.4. Analisis Fundamental Perusahaan

Analisis fundamental perusahaan dilakukan untuk menilai nilai intrinsik saham perusahaan yang di analisis. Nilai intrinsik ini digunakan untuk dibandingkan dengan harga pasar. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya (Halim, 2003). Nilai intrinsik yang berada diatas harga pasar dinamakan undervalued, dan nilai intrinsik yang ada di bawah harga pasar dinamakan overvalued.

Menurut Husnan (2001) ada dua model penilaian saham yang sering digunakan untuk analisis sekuritas, yaitu Pendekatan present value (metode kapitalisasi penghasilan) dan Pendekatan Price Earning Ratio atau PER (metode kelipatan laba)

1) Pendekatan present value

Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Arus kas yang dipergunakan untuk pendekatan ini adalah arus kas bebas. Arus kas bebas merupakan arus kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak dan setelah dikurangi kebutuhan pengeluaran untuk investasi modal (e-samuel, 2008). Secara formal dapat dituliskan,

Nilai saham =

Rivalry New

Supplier Buyer

Product Substitutes

Dalam hal ini, r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi tersebut. Tingkat bunga ini, bagi perusahaan merupakan cost of equity, karena merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri (Husnan, 2001).

2) Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham (Earning Per Share, EPS). PER dapat digunakan sebagai pembanding harga saham antara yang paling murah dan yang paling mahal dalam satu industri.

Perusahaan yang mempunyai PER yang paling tinggi merupakan perusahaan yang mempunyai harga saham yang paling mahal.

Sedangkan perusahaan yang memiliki PER paling rendah merupakan perusahaan yang harga sahamnya paling murah.

Analisis fundamental cocok untuk analisis investasi jangka panjang dan menilai kelayakan suatu usaha (Sulistiawan, 2007).

2.7.5. Keputusan Investasi

Berdasarkan analisis fundamental, ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk membuat keputusan investasi. Pedoman tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Pedoman Keputusan Investasi Berdasarkan Analisis Fundamental

Keterangan Hasil Harga Pasar Saham > Nilai

Intrinsik

Dihargai terlalu

tinggi Dijual

Harga Pasar = Nilai Intrinsik Kondisi Seimbang

Jangan Melakukan

Transaksi Sumber: Lastari, 2004

2.7.6. Capital Asset Pricing Model

Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset pada kondisi ekuilibrium, tujuannya adalah untuk menentukan minimum required of return dari investasi yang berisiko (Halim, 2003). Berbagai asumsi CAPM adalah:

1. Tidak ada biaya transaksi

2. Investasi dapat dipecah-pecah (diversifikasi) 3. Tidak ada pajak penghasilan

4. Investor secara individual tidak dapat menentukan harga 5. Pertimbangan investor adalah expected return

6. Bisa melakukan short sales

7. Dapat pinjam dan meminjamkan pada tingkat bunga yang sama 8. Memiliki pengharapan homogen

9. Semua assets dapat diperjual belikan

Menurut Husnan (2001), diversifikasi dapat mengurangi risiko namun tidak dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi ini disebut risiko sistematis. Risiko sistematis ini disebut juga sebagai risiko pasar (market risk). Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi.

Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total. Keadaan semacam ini ditunjukkan pada gambar 4.

Risiko dari portfolio yang terdiversifikasi secara baik tergantung pada risiko pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portfolio tersebut (Husnan, 2001). Untuk mengetahui seberapa besar suatu saham mempengaruhi risiko suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik, kita harus mengukur risiko pasarnya melalui kepekaan suatu saham terhadap perubahan pasar. Dalam CAPM, kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar biasa disebut beta investasi tersebut.

Deviasi Standar

Risiko Sistematis

Jumlah Sekuritas

Gambar 4. Pengurangan Risiko dengan Diversifikasi Sumber : Husnan, 2001

Dokumen terkait