• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PERTANIAN TANAMAN PANGAN

KECAMATAN PUCUK KABUPATEN LAMONGAN

A. Analisis Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Menjalankan Fungsi Pemerintahan Desa

1. Analisis Fungsi Pengawasan Oleh BPD Wanar

Dari pemaparan kajian sebelumnya dapat dilihat bahwa fungsi dan tugas pokok dari pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Wanar belum maksimal terwujud seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini nampak pada saat fungsi dari BPD Wanar kurang memperhatikan keadaan yang sesungguhnya di lapangan. Misalnya yang terjadi bahwa tidak semua aspirasi warga desa Wanar dilakukan atau disetujui oleh pemerintahan desa, seperti usulan warga desa Wanar yang ingin memprioritaskan tanggul saluran air sisi kanan dan sisi kiri jalan utama menuju setiap dusun dibuat terlebih dahulu ketimbang perbaikan jalan. BPD Wanar selama ini juga mendengar aspirasi warga desa, seperti masalah perbaikan jalan, jalan sawah/ jalan hutan jati, dan pembuatan perairan pertanian, dll.

Dalam hal proses penetapan maupun pembahasan Peraturan Desa Wanar sudah sesuai dengan Undang-undang, yakni:

a. Anggota Badan Permusyawaratan Desa diundang oleh Pemerintah Desa dalam hal ini Kepala Desa untuk menyampaikan tujuan dan

79

maksud membentuk Peraturan Desa dengan menyampaikan pokok peraturan desa yang diajukan;

b., Pemerintah desa juga mengajukan rancangan peraturan desa, demikian halnya Badan Permusyawaratan Desa juga terlebih dahulu mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Badan Permusyawaratan Desa juga memberikan usul atau masukan guna menyempurnakan atau melengkapi rancangan peraturan desa;

d. Ketua Badan Permusyawaratan Desa juga menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa untuk diagendakan;

e. Badan Permusyawaratan Desa mengadakan rapat dengan pemerintah desa kurang lebih satu sampai dua kali untuk memperoleh kesepakatan bersama.

Jika diperoleh kesepakatan dalam rancangan Perdes tersebut secara bersama antara Kepala Desa dengan BPD, maka Peraturan Desa tersebut telah disetujui dan disahkan serta ditetapkan sebagi Peraturan Desa.

BPD melakukan setidaknya 3 fungsi yaitu membuat peraturan desa bersama kepala Desa (legislation function), menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (aspiration function) dan melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan Desa baik masalah pemerintahan umum (controlling function) Maupun penganggaran (budgeting function) . Fungsi fungsi tersebut jika dilihat dari sudut fikih Dusturiyyah fungsi yang dilakukan BPD terhadap pemerintahan desa bisa masuk dalam kategori ahl

80

al-hall wa al-‘aqd dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat bawah.

Fiqih siya@sah Dustu@riyyah biasanya dibatasi hanya pada kajian pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh urusan-urusan kenegaraan ditinjau dari segi persesuaiannya dengan prinsip-prinsip agama Islam dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini BPD tidak harus melaksanakan semua aspirasi dari masyarakat Desa. Hanya aspirasi yang menurut pandangan mereka sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat saja yang akan dibuat peraturan desa dan dilaksanakan.

Ada suatu kaedah umum yang dipegangi dalam kaitannya dengan Siya@sah dustu@riyah yang berbicara tentang hubungan masyarakat dan pemimpinnya yaitu kaeidah :

ةحلصمل اب طونم ماملاا فرصت

“Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan rakyat.”

Kaidah ini mengandung arti bahwa kebijakan umum seorang pemimpin (kepala pemerintahan) harus selalu berorientasi kepada kemaslahatan masyarakat atau rakyat. Kebijakan-kebijakan al-Khula>fa al-Ra>syidi>n di dalam mengendalikan pemerintahan, meskipun memiliki perbedaan di dalam gaya pemerintahannya sesuai dengan pembawaannya masing-masing, namun mereka ada kesamaan dalam hal alur kebijakan, yaitu berorientasi

81

kepada sebesar-besarnya kemaslahatan rakyatnya. Sesuai dengan prinsip

“Kebijaksanaan Imam sangat tergantung kepada kemaslahatan rakyat”

Dalam kaitannya, dengan aspirasi masyarakat yang menginginkan pembuatan tanggul saluran air di sisi kanan dan sisi kiri jalan, BPD boleh tidak memenuhinya, karena menurut BPD masih ada prioritas pembangunan yang lebih penting, yaitu pembuatan dan perbaikan jalan, jalan sawah/ jalan hutan jati, dan pembuatan perairan pertanian.

Memang BPD tidak membuatkan peraturan bagi semua aspirasi masyarakat yang masuk, karena pertimbangan efektifitas dan kemaslahatan.

Biasanya pembuatan peraturan memakan waktu yang tidak sebentar, karena butuh koordinasi dengan pemerintahan desa khususnya kepala desa. Karena itu, hanya aspirasi yang sangat penting saja yang dibuatkan peraturan desa untuknya.

Para ulama menegaskan bahwa untuk mencapai kemaslahatan umat harus terjamin dan terpelihara dengan baik maqa>s}id syari@’ah al-sittah (enam prinsip tujuan hukum Islam), yaitu h}ifd} ad-di>n (memelihara agama), h}ifd} al-nafs (memelihara jiwa), h}ifd} al-aql (memelihara akal), h}ifd} al-ma>l (memelihara harta), h}ifd} al-nasl (memelihara keturunan), dan h}ifd} al-ummah (memelihara umat).

BPD adalah lembaga yang menetapkan Kepala Desa. Namun, dalam pembuatan peraturan Desa, BPD harus bekerjasama dengan kepala desa dan kepala desa juga harus bekerja dengan BPD. Suatu hubungan

82

timbal balik dalam melaksanakan tugas legislasi peraturan desa. Apa pun peraturan desa harus disepakati dan disetujui oleh BPD dan Kepala Desa.

Tanpa persetujuan kedua belah pihak, peraturan desa tidak akan terwujud.

Anggota BPD adalah orang-orang yang dipilih oleh masyarakat melalui sautu mekanisme yang demokratis. Anggota BPD dipilih oleh masyarakat untuk mewakili mereka demi kebaikan dan kesejahateraan mereka. Sebab tidak mungkin semua masyarakat menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada pemerintahan desa, sebab akan membutuhkan tempat yang luas, waktu yang lama dan juga akan bertele-tele pembahasan aspirasi tersebut. Karena itu,BPD adalah anggota masyarakat orang-orang yang bisa menyampaikan aspirasinya secara baik dan efektif.

Karena itu, masyarakat membutuhkan wakil untuk menyampaikan aspirasi-aspirasinya, dan BPD adalah lembaga yang mewakili masyarakat yang terdiri dari orang-orang pilihan yang dipilih masyarakat secara demokratis. Anggota BPD memiliki beberapa syarat untuk bisa dipilih yang mana dengan syarat –syarat itu mereka diharapkan bisa menjalankan tugas sebagai wakil masyarakat Desa. Oleh karena itu, kedudukan BPD mitra kerja yang setara dengan Kepala Desa agar bisa melaksanakan tugasnya dengan baik dan efektif.

Demikian juga ahl al-h{all wa al-‘aqdi harus bekerjasama dengan khalifah atau kepala negara. Ahl al-h}all wa al-‘aqd adalah lembaga perwakilan yang menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat. Salah satu tugas mereka adalah menetapkan dan mengangkat kepala negara sebagai

83

pemimpin pemerintahan bagi rakyat. Menurut Al-Mawardi ahl al-h}all wa al-‘aqd adalah ahl al-ikhtiya}r, yakni orang-orang dipercaya untuk mewakili rakyat dalam memilih, karena mereka yang dipercaya untuk memilih khalifah. ahl al-h}all wa al-‘aqd adalah sekelompok anggota masyarakat yang mewakili umat (rakyat) untuk menentukan dan menetapkam arah dan kebijaksanaan pemerintahan demi tercapainya kemaslahatan hidup mereka.

Kedudukan anggota majelis ahl al-h}all wa al-‘aqd setingkat dengan pemerintah. Khalifah sendiri bertindak langsung menjadi ketua lembaga tersebut. Majelis ini melakukan musyawarah dalam masalah hukum dan membantu khalifah melaksanakan pemerintahan negara.

Lembaga ahl al-h}all wa al-‘aqd mempunyai peran yang amat penting bagi roda pemerintahan Islam pada masa awal.

Ada beberapa alasan mengenai signifikansi lembaga ahl al-h}all wa al-‘aqd. Di antaranya adalah yaitu:

1) Rakyat secara keseluruhan tidak mungkin dilibatkan untuk dimintai pendapatnya tentang undang-undang atau aturan bersama, sehingga harus ada beberapa anggota masyarakat yang mewakili masyarakat secara umum yang bisa diajak musyawarah dalam menentukan kebijaksanaan pemerintahan dan pembentukan undang-undang.

2) Rakyat secara individual tidak mungkin dikumpulkan untuk melakukan musyawarah di suatu tempat, sebab membutuhkan ruang yang sangat luas.

84

Musyawarah tidak akan menghasilkan aturan yang bagus dan bijak karena di antara mereka pasti ada yang tidak mempunyai pandangan yang tajam dan tidak mampu mengemukakan pendapat dalam musyawarah sehingga musyawarah berjalan dalam tempo lama dan berjalan alot.

3) Kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar hanya bisa dilakukan apabila ada lembaga yang berperan menjaga kemaslahatan antara pemerintah dan rakyat;

4) Kewajiban taat kepada ulu al-amr (pemimpin pemerintahan umat) baru ada apabila pemimpin itu dipilih oleh lembaga musyawarah.

Mekanisme pemilihan anggota ahl al-h{all wa al-‘aqd dilakukan melalui beberapa cara:

1) Pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala. Dalam pemilu ini, anggota masyarakat yang sudah memenuhi persyaratan memilih anggota ahl al-h{all wa al-‘aqd sesuai dengan pilihanya;

2) Pemilihan anggota ahl al-h{all wa al-‘aqd melalui seleksi dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dapat melihat orang-orang yang terpandang dan mempunyai integritas pribadi serta memiliki perhatian yang besar untuk kepentingan umat. Meraka yang kemudian dipilih untuk menjadi anggota ahl al-h{all wa al’aqd;

3) Anggota ahl al-h{all wa al-‘aqd langsung diangkat oleh kepala negara

85

Dengan kata lain, ahl al-h}alli wa al-‘aqdi bisa dipandang sebagai dewan pemilih dalam pemerintahan Islam yang harus memiliki syarat-syarat tertentu yaitu:

1) Adil dengan segala syarat-syaratnya.

2) Ilmu yang mampu membuatnya mampu mengetahui siapa yang berhak menjadi imam (khalifah) sesuai dengan kriteria-kriteria yang legal.

3) Wawasan dan sikap bijaksana yang membuatnya mampu memilih siapa yang paling tepat menjadi imam (khalifah) dan paling efektif serta paling ahli dalam mengelola semua kepentingan.

Pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa Wanar berikutnya adalah pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Pengawasan terhadap APBDes tersebut dapat dilihat dalam laporan pertanggungjawaban Kepala Desa setiap akhir tahun anggaran. Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan oleh BPD Wanar adalah:

a. memantau semua pengeluaran dan pemasukan kas desa.

b. memantau secara rutin tentang dana swadaya yang digunakan untuk pembangunan desa.

Pengawasan yang dilakukan oleh BPD Wanar telah dilaksanakan dengan baik sehingga dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan terhadap APBDes. Namun, pengawasan terhadap anggaran tetap dibutuhkan

86

untuk ditingkatkan melalui kerjasama antara BPD dengan pihak Kepolisian maupun Kejaksaan serta melibatkan juga warga masyarakat desa Wanar.

Jika telah terjadi penyelewengan anggaran pendapatan dan belanja desa, maka BPD Wanar akan memberikan teguran pertama kali secara kekeluargaan, dan selanjutnya akan diklarifikasi dalam rapat yang dipimpin oleh Ketua BPD Wanar. Namun, jika terdapat suatu persoalan yang rumit dan sulit untuk dipecahkan, maka BPD Wanar akan melaporkannya kepada Camat dan Bupati Lamongan untuk segera ditindaklanjuti.

Secara umum, beberapa fungsi BPD dalam menjalankan fungsinya dapat dirumuskan sebagai berikut ; merumuskan peraturan Desa (PerDes) yang dibutuhkan desa berdasarkan aspirasi yang berkembang di masyarakat desa (legislating function) yang nantinya akan disahkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa, bersama dengan kepala Desa membuat anggaran penerimaan dan pengeluaran desa (budgetting function) dan melakukan pengawasan terhadap eksekutif desa Kepala Desa (beserta perangkatnya) dalam melaksanakan pemerintahan desa sehari hari (controlling function).

Pengawasan BPD terhadap kinerja pemerintahan desa bisa dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut ;

e. Pengawasan terhadap semua tindakan yang dilakukan aparat pemerintahan desa serta semua aspirasi yang sudah disampaikan

f. Jika terjadi penyelewengan, BPD bisa memberikan teguran secara kekeluargaan,

87

g. BPD akan mengklarifikasi temuan itu dalam rapat desa yang dipimpin ketua BPD dalam suatu musrenbang Desa.

h. Jika terjadi hal yang sulit dipecahkan, maka BPD akan memberikan sanksi sesuai peraturan yang ada, seperti melaporkan kepada camat atau bupati untuk ditindaklanjuti.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan desa untuk menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) tahun anggaran yang direncanakan. Musrenbang Desa dilakukan setiap bulan Januari dengan mengacu kepada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa).

Setiap desa diamanatkan untuk menyusun dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen Rencana tahunan yaitu RKP Desa. Dalam forum musrenbang Desa, BPD, dalam hal ini ketuanya, memegang peran sangat penting untuk mengarahkan jalannya musyawarah.

Adapun Tujuan musrenbang desa adalah :

a. Menyepakati prioritas kebutuhan/ masalah dan kegiatan desa yang akan menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa.

b. Menyepakati tim delegasi desa yang akan memaparkan persoalan yang ada di desanya pada forum Musrenbang kecamatan untuk penyusunan Program Pemerintah daerah/ SKPD tahun berikutnya.

Fungsi BPD dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan desa bisa dianalogikan dengan fungsi pengawasan yang dilakukan lembaga

88

wila@yah al-h{isbah terhadap masyarakat Islam. Pengawasan pada hakikatnya adalah suatu tindakan menilai apakah suatu kegiatan atau acara telah berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan. Dengan pengawasan akan ditemukan kesalahan-kesalahan yang akan dapat diperbaiki dan yang terpenting jangan sampai kesalahan yang sama terulang lagi. Mengenai pengawasan dalam syariat Islam terdapat teori yang terkait yaitu wila@yah al-H}isbah. Sebagai konsep pengawasan yang bernafaskan Islam, wila@yah al-h{isbah muncul seiring dengan perkembangan Islam. BPD dan Al-h}isbah sama-sama merupakan lembaga pemerintahan. Karena kedudukan BPR sebagai mitra kerja Kepala Desa. Orang yang pertama kali menekankan peran al-h}isbah adalah Rasulullah SAW.

Rasulullah senantiasa berkeliling di Pasar Madinah untuk mengawasi kegiatan para pelaku pasar. Seorang al-muh{tasib (petugas al-h}isbah) bertugas menyelesaikan persoalan publik dan tindak pidana yang membutuhkan putusan secara cepat. Al-muh{tasib bertugas memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar), menjaga adab, menjaga terlaksananya hukum-hukum syara’, dan mengawasi berlaku tidaknya Undang-Undang umum dan adab kekusilaan yang tidak boleh dilanggar siapapun. BPD juga melakukan hal sama, terutama menjaga terlaksananya peraturan-peraturan Desa oleh pemerintahan desa dan menjaga jangan sampai terjadi penyimpangan dalam penggunaan anggaran dana Desa.. Meski pun BPD tidak memiliki hak menghukum sebagaimana al-Mu{htasib, namun BPD dapat meminta klarifikasi adanya penyimpagan yang dilakukan kepala Desa dalam suatu Musrenbang Desa atau bisa melaporkan penyimpangan tersebut kepada Camat atau Bupati.

89

Penjabaran dari tanggung jawab pelaksanaan tugas al-muh{tasib tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pertama, tanggung jawab yang berkaitan dengan hak-hak Allah, yaitu pengawasan terhadap masyarakat dan memfasilitasi aktivitas keagamaan mereka seperti memerintahkan salat dan pemeliharaan masjid. Kedua, tanggung jawab yang berkaitan dengan hak-hak manusia yaitu menaruh perhatian besar terhadap implementasi prinsip keadilan dalam masyarakat seperti pengawasan terhadap akurasi timbangan dan takaran, serta inspeksi harga dan barang di pasar. Ketiga, tanggung jawab yang berkaitan dengan hak-hak Allah dan manusia yaitu pengawasan terhadap administrasi dan pelayanan umum, misal tindakan preventif terhadap berbagai fasilitas umum agar tetap terpelihara dengan baik. BPD dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan Desa yang berisi penegakan prinsip keadilan dan prinsip kesejahteraan masyarakat desa serta menghindarkan masyarakat dari segala kezaliman.

A.2. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tugas dan Fungsi

Dokumen terkait