• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODOLOGI

4.4 Analisis Data

4.4.1 Analisis Fungsi Produksi

Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pendederan ikan lele dumbo dengan penggunaan faktor-faktor produksinya. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb- Douglas adalah sebagai berikut :

Y =aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6X7b7eu...(8)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut sebaiknya diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :

LnY = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6

+ b7 ln X7...(9)

dimana :

Y =produksi ikan lele dumbo (ekor per m2)

X1 = benih ikan lele dumbo (ekor per m2)

X2 = Kapur (kg per m2)

X3= Pupuk (kg per m2)

X4 = Pakan (kg per m2)

X5 = TK1 (jam kerja per m2) X6 = TK2 (jam kerja per m2)

X7 = TK3 (jam kerja per m2)

Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut :

1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor produksi (Xi) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel

tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)

thitung= (bi-0)/Sbi

Dimana : Sbi = standard error dari b

bi = koefisien regresi

- jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya Xi tidak berpengaruh nyata

terhadap Y.

- jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya Xiberpengaruh nyata terhadap Y.

2) Uji statistik F, digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi (Xi) secara

bersama terhadap output (Y). Hipotesis yang diuji adalah : H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : bi≠ 0 (ada pengaruh)

Fhitung = (JKR / (k-1)) ………...…….. ..(10)

(JKD / (n-k))

dimana :

JKR = jumlah kuadrat regresi

JKD = jumlah kuadrat residual

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel

- jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, artinya faktor produksi secara simultan tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi.

- jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya faktor produksi secara simultan

berpengaruh nyata terhadap produksi.

Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang

digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi.

Menurut Santoso (2000), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi dimana nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas ini.

Menurut Santoso (2000), multikolinearitas adalah problem dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Beberapa cara untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi.

Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi di sekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso 2000). Bila asumsi ini tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas adalah problem yang terjadi pada model regresi apabila terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas

dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantaranya adalah dengan :

a) Menggunakan weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas).

b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan heteroskedastisitas.

Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso 2000).

Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing,

constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan (8) maka :

1< b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7 < 1 ... .(11)

a) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7<1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing

return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambah, maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input.

b) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7 = 1, maka usaha berada dalam kondisi constant

return to scale dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan.

c) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7> 1, maka usaha berada dalam kondisi increasing

return to scale. Artinya proporsi penambahan output akan lebih besar dari proporsi penambahan input.

Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu :

Π = TR –TC atau Π = Py.Y – Pxi.Xi ...(12)

Keuntungan maksimum pada usaha pendederan lele dumbo ini dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu :

Π = Py.Y –Pxi.Xi 0 1 = ∂ ∏ ∂ X Py (dy/dxi) = Pxi Py.PMxi = Pxi NPMxi = Pxi NPMxi = 1 ...(13) Pxi 4.4.2 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanamkan uangnya dalam proyek mau pun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek.

Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan mau pun orang-orang yang terlibat di dalam proyek.

1) Analisis usaha

Analisis usaha merupakan bagian dari analisis finansial yang digunakan untuk menghitung besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Analisis usaha ini terdiri atas analisis keuntungan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya ( R/C ), analisis payback period(PP), dan analisis

break event point (BEP).

a) Analisis Keuntungan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output

yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Π = Y.Py –

= n i 0 Xi .Pxi…...…....(14) dimana :

Π = Keuntungan (Rp per tahun)

Y = Total produksi (ekor per tahun)

Xi= Jumlah input i yang digunakan (unit)

Py = Harga per satuan output (Rp)

Pxi= Harga per satuan input i (Rp)

Py. Y = Penerimaan total (Rp)

Px .

Σ

Xi = Biaya total (Rp)

b) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut

(Soekartawi 1995) : / ...(15) TC TR C R =

dimana :

TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp)

TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha :

R/C > 1, usaha menguntungkan

R/C = 1, Usaha impas

R/C < 1, Usaha rugi c) Payback Period (PP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan S 1998). Metode payback period secara matematis dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Payback period = Investasi x 1 tahun ………...……....(16) Net Benefit

d) Analisis Break Event Point (BEP)

Break event point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi break event point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan S 1998). Selain itu BEP

dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis berikut :

BEP ( Nilai Produksi ) = Biaya Tetap .

1 – Biaya Variabel / Penerimaan ……....……..(17)

BEP ( Volume Produksi ) = TFC .

Py – AVC …………... ………....(18)

dimana :

TFC = biaya tetap total (Rp)

AVC = biaya variabel rata-rata (Rp per kg)

2) Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi penting dilakukan untuk mengetahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi diantaranya adalah :

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dengan present value pengeluaran (Husnan S 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dengan rumus :

NPV =

= = + − 10 0 (1 ) t t t t t i C B ………...……….. ……...(19)

Dengan kriteria usaha sebagai berikut : - NPV < 0, usaha tidak layak

- NPV = 0, Usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)

- NPV > 0, Usaha layak untuk dijalankan karena akan menghasilkan keuntungan. dimana :

- Bt : Manfaat unit usaha pada tahun t (Rp)

- Ct : Biaya usaha pada tahun ke t (Rp)

- i : Discount rate (%) - t : Umur proyek (10 tahun) b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976).

Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus :

……….( Bt - Ct ) > 0 ………. ...(20) ……….( Bt - Ct ) < 0

= = = =

+

+

=

10 0 10 0

)

1

(

)

1

(

/

t t t t t t t t t t

i

B

C

i

C

B

C

B

Net

Dengan kriteria usaha :

- Net B/C < 1, berarti usaha tersebut sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak dan lebih baik mencari alternatif usaha lain yang lebih

menguntungkan.

- Net B/C > 1, berarti usaha tersebut akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan.

dimana :

- Bt : Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

- Ct: Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

- t : Umur proyek (10 tahun) - i : Discount rate (%)

c) Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976). Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus :

IRR = i’ + NPV’ ( i’’ – i’ ) ………...…...(21) NPV’ – NPV”

Dengan kriteria usaha :

- IRR i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan.

- IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan. dimana :

- i’ = discount rate yang menghasilkan NPV+(%) - i” = discount rate yang menghasilkan NPV- (%) -NPV’ = NPV pada tingkat bunga i’ (Rp)

-NPV” = NPV pada tingkat bunga i” (Rp)

4.4.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha

pendederan ikan lele dumbo, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga benih. Benih merupakan faktor produksi utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan

salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitif sampai dengan usaha tidak layak untuk dijalankan.

Dokumen terkait