• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI PENGGUNAAN

INPUT

DAN ANALISIS FINANSIAL

PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI

KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

ADY ERIADY WIBAWA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

ABSTRAK

ADY ERIADY WIBAWA (C 44104039). Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI

Usaha pendederan ikan lele dumbo banyak dipilih oleh pembudidaya di Kecamatan Ciseeng, karena tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah serta waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendederan ini relatif singkat bila dibandingkan dengan kegiatan pembesaran. Waktu pemeliharaan yang singkat membuat modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan perputaran uang juga berlangsung cepat. Di sisi lain, walau pun kegiatan pendederan ikan lele dumbo ini relatif mudah, tetapi tetap melibatkan penggunaan beberapa faktor produksi.

Hasil dari analisis fungsi produksi ini ialah perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan input

agar output yang dihasilkan optimal. Efisiensi penggunaan input dapat dilakukan karena kondisi usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini masih berada pada kondisi Increasing Return to Scale. Pada kondisi optimal, efisiensi penggunaan input dilakukan terhadap benih, kapur, pakan, TK2, dan TK3. Pada kondisi optimal ini, jumlah benih yang digunakan sebesar 170 ekor per m2 dengan jumlah output yang dapat dihasilkan sebesar 124 ekor benih per m2. Tambahan modal yang dibutuhkan agar kondisi usaha optimal sebesar Rp22.462,06 per m2. Pada analisis usaha diperoleh keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp70.871,17 per m2. Hasil dari analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan berdasarkan skenario ketiga (lahan sewa dan pinjaman bank)

memberikan manfaat terbesar dengan nilai NPV sebesar Rp1.174.981.305,75, nilai Net B/C sebesar 34,23, dan IRR sebesar 603,00%. Analisis sensitivitas dengan menaikkan harga benih, menunjukkan bahwa pada skenario kedua (lahan sewa dan modal sendiri) dan skenario ketiga (lahan sewa dan pinjaman bank) memiliki sensitivitas yang sama terhadap kenaikkan harga benih sebesar 167,41%. Dari hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng layak untuk dilaksanakan.

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, 30 Januari 2008

(4)

© Hak cipta milik Ady Eriady Wibawa, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,

(5)

EFISIENSI PENGGUNAAN

INPUT

DAN ANALISIS FINANSIAL

PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI

KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ADY ERIADY WIBAWA C44104039

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(6)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor.

Nama Mahasiswa : Ady Eriady Wibawa Nomor Pokok : C44104039

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan – Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. NIP : 131.578.826

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP : 131.578.799

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul

Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor” ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga (papa, mama, teh Nia, A Edwin, dan Anna), para responden pembudidaya lele dumbo di Kecamatan Ciseeng, serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis baik secara moril mau pun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ady Eriady Wibawa. Penulis lahir di Bogor pada tanggal 22 Januari 1986 dari pasangan Bapak Drs. Asep Sutisna, MM dan Ibu Tarmi Imiyati, S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dengan kakak yang bernama Garsinia Lestari, SP dan adik yang bernama Anna Reza.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi HIMASEPA (tahun 2006).

Penulis melakukan penelitian dengan judul ”Efisiensi Penggunaan Input

dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan

(9)

DAFTAR ISI

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian...4

1.3.1Tujuan Penelitian...4

1.3.2Kegunaan Penelitian...5

II. TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1Deskripsi Ikan Lele Dumbo...6

2.2Pendederan Ikan Lele Dumbo...7

2.3Fungsi Produksi...9

2.4Efisiensi Penggunaan Input...11

2.5Analisis Finansial...13

2.5.1Analisis Usaha...13

2.5.2Analisis Kriteria Investasi...14

2.5.3Analisis Sensitivitas...14

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI...16

IV. METODOLOGI...19

4.1Metode Penelitian...19

4.2Jenis dan Sumber Data...19

4.3Metode Pengambilan Sampel...20

4.6Lokasi dan Waktu Penelitian...31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………...32

5.1Kondisi Umum Daerah Penelitian………...…32

5.1.1Letak dan Kondisi Umum………...32

5.1.2Kependudukan………33

5.1.3Sarana dan Prasarana………..35

5.2Gambaran Umum Pembudidaya...37

5.2.1Karakteristik Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo………...…37

(10)

Halaman

5.3Usaha Pendederan Lele Dumbo………...38

5.3.1Kegiatan Budidaya………..38

5.3.2Faktor Produksi Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo………...43

5.4Analisis Pendugaan Fungsi Produksi………....…...45

5.5Analisis Efisiensi Penggunaan Input………...51

5.6Analisis Finansial...53

5.6.1Analisis Usaha...54

5.6.2Analisis Kriteria Investasi...57

5.6.3Analisis Sensitivitas...61

5.7 Implikasi Pengembangan...64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...65

6.1Kesimpulan...65

6.2 Saran...66

DAFTAR PUSTAKA……….67

(11)

EFISIENSI PENGGUNAAN

INPUT

DAN ANALISIS FINANSIAL

PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI

KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

ADY ERIADY WIBAWA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

ABSTRAK

ADY ERIADY WIBAWA (C 44104039). Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI

Usaha pendederan ikan lele dumbo banyak dipilih oleh pembudidaya di Kecamatan Ciseeng, karena tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah serta waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendederan ini relatif singkat bila dibandingkan dengan kegiatan pembesaran. Waktu pemeliharaan yang singkat membuat modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan perputaran uang juga berlangsung cepat. Di sisi lain, walau pun kegiatan pendederan ikan lele dumbo ini relatif mudah, tetapi tetap melibatkan penggunaan beberapa faktor produksi.

Hasil dari analisis fungsi produksi ini ialah perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan input

agar output yang dihasilkan optimal. Efisiensi penggunaan input dapat dilakukan karena kondisi usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini masih berada pada kondisi Increasing Return to Scale. Pada kondisi optimal, efisiensi penggunaan input dilakukan terhadap benih, kapur, pakan, TK2, dan TK3. Pada kondisi optimal ini, jumlah benih yang digunakan sebesar 170 ekor per m2 dengan jumlah output yang dapat dihasilkan sebesar 124 ekor benih per m2. Tambahan modal yang dibutuhkan agar kondisi usaha optimal sebesar Rp22.462,06 per m2. Pada analisis usaha diperoleh keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp70.871,17 per m2. Hasil dari analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan berdasarkan skenario ketiga (lahan sewa dan pinjaman bank)

memberikan manfaat terbesar dengan nilai NPV sebesar Rp1.174.981.305,75, nilai Net B/C sebesar 34,23, dan IRR sebesar 603,00%. Analisis sensitivitas dengan menaikkan harga benih, menunjukkan bahwa pada skenario kedua (lahan sewa dan modal sendiri) dan skenario ketiga (lahan sewa dan pinjaman bank) memiliki sensitivitas yang sama terhadap kenaikkan harga benih sebesar 167,41%. Dari hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng layak untuk dilaksanakan.

(13)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, 30 Januari 2008

(14)

© Hak cipta milik Ady Eriady Wibawa, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,

(15)

EFISIENSI PENGGUNAAN

INPUT

DAN ANALISIS FINANSIAL

PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI

KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ADY ERIADY WIBAWA C44104039

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(16)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor.

Nama Mahasiswa : Ady Eriady Wibawa Nomor Pokok : C44104039

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan – Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. NIP : 131.578.826

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP : 131.578.799

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul

Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor” ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga (papa, mama, teh Nia, A Edwin, dan Anna), para responden pembudidaya lele dumbo di Kecamatan Ciseeng, serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis baik secara moril mau pun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ady Eriady Wibawa. Penulis lahir di Bogor pada tanggal 22 Januari 1986 dari pasangan Bapak Drs. Asep Sutisna, MM dan Ibu Tarmi Imiyati, S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dengan kakak yang bernama Garsinia Lestari, SP dan adik yang bernama Anna Reza.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi HIMASEPA (tahun 2006).

Penulis melakukan penelitian dengan judul ”Efisiensi Penggunaan Input

dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan

(19)

DAFTAR ISI

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian...4

1.3.1Tujuan Penelitian...4

1.3.2Kegunaan Penelitian...5

II. TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1Deskripsi Ikan Lele Dumbo...6

2.2Pendederan Ikan Lele Dumbo...7

2.3Fungsi Produksi...9

2.4Efisiensi Penggunaan Input...11

2.5Analisis Finansial...13

2.5.1Analisis Usaha...13

2.5.2Analisis Kriteria Investasi...14

2.5.3Analisis Sensitivitas...14

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI...16

IV. METODOLOGI...19

4.1Metode Penelitian...19

4.2Jenis dan Sumber Data...19

4.3Metode Pengambilan Sampel...20

4.6Lokasi dan Waktu Penelitian...31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………...32

5.1Kondisi Umum Daerah Penelitian………...…32

5.1.1Letak dan Kondisi Umum………...32

5.1.2Kependudukan………33

5.1.3Sarana dan Prasarana………..35

5.2Gambaran Umum Pembudidaya...37

5.2.1Karakteristik Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo………...…37

(20)

Halaman

5.3Usaha Pendederan Lele Dumbo………...38

5.3.1Kegiatan Budidaya………..38

5.3.2Faktor Produksi Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo………...43

5.4Analisis Pendugaan Fungsi Produksi………....…...45

5.5Analisis Efisiensi Penggunaan Input………...51

5.6Analisis Finansial...53

5.6.1Analisis Usaha...54

5.6.2Analisis Kriteria Investasi...57

5.6.3Analisis Sensitivitas...61

5.7 Implikasi Pengembangan...64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...65

6.1Kesimpulan...65

6.2 Saran...66

DAFTAR PUSTAKA……….67

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor

Tahun 2005-2006...3 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Kelompok Umur,

Tahun 2006...33 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006...34 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Mata Pencaharian,

Tahun 2006...34 5. Prasarana Transportasi di Kecamatan Ciseeng Tahun 2006...35 6. Data Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid di Kecamatan Ciseeng

Tahun 2006...36 7. Rata-rata Input dan Output per Musim Tanam dari Usaha Pendederan

Lele Dumbo pada Kondisi Aktual di Kecamatan Ciseen Tahun 2007...44 8. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil

pada Usaha Pendederan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...45 9. Nilai VIF dan Nilai Toleransi untuk Setiap Variabel Input...48 10.Nilai NPM, Input dan Output yang Efisien, serta Nilai Rasio NPM

Kecamatan Ciseeng pada Luas Lahan 4.426,67m2 Tahun 2007...55 13.Kriteria Investasi pada Skenario 1 untuk Usaha pendederan Lele Dumbo

di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...58 14.Kriteria Investasi pada Skenario 2 untuk Usaha pendederan Lele Dumbo

(22)

Halaman 15.Kriteria Investasi pada Skenario 3 untuk Usaha pendederan Lele Dumbo

di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...60 16.Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 1 Setelah Terjadi

Kenaikan Harga Benih Sebesar 157,55%...62 17.Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 2 Setelah Terjadi

Kenaikan Harga Benih Sebesar 167,41%...63 18.Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 3 Setelah Terjadi

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)………...6 2. Kurva Keseimbangan Produsen...11 3. Skema Kerangka Pendekatan Studi...18

4. Proses Persiapan Kolam……….………...39

5. Kondisi Kolam sebelum Penebaran Benih………..…………..40 6. Kegiatan Pemeliharaan Kolam………..…………41

7. Proses Pemanenan……….………42

8. Kegiatan Penyortiran Benih………..…….42 9. Grafik NormalP-P Plot of Regression…………...……...………..…..47

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Kecamatan Ciseeng………70

2. Karakteristik Responden Pembudidaya……….71 3. Data Produksi, Faktor Produksi, Harga, dan Nilai Beli Produksi per

Musim Tanam pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan

Ciseeng Tahun 2007………….………..………...72 4. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil…………...74

5. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Statistical Product and Service

Solutions………75

6. Contoh Perhitungan Input Produksi Optimal………80

7. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo dalam Kondisi Aktual di Kecamatan Ciseeng dengan Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007……….……..…….82

8. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo dalam Kondisi Optimal di Kecamatan Ciseeng dengan Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007………..………...83

9. Perhitungan Rata-Rata Analisis Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo per Tahun secara Aktual di Kecamatan Ciseeng pada Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007...84

10. Perhitungan Rata-Rata Analisis Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo per Tahun secara Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007...85

11.Perhitungan Analisis Usaha pada Kondisi Aktual dan Optimal pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng dengan Luas Lahan 4.426,67m2 Tahun 2007...86

(25)

Halaman

13.Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi Optimal dengan Skenario 2 (Lahan Sewa) di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...88

14.Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi Optimal dengan Skenario 3 (Lahan Sewa dan Pinjaman Bank) di

Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...89

15.Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Skenario 1 dengan Asumsi Terjadi

Kenaikan Harga Benih 157,55%...90

16.Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Skenario 2 dengan Asumsi Terjadi

Kenaikan Harga Benih 167,41%...91

17.Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Skenario 3 dengan Asumsi Terjadi

(26)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dengan luas wilayah perairan 5,8 juta km2 dan bentang garis pantai sepanjang 95.181 km, Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia ditaksir mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun (70%). Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95 juta hektar. Potensi budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar, budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta hektar. Pemanfaatan potensi sumberdaya budidaya perikanan saat ini baru sekitar 10,1% untuk budidaya air tawar, 40% untuk budidaya air payau, dan 0,01% untuk budidaya laut. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru sekitar 1,6 juta ton per tahun (http://www.tribun-timur.com).

Selama ini kegiatan budidaya lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya skala kecil yang belum memiliki akses terhadap manajemen usaha, pasar, dan permodalan. Dalam rangka pemerataan pembangunan, sektor budidaya perikanan dapat dijadikan salah satu sektor penggerak perekonomian. Apabila dibandingkan dengan sektor perikanan tangkap yang penuh dengan ketidakpastian, sektor budidaya tampak lebih menjanjikan untuk dikembangkan. Dilihat dari penggunaan lahan, modal,

sumberdaya manusia mau pun manajemennya, usaha budidaya memungkinkan masyarakat melakukan usahannya dengan daya dukung yang terbatas.

(27)

bawah standar konsumsi ikan yang dipersyaratkan oleh organisasi pangan dunia (FAO) sebesar 30 kg per kapita per tahun (http://www.tribun-timur.com). Untuk terus meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat, pemerintah mencanangkan program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) dan pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan). Peningkatan konsumsi ini diharapkan dapat terus terjadi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan. Salah satu ikan konsumsi yang memiliki kandungan gizi tinggi ini adalah ikan lele dumbo.

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan lele dumbo banyak dipilih sebagai komoditas budidaya, karena memiliki tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah. Selain itu beberapa keunggulan lele dumbo sebagai komoditas budidaya diantaranya ikan ini dapat dipijahkan sepanjang tahun, memiliki fekunditas telur yang tinggi, dapat hidup pada kondisi air yang marjinal, dan memiliki efisiensi pakan yang tinggi.

Budidaya ikan lele dumbo biasa dilakukan di kolam air tenang dan mencakup dua kegiatan, yaitu pendederan dan pembesaran. Pendederan ialah kegiatan untuk memelihara benih ikan dengan ukuran tertentu yang akan digunakan pada kegiatan pembesaran. Dalam kegiatan pendederan, biasanya benih baru dipanen pada ukuran antara 3 cm sampai dengan 12 cm. Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi, yaitu lele dengan berat sekitar 100gr. Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan yang sangat tergantung pada pasokan benih yang dihasilkan pada kegiatan pendederan. Penelitian ini akan dibatasi hanya pada kegiatan pendederan, karena benih merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada

keberhasilan budidaya ikan lele dumbo ini.

(28)

Tabel 1. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2006

No Jenis Usaha 2005 2006

1 Budidaya perikanan air tawar (Ton) 7.593,00 23.020,50

2 Perairan umum (Ton) 187,00 120,50

3 Ikan hias (Ribuan ekor) 72.524,00 75.382,67

4 Pembenihan (Ribuan ekor) 703.098,00 708.594,00

Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor 2006

Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Bogor, salah satunya terdapat di Kecamatan Ciseeng. Di Kecamatan Ciseeng ini terdapat beragam

komoditas ikan yang dibudidayakan, mulai dari budidaya ikan hias hingga jenis ikan konsumsi. Untuk jenis ikan konsumsi, lele dumbo adalah komoditas yang banyak dibudidayakan. Di Kecamatan Ciseeng ini, kegiatan pendederan merupakan kegiatan yang banyak dipilih untuk budidaya komoditas lele dumbo. Kegiatan pendederan menjadi pilihan, karena tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah serta waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendederan ini relatif singkat bila dibandingkan dengan kegiatan pembesaran.

Waktu pemeliharaan kegiatan pendederan ikan lele dumbo yang singkat, membuat modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan perputaran uang juga berlangsung cepat. Di sisi lain, walau pun kegiatan pendederan ikan lele dumbo ini relatif mudah, tetapi tetap melibatkan penggunaan beberapa faktor produksi. Hal inilah yang membuat alokasi penggunaan input secara efisien sangat penting untuk memperoleh hasil yang optimal.

1.2 Perumusan Masalah

(29)

Permasalahan atau kendala yang sering dihadapi pembudidaya, yaitu adanya keterbatasan dalam penggunaan input (faktor produksi) yang disebabkan terbatasnya jumlah modal usaha yang dimiliki, pengelolaan yang masih sederhana, serta

keterampilan yang dimiliki pembudidaya masih rendah. Keterampilan yang masih rendah yang dimiliki pembudidaya, dapat dilihat dari masih minimnya pengetahuan para pembudidaya tentang hubungan antara alokasi input yang digunakan terhadap kuantitas serta kualitas dari output yang dihasilkan. Hal ini kemungkinan dapat membuat proses produksi yang dilakukan menjadi tidak efisien dan pada akhirnya membuat tingkat keuntungan yang diperoleh pembudidaya menjadi tidak maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana kondisi aktual usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

2) Bagaimana alokasi penggunaan input yang optimal agar tercapai tingkat keuntungan yang maksimal.

3) Bagaimana sesungguhnya kondisi finansial usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

4) Bagaimana prospek pengembangan usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui kegiatan usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

2) Mengetahui alokasi input yang optimal dalam usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

3) Mengetahui tingkat keuntungan dan kelayakan usaha dari kegiatan pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

(30)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1) Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2) Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo.

3) Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pembudidaya untuk pengembangan usaha.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Lele Dumbo

Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin H (1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidea Famili : Clariidae Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan lele dumbo atau disebut juga Lele Afrika merupakan jenis ikan lele yang berasal dari Kenya dan memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan jenis lele lokal. Beberapa keunggulan lele dumbo bila dibandingkan dengan lele lokal menurut Prihartono E; J Rasidik; dan U Arie (2002) diantaranya adalah :

1) Lele dumbo dapat tumbuh lebih cepat , pada umur 24 minggu lele dumbo dapat mencapai berat 180-200 gr, sedangkan lele lokal hanya 40-50 gr.

2) Lele dumbo dapat mencapai ukuran lebih besar, lele lokal biasanya hanya

mencapai berat sekitar 300 gr, sedangkan lele dumbo dapat mencapai berat 2-3 kg 3) Lele dumbo lebih banyak kandungan telur, satu induk betina lele dumbo dapat

(32)

4) Pakan tambahan bermacam-macam, lele dumbo dapat diberi pakan tambahan seperti kotoran ayam dan bangkai, sedangkan lele lokal tidak suka.

Secara fisik lele dumbo tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan lele lokal. Beberapa ciri lele dumbo diantaranya bagian badan bulat tinggi dan memipih ke arah ekornya, tidak bersisik, badannya mengeluarkan lendir, bentuk kepala gepeng dan simetris, memiliki patil yang tidak beracun, mulutnya lebar tidak bergigi serta memiliki sepasang sungut mandibular dan sepasang sungut maksilar. Perbedaan lele dumbo bila dibandingkan dengan lele lokal selain ukuran tubuhnya yang lebih besar ialah warna kulit lele dumbo berwarna keunguan dengan bintik besar yang

menyerupai corak loreng-loreng pada baju tentara. Selain itu gerakan lele dumbo lebih lincah bila dibandingkan dengan lele lokal (Prihartono E; J Rasidik; dan U Arie 2002)

Menurut Hernowo A dan R Suyanto (2003), salah satu sifat lele dumbo adalah suka meloncat ke darat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele merupakan hewan yang aktivitas hidupnya dilakukan pada malam hari atau biasa disebut hewan nokturnal. Sifat ini akan lebih tampak pada saat lele dumbo mencari makan, itulah sebabnya lele dumbo akan lebih suka berada di tempat yang gelap dibandingkan dengan berada di tempat yang terang. Sifat lain dari lele dumbo ialah memilki kebiasaan mencari makan di dasar perairan (bottom feeder) yang

menyebabkan air kolam tampak keruh.

Ditinjau dari jenis makanannya, pakan alami lele adalah binatang renik yang hidup di dasar mau pun di dalam air seperti cacing, jentik-jentik nyamuk, larva serangga, anak-anak siput, dan kutu air. Lele juga dapat bersifat kanibal, yaitu memakan sesama ikan yang ukurannya lebih kecil bila kekurangan pakan (Hernowo A dan R Suyanto 2003).

2.2 Pendederan Ikan Lele Dumbo

(33)

pendederan ini benih yang digunakan biasanya merupakan benih hasil pemijahan dengan penyuntikan hormon. Hormon yang digunakan untuk pemijahan ini dapat berasal dari kelenjar hipofisa maupun hormon sintetis. Persyaratan agar penyuntikan hormon dapat efektif ialah induk lele harus sudah mengandung telur yang siap untuk dipijahkan (matang telur). Setelah disuntikkan, induk lele siap untuk dipijahkan baik secara alami mau pun melalui pengurutan (Hernowo A dan R Suyanto 2003).

Untuk kegiatan pendederan ini benih yang digunakan sebaiknya memiliki ukuran yang seragam. Keseragaman ukuran ini penting, karena perbedaan ukuran benih yang terlalu besar dapat mengakibatkan timbulnya kanibalisme diantara benih. Sifat kanibalisme ini muncul apabila benih lele kekurangan makanan akibat dari keterlambatan pemberian pakan (Prihartono E; J Rasidik; dan U Arie 2002).

Untuk kolam pedederan, ukuran kolam pendederan dapat diatur sesuai

kebutuhan pembudidaya. Biasanya konstruksi tanggul dasar kolam untuk pendederan ini terbuat dari tanah. Sebelum digunakan untuk kegiatan pendederan, kolam

dikeringkan terlebih dahulu, bocoran-bocoran yang ada ditutup, dan hama yang mungkin ada diberantas. Tanah dasar kolam diberi kapur terlebih dahulu dengan dosis 1 kg per 100m2 untuk membunuh bibit penyakit yang ada dan memperbaiki struktur tanah. Setelah dibiarkan 2-3 hari, tanah dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 50 kg per 100m2. Satu kali pemupukan awal ini cukup untuk pemeliharaan selama satu bulan (Hernowo A dan R Suyanto 2003).

Menurut Hernowo A dan R Suyanto (2003), kegiatan pendederan ikan lele dumbo dapat dibagi kedalam 3 tahap sesuai ukuran benih, yaitu :

1) Pendederan benih tahap I

Pada kegiatan ini, benih yang ditebarkan masih amat kecil, yaitu umur 2 minggu sejak menetas. Kepadatan penebaran dapat mencapai 50 ekor per m2. Lama pendederan umumnya 1 bulan dan akan dihasilkan benih lele ukuran 5-6 cm. 2) Pendederan benih tahap II

(34)

berukuran 5-8 cm dengan berat kira-kira 20 gr per ekor. Benih dengan ukuran ini disebut ”gelondongan sedang”.

3) Pendederan benih tahap III

Benih yang ditebarkan berukuran 5-8 cm dengan waktu pemeliharaan selama 1 bulan. Hasil yang diperoleh pada tahap ini adalah benih dengan berat 40-50 gr per ekor dengan panjang 10-12 cm. Benih yang sudah besar ini disebut ”gelondongan besar”.

2.3 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (1994) adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa

input. Secara matematis hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3,..., Xn ) ...(1)

Berdasarkan persamaan (1), maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi tergantung dari peranan X1 sampai dengan Xn. Selain itu dengan persamaan (1), maka hubungan antara Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1....Xn dan X lainnya juga dapat diketahui. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah fungsi produksi yang paling banyak digunakan.

Menurut Soekartawi (1994) beberapa alasan mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas lebih banyak digunakan dalam penelitian, yaitu :

1) Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan fungsi produksi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear.

2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menentukan besaran elastisitas.

(35)

Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut :

Y =aX1b1X2b2X3b3...Xnbneu...(2) dimana :

Y = jumlah output yang dihasilkan / variabel yang dijelaskan

Xi = jumlah input ke i yang digunakan / variabel yang menjelaskan

a = intercept b = slope

e = 2,7182 (bilangan natural)

u = kesalahan (disturbance term)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan (2), dapat dilakukan

dengan merubah persamaan tersebut menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut, sehingga bentuk persamaannya menjadi :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + ……+ bn ln Xn + u ... (3)

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk

fungsinya menjadi fungsi linear, karena itulah ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi (Soekartawi 1994) yaitu :

1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah

suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap

pengamatan (non- neutral difference in the respective technologies). Ini artinya

apabila fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu

pengamatan dan bila memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model

tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model

tersebut.

3) Tiap variabel X adalah perfect competition.

4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim sudah tercakup pada faktor

(36)

2.4 Efisiensi Penggunaan Input

Menurut Soekartawi (1994), efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari

berbagai input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini

efisiensi merupakan salah satu syarat terciptanya optimalisasi. Optimalisasi dapat

diartikan sebagai tingkat output maksimal yang dapat dihasilkan dengan sejumlah

biaya tertentu atau jumlah dana minimal untuk menghasilkan sejumlah output

tertentu.

Efisiensi menurut terminologi ekonomi mengandung dua unsur yaitu efisiensi

teknis dan efisiensi ekonomis. Suatu alokasi faktor produksi dikatakan efisien secara

teknis jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi rata-rata yang

maksimum. Efisiensi ekonomis adalah tingkat pemakaian faktor produksi yang

menghasilkan keuntungan maksimum (Sugiarto; T Herlambang; Brastoro; R Sudjana;

dan S Kelana 2005).

A

Sumber : Sugiarto at al 2005

Gambar 2. Kurva Keseimbangan Produsen

Kondisi produksi yang optimal sebagai dampak dari efisiensi penggunaan input

dapat digambarkan melalui kurva keseimbangan produsen. Dalam kurva

keseimbangan produsen ini, efisiensi tercapai pada kombinasi input dimana slope dari X1

X2

isoquant X1

X2

(37)

isoquant sama dengan slope dari isocost (Titik A, Gambar 2). Isoquant adalah kurva

yang menunjukkan kombinasi pemakaian input yang berbeda tetapi dapat

menghasilkan jumlah output yang sama, sedangkan isocost menunjukkan jumlah

dana yang tersedia untuk membeli berbagai kombinasi input (Sugiarto; T

Herlambang; Brastoro; R Sudjana; dan S Kelana 2005).

Model pengukuran efisiensi berbeda-beda tergantung dari model yang

digunakan. Pada umumnya ada dua model yang biasa digunakan yaitu :

1) Model fungsi produksi

2) Model linear programming

Apabila model fungsi produksi yang dipakai, maka kondisi efisiensi ekonomis

yang sering digunakan sebagai patokan. Persamaan fungsi produksi dengan model

fungsi produksi Cobb-Douglas, dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 1994):

Y =aX1b1X2b2X3b3...Xnbn...(4)

dengan produk marjinal sebagai berikut :

δY = b ………...…………...…….……….. (5) δX

Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut koefisien regresi

yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian nilai produk

marjinal (NPM ) faktor produksi x, dapat dituliskan sebagai berikut :

NPM = b.Y.Py ………...………...…... (6)

X

dimana :

b = elastisitas produksi

Y = produksi

Py = harga produksi

X = jumlah faktor produksi x

(38)

Untuk menghitung alokasi penggunaan input pada kondisi yang optimal,

efisiensi akan tercapai apabila rasio nilai produk marjinal (NPM) untuk suatu input

dan harga input (P) sama dengan satu, atau dapat dituliskan sebagai berikut :

NPMx = 1...(7)

Px

Berdasarkan kenyataan dimana NPMx tidak selalu sama dengan Px, maka dapat

diambil kesimpulan :

NPMx > 1 ; artinya alokasi input yang dilakukan belum efisien, sehingga

Px perlu dilakukan penambahan input

NPMx < 1 ; artinya alokasi input yang dilakukan tidak efisien, sehingga

Px perlu dilakukan pengurangan input yang digunakan.

2.5 Analisis Finansial

Analisis finansial menurut Kadariah; L Karlina; dan C Gray (1976) ialah suatu

usaha yang dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu proyek melalui

pengujian. Analisis finansial pada dasarnya menyangkut perbandingan antara

pengeluaran uang dengan penerimaan dari pada proyek. Pada dasarnya analisis

finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dilihat dari sudut pandang

badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya atau yang berkepentingan

langsung pada suatu kegiatan proyek. Analisis finansial dapat dilakukan melalui

analisis usaha dan analisis kriteria investasi.

2.5.1 Analisis Usaha

Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan

dalam suatu kesatuan. Kegiatan usaha dilakukan dengan menggunakan

sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki baik sebagian mau pun seluruhnya yang dikorbankan dari

penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat di masa depan (Gittinger JP

1986).

Ada beberapa bentuk penyajian analisis usaha yang biasa dipakai untuk

(39)

usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis payback period, dan analisis

break event point (Ariyoto K 1995). Analisis keuntungan usaha adalah selisih antara

penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam rupiah, sementara analisis

perimbangan dan biaya adalah tingkat perbandingan antara penerimaan total dengan

biayanya rata-rata per musim tanam. Payback period adalah lamannya waktu yang

diperlukan untuk menutupi investasi, sementara break event point adalah titik impas

dari kegiatan usaha (Ariyoto K 1995).

2.5.2 Analisis Kriteria Investasi

Investasi adalah penggunaan dana (uang) dengan maksud memperoleh

penghasilan dengan memperhitungkan faktor risiko (Husnan S 1998). Analisis

kriteria investasi dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak atau

tidak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar

manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Dalam hal ini yang dimaksud

dengan hasil (benefit) adalah apa yang diperoleh pengusaha sebagai balas jasa atas

modal yang digunakannya.

Menurut Kadariah; L Karlina; dan C Gray (1976), Indikator yang biasa

digunakan untuk membandingkan manfaat dan biaya pada usaha adalah Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C ), dan Internal Rate of Return (IRR).

NPV adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa

mendatang, merupakan selisih nilai kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya. Net

B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan

diperoleh yang bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. IRR

adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol.

2.5.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis apa

yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi

(40)

analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil

analisis (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976).

Analisis sensitivitas akan menunjukkan apa yang terjadi dengan hasil kegiatan

usaha jika terjadi kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan

biaya dan pendapatan. Hal ini penting dilakukan karena analisis proyek didasarkan

pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang

(41)

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo merupakan jenis usaha budidaya

yang banyak dilakukan di Kabupaten Bogor, dan Kecamatan Ciseeng merupakan

salah satu sentra produksi untuk komoditas ikan lele dumbo. Salah satu prinsip dari

usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo ini adalah efisiensi, dan salah satu cara

mencapainya dengan melakukan alokasi input secara optimal. Dalam usaha

pendederan ikan lele dumbo ini terdapat dua faktor yang mempengaruhi jalannya

usaha yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor

yang dapat dikendalikan yang terdiri atas input tetap dan input variabel. Input tetap

diantaranya berupa modal dan keterampilan, sedangkan input variabel diantaranya

benih dan pakan. Sementara itu faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari

luar yang tidak dapat dikendalikan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam usaha

pendederan ikan lele dumbo ini diantaranya iklim dan suhu.

Dalam penelitian ini faktor yang akan dikaji adalah faktor internal yang tediri

atas input tetap dan input variabel. Untuk menghasilkan tingkat produksi yang

optimal, diperlukan pemanfaatan input secara optimal melalui alokasi yang tepat.

Alokasi penggunaan input secara tepat sangat erat kaitannya dengan prinsip efisiensi.

Efisiensi dalam pemakaian input dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input

secara optimal untuk menghasilkan output yang akan memberikan keuntungan

maksimal. Analisis optimalisasi dan efisiensi dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas.

Analisis finansial ialah suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui kondisi

usaha dan tingkat kelayakannya ditinjau dari aspek keuangan. Analisis finansial

terdiri atas analisis usaha dan analisis kriteria investasi.

Analisis usaha ialah analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah usaha

budidaya pendederan ikan lele dumbo yang dilakukan dapat memberikan keuntungan

dalam jangka pendek. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis keuntungan

usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis payback period (PP), dan

(42)

menguntungkan, maka perlu dilakukan analisis lanjutan, yaitu analisis kriteria

investasi. Analisis kriteria investasi yang dilakukan meliputi penghitungan nilai Net

Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return

(IRR). Analisis kriteria investasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah usaha

yang dijalankan layak atau tidak. Selain itu perlu juga dilakukan uji sensitivitas untuk

mengetahui pengaruh perubahan variabel input terhadap kondisi usaha. Apabila hasil

perhitungan analisis finansial dan uji sensitivitas tidak layak dijalankan, maka harus

diadakan evaluasi terhadap kegiatan usaha. Sebaliknya apabila hasil perhitungan

analisis finansial dan uji sensitivitas menunjukkan bahwa usaha budidaya pendederan

ikan lele dumbo ini masih layak untuk dijalankan, maka pengembangan usaha sangat

layak untuk dilakukan. Skema kerangka pendekatan studi untuk penelitian ini dapat

(43)

Gambar 3. Skema Kerangka Pendekatan Studi Budidaya ikan lele dumbo

Pendederan

Penggunaan faktor produksi

Efisiensi penggunaan

input : -Luas kolam -Padat penebaran -TK

-Pakan

Evaluasi

Analisis usaha : -Keuntungan -R/C

-Payback Period - BEP

Untung

Analisis kriteria investasi : - NPV

- Net B/C

- IRR

Analisis sensitivitas

Layak Tidak

layak Rugi

Analisis optimalisasi: fungsi produksi

(44)

IV. METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai efisiensi penggunaan input

dan analisis finansial usaha pendederan ikan lele dumbo ini adalah studi kasus. Studi

kasus ialah penelitian tentang subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

spesifik dari keseluruhan personalitas (Nazir M 2003). Tujuan penelitian dengan studi

kasus adalah memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat,

dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis.

Menurut Soeratno dan L Arsyad (1999), metode penelitian dengan

menggunakan studi kasus, menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup

yang terbatas, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Studi kasus

digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, karena metode ini paling sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian. Satuan kasus yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pendederan ikan lele

dumbo secara monokultur.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data image.

Data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alphabet dan angka numerik,

sedangkan data image adalah data yang ditampilkan dalam bentuk foto, diagram dan

sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu

(Fauzi A 2001). Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan jenis data text

faktor produksi yang meliputi biaya produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi

yang dihasilkan. Data image yang digunakan berupa gambar dan foto.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan

data sekunder. Sumber data primer didapat melalui pengamatan secara langsung di

lapangan dari pembudidaya dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner. Data

(45)

output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan

penyusutan.

Data sekunder dalam penelitian ini diperlukan sebagai penunjang data primer

yang telah didapatkan. Data sekunder diperoleh melalui informasi dari instansi dan

lembaga terkait seperti Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Kantor

Kecamatan Ciseeng, dan literatur-literatur. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini diantaranya data monografi Kecamatan Ciseeng dan data produksi

perikanan Kabupaten Bogor.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang representatif pada dasarnya menyangkut

masalah sampai dimanakah ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu

benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya dari keseluruhan populasi

(Soeratno dan L Arsyad 1999). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan

metode purposive sampling, yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan

tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari

semata-mata dari pertimbangan si peneliti. Sampel yang dipilih merupakan individu yang

dianggap memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Pembudidaya yang masih aktif melakukan usaha pendederan ikan lele dumbo.

2) Produk yang dihasilkan untuk dijual dan bukan untuk kegiatan pembesaran.

3) Memiliki pengalaman dalam kegiatan pendederan ini minimal satu tahun.

Banyaknya pembudidaya yang dijadikan sampel dalam penelitian ini 30 orang

pembudidaya, hal ini dilakukan untuk mencukupi syarat statistik.

4.4 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diimplementasikan. Data dan informasi yang telah terkumpul

ditabulasikan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi

(46)

4.4.1 Analisis Fungsi Produksi

Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi

produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk

menduga hubungan antara produksi pendederan ikan lele dumbo dengan penggunaan

faktor-faktor produksinya. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi

Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Y =aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6X7b7eu...(8)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut

sebaiknya diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan tersebut menjadi :

LnY = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6

+ b7 ln X7...(9)

dimana :

Y =produksi ikan lele dumbo (ekor per m2)

X1 = benih ikan lele dumbo (ekor per m2)

X2 = Kapur (kg per m2)

X3= Pupuk (kg per m2)

X4 = Pakan (kg per m2)

X5 = TK1 (jam kerja per m2) X6 = TK2 (jam kerja per m2)

X7 = TK3 (jam kerja per m2)

Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan

menggunakan uji statistik sebagai berikut :

1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor

produksi (Xi) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel

tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)

(47)

thitung= (bi-0)/Sbi

2) Uji statistik F, digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi (Xi) secara

bersama terhadap output (Y). Hipotesis yang diuji adalah :

H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : bi≠ 0 (ada pengaruh)

Fhitung = (JKR / (k-1)) ………...…….. ..(10)

(JKD / (n-k))

dimana :

JKR = jumlah kuadrat regresi

JKD = jumlah kuadrat residual

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel

- jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, artinya faktor produksi secara simultan tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi.

- jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya faktor produksi secara simultan

berpengaruh nyata terhadap produksi.

Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga

dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang

digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model

regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan

autokorelasi.

Menurut Santoso (2000), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi

dimana nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X

(variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi

(48)

Menurut Santoso (2000), multikolinearitas adalah problem dalam suatu model

regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Beberapa cara

untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah

sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi.

Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi di sekitar

garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso 2000). Bila asumsi ini

tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas adalah problem yang terjadi pada model regresi apabila terjadi

asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas

dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara

mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantaranya adalah dengan :

a) Menggunakan weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai

variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas).

b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan

heteroskedastisitas.

Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada pada model regresi yang

menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso 2000).

Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting dilakukan untuk mengetahui

apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing,

constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan

menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan (8) maka :

1< b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7 < 1 ... .(11)

a) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7<1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing

return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambah, maka

(49)

b) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7 = 1, maka usaha berada dalam kondisi constant

return to scale dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama

dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan.

c) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7> 1, maka usaha berada dalam kondisi increasing

return to scale. Artinya proporsi penambahan output akan lebih besar dari

proporsi penambahan input.

Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi

keuntungan, yaitu :

Π = TR –TC atau Π = Py.Y – Pxi.Xi ...(12)

Keuntungan maksimum pada usaha pendederan lele dumbo ini dapat tercapai pada

saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama

dengan nol, yaitu :

Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek,

dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanamkan uangnya

dalam proyek mau pun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek.

Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan mau pun

(50)

1) Analisis usaha

Analisis usaha merupakan bagian dari analisis finansial yang digunakan untuk

menghitung besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam

waktu satu tahun. Analisis usaha ini terdiri atas analisis keuntungan usaha, analisis

imbangan penerimaan dan biaya ( R/C ), analisis payback period(PP), dan analisis

break event point (BEP).

a) Analisis Keuntungan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output

yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha.

Secara matematis konsep keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Π = Y.Py –

b) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh

dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Secara matematis

analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut

(51)

dimana :

TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp)

TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)

Dengan kriteria usaha :

R/C > 1, usaha menguntungkan

R/C = 1, Usaha impas

R/C < 1, Usaha rugi

c) Payback Period (PP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan

untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan S 1998).

Metode payback period secara matematis dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Payback period = Investasi x 1 tahun ………...……....(16) Net Benefit

d) Analisis Break Event Point (BEP)

Break event point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan output

produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi break event point ini pengusaha

mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum

volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan S 1998). Selain itu BEP

dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai

pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung

dengan persamaan matematis berikut :

BEP ( Nilai Produksi ) = Biaya Tetap .

1 – Biaya Variabel / Penerimaan ……....……..(17)

BEP ( Volume Produksi ) = TFC .

Py – AVC …………... ………....(18)

dimana :

TFC = biaya tetap total (Rp)

AVC = biaya variabel rata-rata (Rp per kg)

(52)

2) Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi penting dilakukan untuk mengetahui besar manfaat

dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk

analisis kriteria investasi diantaranya adalah :

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan

didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan

kombinasi pengertian present value penerimaan dengan present value pengeluaran

(Husnan S 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dengan rumus :

NPV =

Dengan kriteria usaha sebagai berikut :

- NPV < 0, usaha tidak layak

- NPV = 0, Usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)

- NPV > 0, Usaha layak untuk dijalankan karena akan menghasilkan keuntungan.

dimana :

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan

bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan

keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976).

Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus :

(53)

Dengan kriteria usaha :

- Net B/C < 1, berarti usaha tersebut sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak dan lebih baik mencari alternatif usaha lain yang lebih

menguntungkan.

- Net B/C > 1, berarti usaha tersebut akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan.

dimana :

- Bt : Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

- Ct: Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

- t : Umur proyek (10 tahun) - i : Discount rate (%)

c) Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan

nol (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976). Secara matematis IRR dinyatakan

dengan rumus :

IRR = i’ + NPV’ ( i’’ – i’ ) ………...…...(21) NPV’ – NPV”

Dengan kriteria usaha :

- IRR i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan.

- IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan.

dimana :

Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian

menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha

pendederan ikan lele dumbo, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga

benih. Benih merupakan faktor produksi utama, sehingga perubahannya akan sangat

berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan

(54)

salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitif sampai dengan usaha

tidak layak untuk dijalankan.

4.5 Batasan dan Pengukuran

a) Usaha pendederan ikan lele dumbo adalah pemeliharaan benih ikan lele dumbo

yang hasilnya digunakan sebagai input dalam kegiatan pembesaran.

b) Usaha yang dianalisis adalah usaha pendederan ikan lele dumbo tahap I.

c) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian

ini adalah benih ikan lele dumbo ukuran 3-12 cm dengan satuan ekor per m2.

d) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam

penelitian ini terdiri atas jumlah benih, kapur, pupuk, pakan, TK1, TK2, dan TK3.

Variabel input ini dihitung per m2.

e) Benih lele dumbo merupakan benih yang digunakan dalam kegiatan pendederan

dalam penelitian ini dengan satuan ekor per m2.

f) Kapur digunakan dalam masa persiapan kolam dengan satuan kilogram per m2.

g) Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang yang disebut postal dengan satuan

kilogram per m2.

h) Selain pakan alami digunakan juga pakan tambahan berupa pelet dengan satuan

kilogram per m2.

i) Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja pada saat persiapan(TK1),

tenaga kerja untuk pemeliharaan (TK2), dan tenaga kerja pada saat panen (TK3).

Satuan yang digunakan adalah jam kerja per m2.

j) Efisiensi penggunaan input merupakan solusi layak terbaik yang

memaksimumkan keuntungan dengan mengoptimalkan penggunaan faktor

produksi per m2.

k) Analisis finansial adalah pemeriksaan keuangan sampai dimana keberhasilan

yang telah dicapai.

l) Analisis usaha adalah proses pemeriksaan keuangan untuk mengetahui manfaat

(55)

m) Analisis kriteria investasi adalah analisis untuk mengetahui manfaat usaha selama

umur proyek.

n) Umur proyek dalam penelitian ini ditetapkan selama sepuluh tahun dan

merupakan umur teknis terlama dari komponen investasi yang digunakan.

o) Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak tergantung pada jumlah produksi per

m2 dan dinyatakan dalam rupiah

p) Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya tergantung jumlah produksi per m2 dan

dinyatakan dalam satuan rupiah.

q) Biaya total adalah semua biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk per

m2, termasuk biaya tetap dan biaya variabel.

r) Nilai produksi merupakan perkalian antara produksi total per m2 dengan harga per

satuan produk dan dinyatakan dalam rupiah.

s) Nilai penyusutan merupakan proses pembebanan biaya yang disebabkan oleh

pemakaian suatu barang yang digunakan berdasarkan pada keuangan dan

dinyatakan dalam satuan rupiah.

t) Keuntungan merupakan selisih penerimaan total per m2 dengan biaya total per m2

dan dinyatakan dalam rupiah.

u) R-C ratio adalah tingkat perbandingan antara penerimaan total per m2 dengan

biayanya.

v) Payback period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi.

w) Break event point adalahkondisi dimana usaha mengalami titik impas.

x) Net present value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang didapatkan

pada masa mendatang.

y) Net Benefit – Cost Ratio adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari

keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif

dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif.

z) Internal Rate of Return adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada

proyek sama dengan nol.

aa)Analisis sensitivitas adalah tindakan menganalisis kembali untuk mengetahui

(56)

perubahan harga baik harga input maupun output. Dalam penelitian ini analisis

sensitivitas dilakukan dengan menaikkan harga benih.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober sampai dengan November

2007, berlokasi di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Objek penelitian adalah

Gambar

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Gambar 2. Kurva Keseimbangan Produsen
Gambar 3. Skema Kerangka Pendekatan Studi
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Kelompok Umur          Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Malaysian palm oil future decline on Thursday closed as stronger ringgit and the weaker export data helped to halt a three-session run of gains.. The ringgit has risen steadily

Rancangan antarmuka form Peta Sebaran Desa Tertinggal sistem informasi geografis pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara ... Rancangan

Tapi ya sudah enggak ada waktu lagi untuk melakukan perbaikan ya karena ini kecuali … ya nanti kami berunding dulu apakah akan masih dimungkinkan dilakukan perbaikan

Jenis penelitian mengenai Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Masa Pendudukan Jepang di Salatiga 1942-1945 ini lebih menekankan pada masalah proses, maka bentuk

Konservasi lahan kawasan fungsi penyangga dan fungsi budidaya tanaman tahunan dapat diterapkan sejalan dengan kegiatan pertanian masyarakat, akan tetapi pada

Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan La Vere, yang menyatakan bahwa RPA paling retentif pada gigi alami, baik untuk melawan kekuatan tarik

Dengan mengetahui ketiga variabel tersebut, berimplikasi pada parameter yang mengukur seberapa baik kemampuan yang dimiliki, sehingga siswa termotivasi untuk

KETESSEOIMN FOSFOR PADA TANAH SAWAH BERINIGASI SETENGAH TEKNIS, IBIGASI SEDEBHANA,. DAN SAWAH TADAH