• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG PENANGKAPAN KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK (Analisis Isi Objektivitas Berita Kasus Ketua MK Di Harian kompas Edisi 3,4 Dan 5 Oktober 2013 ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG PENANGKAPAN KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK (Analisis Isi Objektivitas Berita Kasus Ketua MK Di Harian kompas Edisi 3,4 Dan 5 Oktober 2013 )."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH : LIA ROSFIANA NPM :0743310352

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan segala karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG PENANGKAPAN KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK (Analisis Isi Obyektivitas Berita Tentang Kasus Ketua MK di Harian Kompas Edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013)”

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini berlangsung. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, dan pengalamannya selama masa perkuliahan.

(5)

bermanfaat bagi semua pembaca sekaligus menambah ilmu pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin

Surabaya, 23 Desember 2013

(6)

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Media Cetak ... 10

2.2.2. Surat Kabar ... 11

2.2.3. Karakteristik Surat Kabar ... 13

2.2.4. Pengertian dan Fungsi Pers ... 15

(7)

2.5. Kerangka Pikir ... 47

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 49

3.2. Kategorisasi Objektivitas Berita ... 50

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5. Teknik Analisis Data... 55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

4.1.1 Sejarah Kompas.com ... 56

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data... 60

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 74 5.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(8)
(9)

Tabel 1. Berita 1 : KPK Tangkap Ketua MK ... 60

Tabel 2. Berita 2 : “Suap MK Menguncang Negara” ... 64

Tabel 3. Berita 3 : “Delegetimasi MK Perlu Diatasi” ... 69

(10)
(11)

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui obyektivitas berita berita penangkapan ketua MK oleh KPK pada surat kabar kompas edisi 3,4 dan 5 Oktober 2013.Komisi pemberantasan korupsi menetapkan beberapa orang sebagai tersangka dari proses tangkap tangan yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Mahkamah Kostitusi adalah pilar penegak dan penjaga hukum yang begitu dihormati meskipun kesibukan yang paling sering dilakukan adalah sengketa pemilukada. Berita di harian Kompas yang diteliti pada penelitian ini, selama tiga hari yaitu pada tanggal 3, 4, 5 Oktober 2013

Teori yang digunakan adalah teori kebebasan pers. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil secara langsung dari surat kabar Kompas yang berupa unit berita pada edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013. Teknik pengambilan sample menggunakan total sampling.

Berdasarkan hasil analisis tentang objektifitas terhadap berita Penangkapan Ketua Umum MK Akil Mochtar, berita yang disajikan tidak objektif. Karena masih ditemukam opini wartawan. Untuk dimensi fairness juga ada yang menggunakan sumber data dari salah satu sumber. Dan pada dimensi validitas hanya satu berita yang mengunakan sumber berita langsung.

Kata kunci : Akurasi, Fairness, Validitas

ABSTRACT

LIA ROSFIANA . OBJ ECTIVITY NEWS ABOUT ARREST BY THE CHAIRMAN MK AKIL MOCHTAR KPK (Objectivity News Content Analysis Case Chief Justice In Kompas Issue 3, 4 and 5 October 2013)

The purpose of this study to determine the objectivity of news by news of the arrest of the chairman of the Commission on Constitutional compass newspaper edition October 5 2013.Komisi 3.4 and combating corruption set some of the arrested suspects hand involving the Chairman of the Constitutional Court Akil Mochtar . Constitution of the Court is a pillar of law enforcement and the keeper so honored despite the busyness of the most frequently performed is disputed election. News in Kompas examined in this study, for three days on December 3 , 4 , 5 October 2013

The theory used is the theory of freedom of the press . The data required in this study is primary data , ie data taken directly from newspaper Kompas news in the form of units in issue 3, 4 and 5 October 2013. Sampling technique using total sampling .

Based on the analysis of the objectivity of the news of arrest of the Chairman of the Constitutional Court Akil Mochtar , the news is presented is not objective. Because it is still ditemukam reporters opinion. For fairness dimensions also exist that use source data from one source . And the validity of only one dimension of news using news sources directly .

(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan utama manusia adalah informasi, dalam perkembangan yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhkan informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan juga alat untuk mendapatkan kekuasaan. Penguasaan terhadap media informasi mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)

Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari relita yang ada saat ini banyak koran-koran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa. Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.

(13)

efek negatifnya akan lebih termemori (apabila pemberitaan tersebut negatif), begitu juga sebaliknya.

Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi, sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan seleb. Surat kabar dapat memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama sekali.

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan informasi kepada masyarakat.

(14)

berita memliki power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat 2006 : 47)

Akhir-akhir ini banyak berita tentang korupsi ketua Mahkamah Konstitusi yang menjadi perhatian khalayak. Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan beberapa orang sebagai tersangka dari proses tangkap tangan yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengungkapkan, gelar perkara (ekspose) telah dilakukan dan pimpinan sepakat meningkatkan penanganan kasus yang berawal dari tangkap tangan ini ke tahap penyidikan.

Berita ini menjadi hal yang menarik, karena selama ini Mahkamah Kostitusi adalah pilar penegak dan penjaga hukum yang begitu dihormati meskipun kesibukan yang paling sering dilakukan adalah sengketa pemilukada. Suasana sidang yang serius penuh nilai keilmuan, jawaban argumen hakim yang tegas serta keputusan final yang dihasilkan bisa diterima oleh kedua pihak serta masyarakat tanpa ada penolakan. Sekarang semua musnah dan meruntuhkan citra bangsa dalam mengawal penegakan supremasi hukum serta harapan penegakan keadilan yang menjadi suram.

(15)

Aljazeera.. Artikel di Aljazeera berjudul "Indonesian chief justice arrested for bribery" menceritakan penangkapan seorang pimpinan Mahkamah Konstitusi akibat kasus penyuapan. Berita itu menjelaskan secara singkat alasan penangkapan Akil. Surat kabar terkemuka di Amerika Serikat, Financial Times,menulis berita penangkapan Akil dengan judul besar. Financial Times menyebutkan kasus penangkapan petinggi negara ini sudah ketiga kalinya terjadi di Indonesia dalam setahun.

KPK menangkap tangan Akil bersama anggota DPR Chairun Nisa, dan pengusaha Cornelis di kediaman Akil pada Rabu (2/10/2013) malam. Tak lama setelahnya, penyidik KPK menangkap Bupati Gunung Mas Hambit Bintih serta pihak swasta berinisial DH di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Bersamaan dengan penangkapan ini, KPK menyita sejumlah uang dollar Singapura dan dollar Amerika yang dalam rupiah nilainya sekitar Rp 2,5-3 miliar.

Selain menyita barang bukti berupa uang dollar Singapura dan dollar AS yang nilainya sekitar Rp 2,5-3 miliar, tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga mengamankan satu unit Fortuner dari operasi tangkap tangan yang berlangsung di kediaman Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, pada Rabu (2/10/2013) malam.

(16)

Diduga, Chairun Nisa dan Cornelis akan memberikan uang ini kepada Akil di kediamannya malam itu. Pemberian uang itu diduga terkait dengan kepengurusan perkara sengketa pemilihan kepala daerah di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang diikuti Hambit Bintih selaku calon bupati petahana. Pemberian uang kepada Akil ini diduga merupakan yang pertama kalinya. Belum diketahui berapa total komitmen yang dijanjikan untuk Akil.

KPK juga menangkap tangan pengusaha yang bernama Tubagus Chaery Wardana. Adapun Chaery diketahui sebagai adik dari Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan juga suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany

Pada edisi 3 Oktober 2013, Harian Kompas juga memberikan porsi yang besar pada pemberitaan kasus ini. Pada edisi ini Kompas menggunakan judul “KPK Tangkap Ketua MK”. Judul tersebut dicetak dengan font besar. Peletakan berita juga diletakkan di atas pada halaman utama dan ada foto ruangan Ketua MK yang digunakan sebagai pelengkap berita.

(17)

Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta, tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut McQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.

Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.

(18)

pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

Sebuah berita bisa dikatakan obyektif bila memenuhi beberapa unsur, diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang disajikan belum memenuhi unsur-unsur objektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif hanya akan menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain. Dimensi-dimensi objektifitas menurut Rachma Ida terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas pemberitaan, dalam akurasi pemberitaan dituliskan bahwa harrus ada kesesuaian judul dengan isi berita. (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154-155).

Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih surat kabar Kompas. Harian Kompas merupakan media yang memiliki kredibilitas di dalam bidangnya, sehingga kepercayaan masyarakat sangat tinggi terhadap media ini. Selain itu, terkait dengan permasalahan penelitian Harian Kompas memberitakan perkembangan informasi seputar pernyataan tokoh agama serta reaksi masyarakat dan pemerintah secara berkelanjutan dan intens, itulah sebabnya mengapa peneliti memilih media ini.

(19)

1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan atas obyektivitas pemberitaan dari surat kabar yang menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah Bagaimanakah Objektivitas berita Penangkapan Ketua MK Akil Mochtar Oleh KPK pada surat Kabar Kompas edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013 ?

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas berita Penangkapan Ketua MK Akil Mochtar Oleh KPK pada surat Kabar Kompas edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013.

1.4. Manfaat penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

(20)

2.1. Penelitian Ter dahulu

1. Ni Ketut Efrata Fransiska, 2010, Objektivitas Pemberitaan Peserta Partai Politik Tahun 2009 Dalam Periode Kampanye Pemilihan Legislatif Di Koran Nasional

peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai sejauh mana tingkat objektivitas pemberitaan partai politik selama masa kampanye pada media cetak surat kabar. Peneliti memilih topik objektivitas pemberitaan, karena tidak ada pemberitaan yang benar-benar objektif.Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Perhitungan presentase mengenai objektivitas pemberitaan partai politik peserta Pemilu Legislatif 2009

Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan kategori objektivitas yang terdiri dari dimensi faktual dan berimbang maka tingkat objektivitas media mempengaruhi kualitas berita dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja dari media sebuah media

(21)

Peneliti ingin meneliti, apakah Kompas dapat menjaga objektivitasnya dalam memberitakan Joko Widodo, sosok baru yang diyakini dapat menjadi pembaru bagi Kota Jakarta.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian content analysis atau analisis isi, yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisa teks.

Setelah melakukan analisa, secara keseluruhan berita mengenai Joko Widodo pada Pilgub DKI Jakarta 2012 merupakan berita yang objektif. Karena dalam proses peliputan berita, wartawan tidak mencoba untuk menggiring opini atau selera pilih dari calon pemilih untuk condong kepada salah satu calon gubernur yang sedang bersaing. Kemudian pada aspek relevansi, tercatat 5 berita telah memenuhi aspek relevansi karena fakta berita sesuai dengan peristiwa yang terjadi dan pemberitaan yang dimuat tidak melebar ke topik yang lain. Sehingga fakta yang disajikan masih relevan.

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Media Cetak

(22)

massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali, 1995 : 99).

2.2.2 Sur at Kabar

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman (Ardianto & Erdinaya, 2005:99).

Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zamana orde lama, serta orde baru. Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. (Deppen, 2002:46)

(23)

tumbuh dan menjamur, begitu juga media-media lainnya: televisi dan radio. Tanpa tekanan; tanpa batasan. “Informasi adalah urusan masyarakat,” kata Gus Dur.

Kebebasan ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa media. Disebut raksasa karena hampir semua lini media digeluti: surat kabar, majalah, televisi, radio, dan website (surat kabar digital). Mereka adalah Kompas (Jacoeb Oetama), Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra

(Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Luar biasanya, media mereka sampai ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. (http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/surat-kabar-di-indonesia/) Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah informasi. (Ardianto & Erdinaya, 2005: 104).

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241).

(24)

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita local, nasional, maupun internasional, terdapat media cetak terkini bila dibandingkan dengan media cetak lainya karena nilai kebaruannya. Adanya rubric-rubrik tersebut membuat isi surat kabar lebih variatif, mulai dari berita-berita nasional hingga internasional. Namun secara sederhana isi surat kabar dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyrakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam realitas yang dilaporkan (Effendy, 2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan karikartunis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

2.2.3 Karakteristik Sur at Kabar

Surat kabar mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Sam Abede Pareno (2005:24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : Berita merupakan unsure utama yang dominan, memiliki ruang yang relatif lebih leluasa, dan memiliki waktu untuk dibaca ulang lebih lama.

Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :

1. Publisitas (Publicity)

(25)

disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan.

2. Periodesitas (Periodicity)

Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.

3. Universalitas (universality)

Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.

4. Aktualitas (Actuality)

(26)

surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita (Effendy, 1993:119-121).

2.2.4. Pengertian dan Fungsi Pers

Pers berasal dari perkataan belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak (kusumaningrat, 2006 : 17).

Pers mengandung dua arti, arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pers hanya menunjuk kepada media cetak berkala : surat kabar, majalah, dan tabloid, sedangkan pers dalam arti luas pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik audivisual berkala yakni radio, televisi, film, dan media on line internet. Pers dalam arti luas berarti media massa. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah pers dalam arti sempit, khususnya surat kabar. Surat kabar adalah media massa paling tua dan merupakan media yang paling banyak dan luas penyebarannya (Sumadiria 2005 : 31).

(27)

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, elektronik, dan segala jenis media yang tersedia (Sumadiria 2005 : 32).

Pers adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari sistem kemasyarakatan tempat ia beroperasi, bersama-sama dengan sub sistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan menyesuaikan kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya. Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan kondisi dan situasi lingkungan maka ia akan mati ( Efendy, 2002 : 62 ).

Fungsi pers menurut Kusumaningrat (2006 : 27) :

1. Fungsi Informatif, yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur . pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak mekudian menuliskannya dengan kata-kata.

(28)

3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu kejadian, biasanya dilakukan pers melalui tajuk rencana atau tulisan-tulisan latar belakang.

4. Fungsi Menghibur, yaitu para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik.

5. Fungsi Regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan yang lebih muda.

6. Fungsi Pengawalan Hak-hak Warga Negara, yaitu mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi.

7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa radio, televisi, majalah, dan surat kabar, maka beratlah untuk dapat mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekarang.

8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan.

Lebih lanjut Sumadiria ( 2005 : 32-35 ) menjelaskan bahwa ada lima fungsi pers yang unversal, kerena fungsi ini dapat ditemukan pada setiap negara di dunia yang menganut paham demokrasi, kelima fungsi tersebut adalah :

1. Informasi ( to inform ), menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya.

(29)

3. Koreksi (to influence), pers akan senantiasa menyalak ketika melihat berbagai penyimpangan dan ketidak-adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

4. Rekreasi ( to entertaint ), menghibur, pers harus memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

5. Mediasi ( to mediate ), mediasi artinya penghubung. Bisa juga disebut sebagai mediator atau fasilitator.

2.2.5. Teori Kebebasan Pers

Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Scramm dalam bukunya berjudul Four Theoris of the Press menyebutkan empat teori pers, yaitu; Authoritarian press, Lebertarian press, social responsibility press dan Soviet Communist perss. Khusus teori yang terakhir, Soviet Communist Press, sebenarnya pengembangan dari Authoritarian Press, sedangan Social Responsibility Press merupakan perkembangan dari Libertarian Press. Berikut ini merupakan penjelasan dari keempat teori itu yang dikutip dari berbagai sumber {(Effendi, 2004:62-63),(Bungin, 2007:289-292),(Nurudin, 2004:72-76),(Tankard & Severin, 2005:373-383),(Ardianto, 2005:54-60)}.

1. Authoritarian Press (per s otoriter)

(30)

lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. saat itu , apa yang disebut kebenaran (truth) adalah milik beberapa gelintir penguasa saja. Karena itu fungsi pers adalah dari puncak turun kebawah.

Ketika dasar dan teori pers pertama mendukung dan menjadi kepanjangan tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara. Mesin cetak harus memiliki izin dan dalam beberapa kondisi harus mendapat hak ijin pemakaian khusus dari kerajaan atau pemerintah agar bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi, sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh serikat pemilik mesin cetak, indvidu dijauhkan dari kemungkinan mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoriter, pers bisa dimiliki baik secara publik maupun perorangan, namun demikian, tetap dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah. Pers lebih digunakan untuk memberi informasi kepada rakyat mengenai apa yang penguasa pikirkan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang harus didukung oleh rakyat. Berbagai kejadian yang akan diberitakan dikontrol oleh pemerintah karena kekuasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja sebagai kekuatan adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu, individu tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler (Jerman) adalah dua penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.

(31)

yang menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi antara wartawan dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan kontrol media yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor atau pengeditan pada program dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall Street Journal, Far Eastern Economic Review, dan International Herald

Tribune merupakan harian yang pernah berselisih dengan pemerintah Singapura, dan harus membayar denda serta menghadapi kontrol yang ketat.

2. Libertarian Press (pers liberal)

Sistem pers liberal (libertarian) berkembang pada abad ke 17-18 sebagai akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan kebebasan pemikiran di negara barat yang disebut aufklarung (pencerahan). Teori ini berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umum tentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan pandangan yang otoriter. Esensi dasar sistem ini memandang manusia mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.

(32)

kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak bebas yang dimiliki oleh manusia.

Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social responsibility theory, dan merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan posisi manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk dipimpin dan diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia. Dan pers dianggap partner dalam mencari kebenaran. Untuk selama dua ratus tahun, pers Amerika dan Inggris menganut teori liberal ini, bebas dari pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fourth Estate (kekuasaan keempat) dalam proses pemerintahan, setelah kekuasaan pertama lembaga eksekutif, kekuasaan kedua lembaga legislatif, dan kekuasaan ketiga lembaga yudikatif.

(33)

swasta, dan siapaun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan media. Media dikontrol dalam dua cara. Dengan beragamnya pendapat “proses pembuktian kebenaran” dalam “pasar bebas gagasan” akan memungkinkan individu membedakan mana yang benar dan yang salah. Demikian pula dengan sistem hokum yang memiliki ketentuan untuk menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan hasutan dalam masa peperangan.

On Liberty, perwujudan terbaik dan ringkas dari gagasan mendukung ”pers bebas”, diterbitkan pada pertengahan abad 19 oleh John Stuart Mill. Pada bab 2 buku ini, Mill berpendapat bahwa kalau kita mematikan opini, maka mati pula kebenaran. Teori liberal mengatakan bahwa manusia dapat membetulkan kesalahannya, namun hanya bila ada kemungkinan atau kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat agar fakta dan kebenaran akhirnya bisa terlihat. Mill berpendapat bahwa satu-satunya cara manusia agar bisa memahami segala sesuatu secara utuh adalah dengan mendengar berbagai pendapat orang tentang hal tersebut. Teori liberal dengan paham kebenarannya yang diterima secara luas, berguna dan terus berkembang sampai akhirnya revolusi industri juga mempengaruhi dunia penerbitan dan penyiaran. Ketika teknologi memungkinkan distribusi koran dengan luas dan cepat, nilai ekonomi produksi masal menjadi sangat penting.

(34)

surat kabar yang bersaing satu sama lain. Hal ini menyebabkan banyak orang, baik di dalam maupun luar media, mulai mempertanyakan manfaat teori liberal dalam masyarakat yang demokratis. Saat ini pandangan yang tidak populer walaupun penting sulit untuk diterima. Selain itu, psikologi abad 20 telah menunjukkan bahwa manusia tidak selalu berhubungan dengan informasi dengan cara yang tampak rasional. Rasionalisasi sendiri adalah usaha untuk memberikan penjelasan yang masuk akal untuk tindakan yang tidak masuk akal. Pendapat seperti itu membantah filosofi ”manusia rasional” yang menjadi dasar teori liberal.

3. Social Responsibility Press (pers tanggung jawab sosial)

Muncul pada abad ke 20 sebagai protes terhadap kebebasan mutlak dari libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat. Di abad ini, ada gagasan yang berkembang bahwa media satu-satunya yang dilindungi piagam hak asasi manusia, harus memenuhi tanggung jawab sosial. Teori tanggung jawab sosial, yang merupakan gagasan evolusi praktisi media, dan hasil kerja komisi kebebasan pers (Comission on Freedom of The Press), berpendapat bahwa selain bertujuan untuk

(35)

adalah sebebas-bebasnya pers harus bisa bertanggung jawab kepada masyarakat tentang apa yang diaktualisasikan.

Sistem ini muncul di Amerika Serikat ketika apa yang telah dinikmati oleh pers Amerika selama dua abad lebih, dinilai harus diadakan pembatasan atas dasar moral dan etika. Penekanan pada tanggung jawab sosial dianggap penting untuk menghindari kemungkinan terganggunya ketertiban umum. Menurut Peterson, “kebebasan pers harus disertai kewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat guna melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam masyarakat modern selama ini.” Sistem ini juga lebih menekankan kepentingan umum dibanding dengan kepentingan pribadi. Social Responsibility muncul di negara-negara nonkomunis dan sering juga disebut sebagai new libertarianism.

(36)
(37)

4. Soviet Communist Press (per s komunis Soviet)

Teori pers komunis social baru tumbuh dua tahun setelah revolusi oktober 1917 di Rusia dan berakar pada teori pers authoritarian. Berkembang karena munculnya Negara Uni Soviet yang berpaham komunis pada awal abad ke-20. Sistem ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx tentang perubahan sosial yang diawali oleh Dialektika Hegel (mengatakan bahwa tak ada bidang-bidang realitas maupun bidang-bidang pengetahuan yang terisolasi/berdiri sendiri; semua saling terkait dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungan).

Pers dalam sistem ini merupakan alat pemerintah atau partai dan menjadi bagian integral negara. Pers menjadi alat atau organ partai yang berkuasa (partai komunis Uni Soviet/PKUS). Dengan demikian, segala sesuatu ditentukan oleh negara (partai). Kritik diijinkan sejauh tidak bertentangan dengan ideologi partai. Media massa melakukan yang terbaik untuk partai yang ditentukan oleh pemimpin PKUS. Bagi Lenin (penguasa Soviet pada waktu itu) pers harus melayani kepentingan kelas dominan dalam masyarakat, yakni proletar. Pers harus menjadi collective propagandist, collective agitator, collective organizer. Adapun kaum proletar diwakili oleh partai komunis.

(38)

kehidupan sistem sosialis Soviet Rusia yang dan memelihara pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap segala kegiatan sebagaimana biasanya terjadi dalam kehidupan komunis. Sebab itu, di negara tersebut tidak terdapat pers bebas, yang ada hanya pers pemerintah. Segala sesuatu yang memerlukan keputusan dan penetapan umumnya dilakukan oleh para pejabat pemerintah sendiri. Dengan bubarnya negara Uni Republik Sosialis Soviet pada 25 desember 1991 yang kini menjadi negara persemakmuran, negara tersebut sekarang telah melepaskan sistem politik komunisnya.

Dengan demikian, kini teori pers komunis praktis hanya dianut oleh RRC karena negara yang dulu berada di bawah payung kekuasaan Uni Soviet pun sekarang ini hampir semua melepaskan sistem politik komunisnya. Perbedaan teori pers ini dibanding dengan teori lain adalah dihilangkannya motif profit (yakni prinsip untuk menutup biaya) media, menomorduakan topikalitas (topikalitas adalah orientasi pada apa yang sedang ramai dibicarakan), jika dalam teori pers penguasa semata-mata orientasinya adalah upaya mempertahankan “status-quo”, dalam teori pers komunis Soviet orientasinya adalah perkembangan dan perubahan masyarakat (untuk mencapai tahap kehidupan komunis).

(39)

mempengaruhi sebuah pers. Ini juga berarti bahwa sistem yang dikembangkan juga berbeda. Salah satu alasan kenapa kiat perlu mempelajari berbagai macam sistem pers adalah untuk mengetahui sekaligus melakukan perbandingan antarsistem pers. Disamping itu pula agar kita menjadi tahu dimana posisi sistem pers Indonesia.

Indonesia termasuk dalam sistem pers tanggung jawab sosial. Ini tidak hanya dilihat dari istilah “kebebasan pers yang bertanggung jawab” seperti yang kita kenal selama ini.Namun berbagai aktualisasi pers pada akhirnya harus disesuaikan dengan etika dan moralitas masyarakat. Salah satu bukti bahwa ada pers yang tidak menerapkan sistem tersebut pernah dialami oleh tabloid Monitor. Tabloid ini digugat keberadaannya karena tidak menjadikan tolak ukur masyarakat sebagai referensi utama. Artinya, di masyarakat ada suatu moralitas dan etika yang dikembangkan dan diyakini tetapi tetap dilanggar. Apa yang diberitakan pers harus bisa dipertanggungjawabkan pada masyarakat. Adapun tanggung jawab itu ada satu dasar ideologi yang diyakini, yakni pancasila. Pancasila harus dijadikan acuan dalam perilaku pers. (Nur udin, 2007:69-75)

Di Indonesia pers dijamin kebebasannya melalui undang-undang. Diantaranya yaitu Undang - Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers yang mengatur dan memberikan jaminan kebebasan pers di Indonesia.

(40)

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Berita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Writta, artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karya Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (panuju, 2005 : 52).

Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan dari kejadian yang penting atau peristiwa hangat, dapat menarik minat atau perhatian para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian terpenting dari tabloid atau surat kabar.

Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita paling tidak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Menjaga objektivitas dalam pemberitaan.

2. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja.

(41)

Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur-unsur yang membuat suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang, Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.

Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan waratwan kepada pembacanya. Menurut Ishwara (2005 : 53) peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.

Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria ( 2005 : 69-71 ) dalam dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok :

1. Elementary yaitu :

a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, when, why, where, who, dan how (5W+1H). b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda

dengan Straight News report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa itu sendiri.

c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang

(42)

dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

2. Intermediate yaitu :

b. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan depth news . berita interpretative biasanya memfokuskan pada sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Dalam jenis laporan ini reporter menganalisis dan menjelaskan.

c. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.

3. Adnance yaitu :

a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.

(43)

tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis

c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum

Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide. Dalam kacamata jurnalistik, tidak semua fakta adalah berita.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (jurnal mata kuliah dasar-dasar jurnalistik).

Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan.

2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja.

(44)

Berdasarkan pasal dari kode etik jurnalistik milik AJI (pasal 3/14 Maret 2006) dijabarkan melalui sebagai berikut :

a. Menguji informasi berarti melakukan cek dan re-cek tentang kebenaran informasi.

b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan.

d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi seseorang.

Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang factual dari apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita.

Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi.

(45)

melalui mengarang judul berita yang se bombastis mungkin sedangkan tidak tercermin pada isi beritanya.

Pada jurnal mata kuliah jurnalistik, dikatakan fungsi judul berita adalah : 1. Memberikan identitas pada berita

2. Mempermudah pembaca untuk memilih berita 3. Menarik perhatian pembaca

Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini sangat penting atas pertimbangan berikut :

1. Foto, gambar, table, dan ilustrasi merupakan unsure berita yang pertama kali menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn (yang dikutip dari jurnal jurnalistik media cetak) menjelaskan bahwa data pendukung berita di atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari unsure berita yang disajikan.

2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal.

2.3. Per s Dalam Kaidah J ur nalistik

(46)

inilah pers menjadi sangat penting untuk menjaga sistem politik. Pers juga menjadi sumber informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan. (Rivers, 2004:51)

Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. ( Effendy, 2000:90)

Jadi secara tegas, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Desangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi aspek pers itu sendiri.

Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut:

”Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan

nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu

media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa

penerbitan yang teratur waktu terbitnya dilengkapi atau

(47)

percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin stencil atau

alat-alat tehnik lainnya.”

Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial.

Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu, menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Informatif

Yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berhuna dan penting bagiorang banyak dan kemudian menuliskan dengan kata-kata. Pers memberitakan suatu kejadian pada saat itu dan tidak menutup kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang peristiwa yang diduga akan terjadi.

2. Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )

(48)

3. Fungsi Interpretatif dan Direktif

Pers harus menceritakan kepada masyarkat tentang arti suatu kejadian (biasanya melalui tajuk rencana atau tulisan latar belakang) dan jika diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak.

4. Fungsi Menghibur

Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak ketahui (humor, drama serta musik) meskipun kisah itu tidak terlalu penting.

5. Fungsi Regeneratif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan yang lebih muda dengan cara menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan dimasa lampau, bagaimana dunia dijalankan sekarang, bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah.

6. Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara

(49)

khalayak hendaknya diberi kesempatan untuk menulis kritik dalam media terhadap segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri.

7. Fungsi Ekonomi

Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani sistem ekonomi melalui iklan

8. Fungsi Swadaya

Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. ( Kusumaningrat, 2005 : 27-29 )

Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan.

2.4.Objektifitas Berita

(50)

Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konsep objektifitas. Oleh karena itu jika terdapat sebuah paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.

Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang objektif, yaitu “reporting format that generally spates fact from pinion present an emotionally detached view of the news, and strives

for fairness and balanced” (DeFleur, 1994 : 635).

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

(51)

prinsip objektivitas memiliki fungsi yang tidak boleh dianggap remeh, terutama dalam kaitannya dengan kualitas informasi. Objektivitas pada umumnya berkaitan dengan berita dan informasi. (McQuail, 1994 : 129).

Objektivitas, betapapun sulitnya, harus diupayakan oleh insan pers. Objektivitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial. Institusi pers dituntut objektif dan netral atas semua fakta. Hal ini penting mengingat signifikansi efek media terhadap khalayak. (Bungin, 2001 : 198-199).

J. Westerstahl (1983) mengembangkan kerangka konseptual dasar bagi usaha meneliti dan mengukur objektivitas pemberitaan yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh Denis McQuail (1992). Meta-konsep objektivitas pemberitaan yang dikembangkan itu memiliki dua dimensi, yakni factuality – dimensi kognitif atau kualitas informasi pemberitaan; dan impartiality – dimensi evaluatif pemberitaan dihubungkan dengan sikap netral wartawan terhadap objek pemberitaan, menyangkut kualitas penanganan aspek penilaian, opini, interpretasi subjektif dan sebagainya.

Jurgen Westerstahl menjabarkan konsep objektifitas pada bagan berikut : Westerstahl mengajukan komponen utama objektifitas berita dalam observasinya “maintaining objectivity in the dissemination of news can, it seems to me, most easily be defined as” adherence to certain norm or

standards” (Charllote, 2006 : 7 – 8 yang dikutip dari Westerstahl, 1983 :

(52)

Bagan 1. Konsep Objektivitas Westerstahl (Westerstahl, 1983 : 405)

Dimensi factuality memiliki dua sub-dimensi, yakni truth dan relevance. Truth adalah tingkat kebenaran dan keterandalan (reliabilitas)

fakta yang disajikan, ditentukan oleh factualness (pemisahan yang jelas antara fakta dan opini) dan accuracy (ketepatan data yang diberikan, seperti jumlah, tempat, waktu, nama, dan sebagainya). Dikatakan akurat bila terdapat kesesuaian judul berita dengan isi berita dan terdapat pencantuman waktu.

Sub-dimensi relevance mensyaratkan perlunya proses seleksi menurut prinsip kegunaan yang jelas, demi kepentingan khalayak. Pemberitaan dinyatakan valid apabila sunber berita jelas dan berita berasal dari wartawan atau dari pelaku langsung sebagai pihak yang berkompeten.

Sub-dimensi balance berkait dengan proses seleksi, mensyaratkan perlunya proses seleksi yang memberikan equal or proportional access/attention yakni pemberian akses, kesempatan dan perhatian yang

sama (sekurangnya proporsional) terhadap para pelaku penting dalam berita; Object ivit y

Fakt ualit y Impart ialit y

Trut h / Akurat Relevance / Valid Balance / non part isanship

(53)

dan even-handed evaluation – yaitu pemilihan penilaian negatif dan positif yang berimbang untuk setiap pihak yang diberitakan. Sebuah berita dinyatakan seimbang bila masing-masing pihak diberikan porsi yang sama dalam pemberitaan.

Sub-dimensi neutrality bersangkut paut dengan penyajian (presentation). Ditentukan oleh penyajian yang non-evaluatif dan non sensasional. Sebuah berita dikatakan netral apabila tidak terdapat opini dan penghakiman wartawan. Sebuah pemberitaan bisa dikatakan objektif apabila memenuhi keempat unsur di atas yaitu ; akurat, valid, seimbang, dan netral.

Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan/reporter, suatu sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian sasaran yang diinginkan. Hanya saja, ada jurnalis yang menempatkan objektifitas sebagai simbol keyakinan di dalam pekerjaannya, dan ada pula jurnalis yang mengoperasionalisasikan objektifitas dalam rutinitas tugas serta tanggungjawabnya sehari-hari.(Charilote, 2006 : 3).

(54)

berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.

Rachma Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektifitas pers sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur Objektifitas pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi objektifitas yang terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas pemberitaan, berikut kategorisasi objektifitas menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154-155).

a) Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi:

1. Kesesuaian judul berita dengan isi berita. 2. Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.

3. Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan.

4. Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita.

b) Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut keseimbangan penulisan berita yang meliputi :

(55)

c) Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :

Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau check dan re check).

Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya. Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan pelaku langsung.

2.4.1. Konsep Penyajian Berita

Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas waktu dalam sebuah penyajian berita.

(56)

(Gambar Piramida Terbalik 5W+ 1H)

Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu :

a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi

b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi

c. When : Kapan peristiwa itu terjadi

d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi

e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut

f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi

Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau mendukung tulisan pada paragraf pertama.

Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan adalah :

J U D U L

LEAD (5W + 1H)

TUBUH

Rincian lead, latar belakang dan informasi lanjutan

Sangat

(57)

1. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi kesan yang santai dan mudah untuk dibaca.

2. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang dipakai dapat dimengerti oleh semua pihak, baik kalangan atas atau bawah bahkan pula yang tidak berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang bersifat heterogen.

3. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat. 4. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release walaupun

mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa.

5. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations sebagai sumber informasi.

6. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu dihindari penggunaan kata yang berbelit-belit.

(58)

Nara sumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal nara sumber berkaitan erat dengan kelanjutan adanya penuntutan bilamana ada pihak yang merasa dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah nara sumber, jurnalis dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.

2.5. Kerangka Berpikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen : bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Demikian halnya dengan berita mengenai tentang kasus berita Korupsi Ketua MK di surat kabar Kompas yang memiliki sudut pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas yang ada. Pemuatan berita-berita mengenai tentang Korupsi Ketua MK di surat kabar khususnya Kompas, dipilih penulis sebagai subyek penelitian.

(59)

244). Yang terdiri dari tiga elemen, yaitu akurasi pemberitaan, ketidak berpihakan pemberitaan (fairness), validitas keabsaan. Ketiga struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat mewujudkan analisis isi atau objektivitas pemberitaan dari suatu media. Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini.

Gambar Kerangka Berpikir

1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita

2. Pencantuman Waktu Terjadinya Suatu Peristiwa 3. Penggunaan Data Pendukung,

Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan 4. Faktualitas Berita

2. Fairness/Ketidakperpihakan pemberitaan :

1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan

2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan

(60)

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metodologi riset kuantitatif yang mengharuskan peneliti bersikap objektif dan memisahkan diri dari data, karena riset ini menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.

Berdasarkan metodologi di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Analisis isi digunakan untuk menganlisis isi pesan yang tampak, dengan cara sistematik dan objektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematik, faktual, akurat tentang fakta serta sifat yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.

3.1.1. Berita Penangkapan Ketua MK Akil Mochtar oleh KPK

Pada edisi 3 Oktober 2013, Harian Kompas juga memberikan porsi yang besar pada pemberitaan kasus ini. Pada edisi ini Kompas menggunakan judul “KPK Tangkap Ketua MK”. KPK juga menangkap tangan pengusaha yang bernama Tubagus Chaery Wardana. Adapun Chaery diketahui sebagai adik dari Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan juga suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany

(61)

ternyata menjadi sorotan dunia. Beberapa media luar negeri yang memberitakan penangkapan ketua lembaga pengawal konstitusi, di antaranya; Huffington Post, New York Time dan Aljazeera.

Pada Sabtu, 5 Oktober 2013 judul berita harian Kompas “Delegetimasi MK Perlu Diatasi”, skandal suap yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar membuta lembaga Negara ini mengalami dlegitimasi toal. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama para unsur pimpinan lembaga Negara akan membahasnya pada Sabtu (5/10), di Istana Negara.

3.2. Kategorisasi Objektivitas Berita

Dari berita Penangkapan Ketua MK Akil Mochtar Oleh KPK pada surat Kabar Kompas edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013 yang dianalisa sebagai obyek dari penelitian ini yang kemudian penulis mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan agar diperoleh hasil yang akurat, karena validitas metode dan hasil-hasilnya sangat bergantung dari kategori-kategorinya.

Kategorisasi objektivitas pemberitaan menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244).

3.2.1. Akur asi pemberitaan, meliputi :

1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita, konsep ini dibagi dalam dua kategorisasi :

(62)

b) Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau bukan merupakan kutipan yang jelas-jelas ada.

2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Kategori dalam konsep ini, yaitu :

a) Dicantumkan waktu, bila dalam tulisan mencamtumkan tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal dan kata-kata.

b) Tidak dicantumkan waktu, yaitu jika dalam tulisan itu tidak mencamtumkan waktu.

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan antara lain menggunakan : tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar dan lain-lain, konsep ini dibagi

a) Ada data pendukung, bila tulisan dilengkapi dengan salah satu data pendukung, seperti foto peristiwa, tabel, statistik (angka-angka) dan data referensi (buku undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain-lain).

b) Tidak ada data pendukung, bila tulisan itu sama sekali tidak dilengkapi dengan data pendukung.

4) Faktualitas berita, konsep ini dibagi atas kategori :

(63)

agaknya, diperkirakan, diramalkan, mengejutkan, kontroversi, manuver, sayangnya, dan lain-lain.

b) Tidak ada pencampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel tidak ada kata-kata opinionative.

3.2.2. Fairness dan ketidakberpihakan pemberitaan, meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan yaitu : a) Seimbang, yaitu apabila masing-masing pihak yang diberitakan

diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

b) Tidak seimbang, yaitu jika masing-masing pihak yang diberitakan tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita.

2) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters kolom) yang dipakai yaitu :

a) Seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.

b) Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan.

3.2.3. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dar i : 1) Atribusi sumber berita. Konsep ini dibagi menjadi :

(64)

b) Sumber berita tidak jelas, bila dalam berita tidak dicantumkan identitas sumber berita.

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa. Kategori ini dibagi dalam :

a) Wartawan, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatan wartawan secara langsung.

b) Pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wartawan dengan sumber berita yang mengalami peristiwa tersebut.

c) Bukan pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya petugas humas, juru bicara, kapuspen, atau juga pejabat yang berwenang tetapi tidak berada di lokasi ketika peristiwa itu terjadi.

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1. Populasi

(65)

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Dalam penarikan sampel, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah besar-kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sampel haruslah representatif atau mampu mewakili secara keseluruhan (Kriyantono 2006 : 151), menyatakan besaran sample tidak ada ketentuan pastinya, yang penting adalah hasilnya yang representatif. Teknik pengambilan sample menggunakan total sampling, yaitu sample diambil secara keselurahan dari jumlah populasi yang didasarkan pada keseluruhan unit populasi, yakni berita tentang tentang Penangkapan Ketua MK Akil Mochtar Oleh KPK pada surat Kabar Kompas yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Jumlah berita tentang penangkapan Ketua MK, pada edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013. Jadi sampel yang diambil adalah 3 sesuai dengan jumlah populasi yang diperoleh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sample.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(66)

diinterpretasikan guna memperoleh jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan, serta untuk mengetahui tujuan penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

(67)

4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejar ah Kompas.com

Gambar

Gambar Kerangka Berpikir
Tabel 1 : Berita 1,KPK Tangkap Ketua MK
Gambar 1. Berita edisi 3 Oktober
Tabel 2  Berita 2 : “Suap MK Menguncang Negara”
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Di bawah ini yang bukan merupakan bahan dasar limbah lunak anorganik yang dapat.. dijadikan

Menurut Bambang Riyanto dalam Susilowati (2011), Pembiayaan dengan utang, memiliki 3 implikasi penting (1) memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham

[r]

[r]

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks wawancara menjadi narasi pada siswa kelas VII F SMP Negeri 01

[r]

Dari hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,345 yang berarti variable Pengamalan Keagamaan Siswa dapat