• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hadis Menutup Aurat

A. Analisis Kandungan Hadis

2. Analisis Hadis Menutup Aurat

Analisis terhadap matan hadis tentang anjuran menutup aurat sangat di

perlukan guna mengetahui lebih mendalam terhadap teksteks hadis tersebut, baik dari segi bahasa atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang hadis tersebut.

Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedanba hasa atau lafaz antara hadis yang satu denganyang lain yang memiliki makna yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan ini sebagai tolok ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi dan sahabat sahabatnya kebanyakan mempunyai kemampuan bahasa yang baik, sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis buka berasal dari Nabi dan

sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya.3

2

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm.7-21.

3

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan PendekatanIlmuSejarah(Jakarta:BulanBintang),

yang siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidakada pertentangan antara periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan matan hadis tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih dan dapat dijadikan hujjah.

Pada hadis ini tidak ditemukanadanya perbedaan lafaz maupun matan hanya saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat dikatakan hadis

tentang anjuran menutu aurat diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara

makna ini diperbolehkan selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan. Dengan maksud kandungan hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis lakukan meliputi:

3. Kritik Historis Hadis

Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut. Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis maupun mistis atau spiritual.

Penelitian terhadap status kesahihan suatu teks hadis sangat diperlukan mengingat

kedudukan hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam kedua setelah alQur’an.

Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi tidak. Dalam proses transmisinya, hadis telah mengalami tahap historis yang panjang sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam kitab-kitab hadis.

otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian

hadis berkedudukan sangat penting, yaitu:

a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi.

b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis.

c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama.

d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang

berbeda.

e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.4

Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan

dapat digunakan sebagaihujjah.

3.Analisis Hadis Anjuran Menikah

Analisis terhadap matan hadis tentang anjuran Menikah sangat di perlukan

guna mengetahui lebih mendalam terhadap teks teks hadis tersebut, baik dari segi bahasa atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang hadis tersebut.

Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedaan baasa atau lafaz antara hadis yang satu denganyang lain yang memiliki makna yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan ini sebagai tolok ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi

4

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm.7-21.

sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis buka berasal dari Nabi dan

sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya.5

Matan hadis hadis tentang anjuran Menikah diriwayatkan oleh periwayat yang

siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidak ada pertentangan antara periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan matan hadis tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih dan dapat dijadikan hujjah.

Pada hadis ini tidak ditemukanadanya perbedaan lafaz maupun matan hanya saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat dikatakan hadis

tentang anjuran Menikah diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara makna

ini diperbolehkan selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan. Dengan maksud kandungan hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis lakukan meliputi:

1. Kritik Historis Hadis

Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut. Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis maupun mistis atau spiritual.

5

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan PendekatanIlmuSejarah(Jakarta:BulanBintang),

mengingat kedudukan hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi tidak. Dalam proses transmisinya, hadis telah mengalami tahap historis yang panjang sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam kitab-kitab hadis.

M. Syuhudi Ismail berpendapat bahwa penentuan terhadap orisinalitas dan otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian

hadis berkedudukan sangat penting, yaitu:

a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi.

b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis.

c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama.

d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang

berbeda.

e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.6

Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan

dapat digunakan sebagaihujjah.

.

6

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm.7-21.