• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teks Dan Terjemah Hadis Pencegahan Prepentip Larangan Seks Bebas Dalam upaya pencegahan perbuatan seks bebas ( zina ) hadis Nabi telah

menjelaskannya dalam berbagai kitab himpunan hadis, sepanjang penelitian penulis, ditemukan 6 ( enam ) hadis yang terdapat dalam kitab hadis, sebagai berikut :

1. Gha฀฀ul Ba฀har

ﹺﻦﺑﺍ ﹺﻦﻋ ﻪﻴﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﹺﺰﻳﹺﺰﻌﹾﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﹺﻦﺑ ﹺﻦﻴﹶﻜﺳ ﻦﻋ ﻊﻴﻛﻭ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﱠﻥﹶﺄﺳﺎﺒﻋ

ﹶﻜﻫ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ﹶﺔﹶﻓﺮﻋ ﹶﺔﻴﺸﻋ ﹰﺓﹶﺃﺮﻣﺍ ﹸﻆﺣﺎﹶﻠﻳ ﹴﺱﺎﺒﻋ ﻦﺑ ﹶﻞﻀﹶﻔﹾﻟﺍ ﻯﹶﺃﺭ

ﻩﺪﻴﹺﺑ ﺍﹶﺬ

ﻔﺣ ﻦﻣ ﻡﻮﻳ ﺍﹶﺬﻫ ﱠﻥﹺﺇ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹺﻡﺎﹶﻠﻐﹾﻟﺍ ﹺﻦﻴﻋ ﻰﹶﻠﻋ

ﻪﹶﻟ ﺮﻔﹸﻏ ﻪﻧﺎﺴﻟﻭ ﻩﺮﺼﺑ ﻪﻴﻓ ﹶﻆ

” Di kabarkan wakî’ dari sukaīn bin ’Abdul ’Azîz dan dikabarkan dari Sahabat

’Abbas sesungguhnya Nabi SAW melihat keutamaan bahwa ’Aisyah memelihara pandangannya menutup mata dengan tangannya dan Nabi berkata bahwa Sesungguhnya hari ini adalah hari bagi siapapun yang menjaga pandangan matanya danlisannya, niscaya akan diberikan ampunan baginya”.

(H.R.Muslim )1

Diantara yang diharamkan dalam Islam menyangkut naluri seksual ialah lelaki berlama-lama memandang perempuan atau sebaliknya, karena mata adalah kunci pembuka hati, sedangkan memandang lawan jenis dapat mengantarkan fitnah dan perzinahan. Menjaga pandangan ialah menjaganya dan tidak lepas kendali secara liar, pandangan yang terpelihara ialah apabila memandang lawan jenis tidak mengamati kecantikannya, tidak berlama-lama tidak melototi apa yang dilihatnya.

1

Al-Hafîdzh‘ Abdul Azhim bin ‘Abdul Qawî Zakiyuddîn al-Mundzîrî ,Mukhtâshar Shahîh Muslim (Dâr Ibn Khuzaîmah Riyâdh), Cet pertama 14 14h/1994 M.

membahayakan kesucian moral saja, akan tetapi membahayakan kestabilan pikiran dan ketenangan hati sehingga membuatnya kacau dan guncang.

2.

Berkhalawat.

ﱠﻥﹺﺈﹶﻓ ﺎﻬﻨﻣ ﹴﻡﺮﺤﻣ ﻭﹸﺫ ﺎﻬﻌﻣ ﺲﻴﹶﻟ ﺓﹶﺃﺮﻣﺎﹺﺑ ﱠﻥﻮﹸﻠﺨﻳ ﺎﹶﻠﹶﻓ ﹺﺮﺧﺂﹾﻟﺍ ﹺﻡﻮﻴﹾﻟﺍﻭ ﻪﱠﻠﻟﺎﹺﺑ ﻦﻣﺆﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻦﻣﻭ

ﺎﻤﻬﹶﺜﻟﺎﹶﺛ

ﹸﻥﺎﹶﻄﻴﺸﻟﺍ

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena

syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Muslim )2

Di antara jalan yang diharamkan oleh Islam ialah berkhalawat (menyendiri dan menyepi) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan muhrimnya, yakni bukan isterinya dan bukan salah seorang kerabatnya yang haram dinikihinya untuk selamanya, seperti ibu, saudara perempuan, bibi dari pihak ayah dan bibi dari pihak ibu.

Hal ini bukan karena tidak percaya kepada mereka atau kepada salah satunya, akan tetapi untuk melindungi mereka dari bisikan-bisikan jahat dan lintasan-lintasan pikiran buruk yang dapat menggelorakan hati mereka ketika kedua

manusia yang berlawanan jenis itu bertemu, tanpa adanya pihak ketiga.3

3. Larangan Zina

ﻢﹰﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ : ﻝﺎﻗ ﻲﺋﺎﻄﻟﺍ ﻚﻟﺎﻣ ﻦﺑ ﻢﺜﻴﳍﺍ ﻦﻋ

:

ﺪﻌﺑ ﹴﺐﻧﹶﺫ ﻦﻣ ﺎﻣ

ﻪﹶﻟ ﱡﻞﺤﻳ ﺎﹶﻟ ﹺﻢﺣﺭ ﻲﻓ ﹸﻞﺟﺭ ﺎﻬﻌﺿﻭ ﺔﻔﹾﻄﻧ ﻦﻣ ﷲﺍ ﺪﻨﻋ ﻢﹶﻈﻋﹶﺃ ﷲﺎﺑ ﻙﺮﺸﻟﺍ

2

Al-Hafîdzh‘ Abdul Azhim bin ‘Abdul Qawî Zakiyuddîn al-Mundzîrî, Mukhtâshar Shahîh Muslim (Dâr Ibni Khuzaîmah Riyadh), Cet pertama14 14h/1994 M.

3

sesuatu dosa sesudah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT, dari pada seorangl aki- laki yang meletakan maninya pada rahim yang tidak halal

baginya. (HR. Ibnu Abid Dunya)4

Perbuatan zina adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh agama Islam dan termasuk dosa besar, oleh karena itu Islam memberikan sangsi atau hukuman yang berat bagi seseorang yang melakukan zina baik hukuman di dunia maupun di akhirat.

Apa saja yang dapat merangsang syahwat dan membuka jendela fitnah bagi laki-laki ataupun perempuan dan mendorong orang untuk melakukan perbuatan keji atau mendekatkannya, atau memudahkan jalannya, maka Islam melarangnya dan mengharamkannya sebagai upaya membendung jalan kepada yang haram

dan menolak kerusakan.5

4. Khitan

ﻰﹶﻟﹺﺇ ﺐﺣﹶﺃﻭ ﺓﹶﺃﺮﻤﹾﻠﻟ ﻰﹶﻈﺣﹶﺃ ﻚﻟﹶﺫ ﱠﻥﹺﺈﹶﻓ ﻲﻜﹺﻬﻨﺗ ﺎﹶﻟ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲﹺﺒﻨﻟﺍ ﺎﻬﹶﻟ ﹶﻝﺎﹶﻗ

ِﻞْﻌَﺒْﻟا

.

“Dan telah berkata Nabi SAW. “ Jangan berlebihan, karena hal itu adalah

bagian dari kenikmatan perempuan dan kecintaansuami .(HR. Abu Daud ).6

ﹴﺏﺎﻬﺷ ﹺﻦﺑﺍ ﻦﻋ ﺲﻧﻮﻳ ﻲﹺﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﹴﺐﻫﻭ ﻦﺑﺍ ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﺎﹶﻟﺎﹶﻗ ﻰﻴﺤﻳ ﻦﺑ ﹸﺔﹶﻠﻣﺮﺣﻭ ﹺﺮﻫﺎﱠﻄﻟﺍ ﻮﺑﹶﺃ ﻲﹺﻨﹶﺛﺪﺣ

ﻦﻋ

ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹺﻝﻮﺳﺭ ﻦﻋﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﹺﺐﻴﺴﻤﹾﻟﺍ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ

ﺲﻤﺧ ﹸﺓﺮﹾﻄﻔﹾﻟﺍ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻪﻧﹶﺃ ﻢﱠﻠﺳﻭ

ﻂﹺﺑﹺﺈﹾﻟﺍ ﻒﺘﻧﻭ ﹺﺭﺎﹶﻔﹾﻇﹶﺄﹾﻟﺍ ﻢﻴﻠﹾﻘﺗﻭ ﹺﺏﹺﺭﺎﺸﻟﺍ ﺺﹶﻗﻭ ﺩﺍﺪﺤﺘﺳﺎﻟﺍﻭ ﹸﻥﺎﺘﺘﺧﺎﻟﺍ

“Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam, bahwa beliau

4

Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir al-Damsyiqiy, Tafsîr Ibn Kâtsir, (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, 2000), h. 21.

5

Yusuf Qaradhawi, halal dan haram , h.166

6

Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunân Abu Daûd, t.tp, Dar al-Hadis al-Qahirah, t.th, bab tentang keutamaan khitan, juz 14, h. 14

mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak. ” (HR. Bukhari)”.7

ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ ﻲﻓ ﹲﺔﻣﺮﹾﻜﻣ ﹺﻝﺎﺟﺮﻟﺍ ﻲﻓ ﹲﺔﻨﺳ ﹸﻥﺎﺘﺨﹾﻟﺍ

ﻲﻘﻬﻴﺒﹾﻟﺍﻭ ﺪﻤﺣﹶﺃ ﻩﺍﻭﺭ

“Khitan merupakan sunnah (yang harus diikuti) bagi laki-laki dan perbuatan

mulia bagi wanita” (HR. Ahmad dan Baihaqi)”.8

Secara etimologis, khitân berasal dari bahasa arab “khâtan” yang berarti

“memotong”. Dalam ensiklopedi Islam kata khitân berarti “memotong atau

mengerat”. Menurut Ibnu Hajar al-khatan adalah isimmas dar dari kata khâtana

yang berarti “memotong” sebagian benda yang khusus dari anggota badan yang

khusus pula.9

Secara terminologis khitan adalah membuka atau memotong kulit (qulûf) yang

menutupi ujung kemaluan dengan tujuan agar bersih dari najis.10 Selain itu

sebagaimana dikemukakan oleh Nasih Ulwan, khitan adalah memotong yaitu tempat pemotongan penis, yang merupakan timbulnya konsekuensi hukum-hukum syara.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa khitan adalah perbuatan memotong bagian kemaluan laki- laki yang harus dipotong, yakni

memotong quluf atau kulit yang menutupi ujungnya sehingga seutuhnya terbuka.

Pemotongan kulit ini di maksudkan agar ketika buang air kecil mudah d

ibersihkan, dan agar memberikan kenikmatan yang lebih ketika bersenggama.11

7Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 20, h. 115

8

http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1965924-hadis-rasulullah-saw-tentang-khitan/#ixzz2LzQ3a2FK, di akses pada tanggal 26-2-2013 pukul 15.00.

9

Ahmad Ma’ruf Asrori dan Suheri Ismail, Khitan dan Aqidah : Upaya Pembentukan Generasi Qur’ani, (Surabaya: Al-Miftah, 1998), Cet. II, h. 11

10

Harun Nasution, et. Al, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Sab dodadi, 1992), h. 555

11

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Tuhfah al-Maûdûd bi al-Ahkâm al-Maûlûd, Terj.FauziBahreisy,

tidak adanya nash yang tegas dan jelas dalam perintah khitan. Akan tetapi, mereka sepakat bahwa khitan lebih disyariatkan oleh agama. Mereka mengatakan hukum khitan wajib sedang yang lain mengatakan sunnah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dipelajari masing- masing pendapat tersebut baik yang mengatakan wajib maupun sunah.

1. Hukum wajib

Para ulama yang mengatakan bahwa khitan hukumnya wajib diantaranya adalah : ash-Sya’I Rabi’ah, al-Auza’i, yahya bin Said, al-Ansyari, ash-Syafi’i, dan Ahmad

Asy-Syafi’I mengatakan bahwa khitan hukumnya wajib, dengan alasan :

a. Nabi di perintahkan mengikuti syariat Nabi Ibrahim (Qs. An- Nahlayat 123)

dan salah satu syariatnya adalah khitan.

b. Sekiranya khitan tidak wajib, mengapa orang yang dikhitan membuka aurat

yang diharamkan.12

Imam Nawawi berpendapat ini adalah pendapat sahîh dan masyhûr yang

ditetapkan oleh Syafi’I dan disepakati oleh sebagian ulama.

Berkhitan ialah memotong ujung kulit yang menutupi kemaluan, untuk menjaga agar di sana tidak terkumpul kotoran, juga agar dapat menahan air kencing dan agar tidak mengurangi kenikmatan saat bersenggama. Hal ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan maka yang dipotong ialah bagian atas

dari kemaluan.13

12

Abi Ishaq Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Firuzabadi al-Syirazi, Al-Muhadzab fi Fiqhi al-Imam asy-Syafi’i, Juz 1, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), h. 34.

13

wajib hukumnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW :

ﻲﹺﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﹴﺐﻫﻭ ﻦﺑﺍ ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ﺎﹶﻟﺎﹶﻗ ﻰﻴﺤﻳ ﻦﺑ ﹸﺔﹶﻠﻣﺮﺣﻭ ﹺﺮﻫﺎﱠﻄﻟﺍ ﻮﺑﹶﺃ ﻲﹺﻨﹶﺛﺪﺣ

ﻦﻋ ﹴﺏﺎﻬﺷ ﹺﻦﺑﺍ ﻦﻋ ﺲﻧﻮﻳ

ﺮﹾﻄﻔﹾﻟﺍ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻪﻧﹶﺃ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹺﻝﻮﺳﺭ ﻦﻋﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﹺﺐﻴﺴﻤﹾﻟﺍ ﹺﻦﺑ ﺪﻴﻌﺳ

ﺲﻤﺧ ﹸﺓ

ﹺﺈﹾﻟﺍ ﻒﺘﻧﻭ ﹺﺭﺎﹶﻔﹾﻇﹶﺄﹾﻟﺍ ﻢﻴﻠﹾﻘﺗﻭ ﹺﺏﹺﺭﺎﺸﻟﺍ ﺺﹶﻗﻭ ﺩﺍﺪﺤﺘﺳﺎﻟﺍﻭ ﹸﻥﺎﺘﺘﺧﺎﻟﺍ

ﻂﹺﺑ

“Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Fitrah itu adalah lima yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan,

mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak." (HR. Bukhari).14