• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Analisis Hak Asasi Manusia Terhadap Putusan Mahkamah

d. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)

Demikianlah putusan rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Kamis, tanggal 13 September 2018 oleh Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum., Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. Irfan Fachruddin, S.H., C.N., dan Dr. H. Yodi Martono Wahyunadi, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan oleh Kusman, S.IP., S.H., M.Hum., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

B. Analisis Hak Asasi Manusia Terhadap Putusan Mahkamah Agung

Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, mendefinisikan bahwa HAM adalah sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia yang bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.115 Jadi Hak asasi manusia merupakan hak yang paling hakiki yang dimiliki manusia. Siapapun tidak diperbolehkan untuk mengganggu atau mencampuri hak asasi orang lain.116

Di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 46/P/Hum/2018 menyebutkan bahwa hak memilih dan dipilih merupakan suatu hak dasar manusia dalam bidang politik yang wajib dilindungi oleh negara. Adapun maksud dari hak politik ialah hak-hak yang dibutuhkan untuk memperkuat warga negara agar dapat berpartisipasi dalam mengontrol negara. Sesuai dengan yang diamanahkan dalam pasal 43 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan pasal 21 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk turut serta mengikuti pemerintahan negaranya. Adapun bunyi pasal 43 tersebut:

a. Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-undangan;

b. Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang ditentukan dalam

115 Sunarso, Pendidikan Hak Asasi Manusia (Surakarta: CV. Indotama Solo, 2020, 1-2.

116 Istiqomah Fadillah, “Analisis Fiqh Siyasah Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.

46 P/Hum/2018, Tentang Hak Politik Mantan Narapidana Korupsi Menjadi Peserta Pemilu Legislatif” (Skripsi, IAIN Jember,2019), 64.

peraturan perundang-undangan;

c. Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan pemerintahan. 117

Lalu dilanjut dengan pasal 44 demi terwujudnya pemerintahan terbebas dari kesewenangan, yang berbunyi:

Setiap orang berhak sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan pendapat, permohonan, pengaduan, dan atau usaha kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien, baik dengan lisan maupun dengan tulisan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 118 Dari Putusan Mahkamah Agung Nomor 1164 K/Pid.SUS/2010 tanggal 9 juni 2010 bahwa Jumadi hanya dijatuhi hukuman penjara karena kasus korupsi dan tidak terdapat hukuman tambahan berupa pencabutan hak politik yang dijatuhkan kepada Jumadi untuk tidak dapat mencalonkan lagi sebagai anggota legislatif. Secara konstitusi sudah jelas bahwa pemerintah tidak bisa menghilangkan status hak politiknya secara sewenang-wenang dan penjatuhan pidana kepada seseorang harus melewati sistem peradilan atau keputusan hakim yang sesuai diamanahkan dalam KUHP pasal 38 ayat (2) berbunyi “Pencabutan hak mulai berlaku pada hari putusan hakim dapat dijalankan” dan jika sudah dibebaskan maka mantan napi tersebut berhak mendapatkan kebebasannya kembali dalam kehidupan bermasyarakat meski kembali lagi kedalam perpolitikan jika tidak adanya pencabutan hak politik atau pidana tambahan yang diputuskan oleh peradilan kepadanya.

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum bukan

117 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 43.

118 Setneg RI, UU No. 39 Tahun 1999, pasal 44.

berdasarkan kekuasaan belaka seperti yang diamanahkan dalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Muh. Yamin juga memberikan keterangan mengenai hukum di Indonesia bahwa Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat, government of laws) keadilan atas dasar hukum tertulis yang berlaku, bukan negara atas dasar kekuasaan polisi, militer atau kekuasaan yang sewenang-wenang terhadap warganya.119 Jadi negara indonesia dalam menjalankan pemerintahan dan rakyatnya haruslah taat berdasarkan hukum yang telah tertulis atau disahkan oleh lembaga yang berwenang termasuk proses pemidanaan dan proses peradilannya.

Memang benar yang diputuskan oleh Mahkamah Agung untuk memperbolehkan mantan narapidana korupsi dapat mencalonkan lagi sebagai anggota legislatif dengan menghapus beberapa pasal PKPU no. 20 Tahun 2018. Dengan argumen bahwa telah menyalahi peraturan perundang-undangan yang di atasnya dan menyalahi HAM dengan menghilangkan hak politik seseorang tanpa melalui keputusan peradilan yang jelas.

Tapi pandangan penulis perlu sekali melihat unsur terpenting dari negara hukum terlebih dahulu. Seperti pendapat dari Sri Soemantri ada 4 (empat) unsur negara hukum, yaitu:

a. Bahwa pemerintah dalam menjalankan hak dan kewajiban berdasarkan hukum;

b. Terjaminnya hak asasi manusia warga negara;

c. Terdapat pembagian kekuasaan;

119 Firdaus, Hak Asasi Manusia Teori, 38.

d. Adanya pengawasan dari badan peradilan. 120

Dari unsur-unsur yang disebutkan di atas telah jelas bahwa pada prinsipnya konsep negara hukum terdapat tujuan penting yaitu melindungi hak dasar warga negara sebagai seorang manusia dengan cara melakukan pembagian kekuasaan di dalam negara. Lalu dalam bukunya Firdaus Arifin yang berjudul “Hak Asasi Manusia Teori Perkembangan Dan Pengaturan” menjelaskan bahwa dalam mensejahterakan kehidupan bermasyarakat dan perlindungan atas hak dasarnya maka negara harus ikut berperan aktif di dalamnya. Terlibatnya pemerintah negara di semua sektor kehidupan masyarakat dalam rangka mensejahterakan kemaslahatan umumlah yang terpenting jika ingin terwujudnya kesejahteraan masyarakat.121

Cara pelaksanaan peranan ganda pemerintah ini yaitu dengan membuat sebuah konstitusi. Konstitusi adalah suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan dengan atas nama rakyat dan dalam isinya dikenakan pembatasan kekuasaan yang diharapkan dapat menghindari kesewenangan-wenangan oleh pemerintah. Hakikat terbentuknya konstitusi tidak lain demi melindungi hak-hak rakyat sebagai warga negara.122

Dalam naskah pembukaan UUD 1945 berbunyi “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongnya oleh keinginan

120 Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia (Bandung: Alumni, 1992), 29-30.

121 Firdaus, Hak Asasi Manusia Teori, 39.

122 Firdaus, Hak Asasi Manusia Teori, 40.

luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan ini kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum”. Dari situ dapat dinilai kalau negara Indonesia juga sangat menjunjung tinggi kebebasan manusia terlepas dari perbudakan atau penjajahan yang merampas haknya sebagai manusia.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh J.J. Rousseau bahwa hukum kodrati (hak dasar) tidak mewujudkan hak kodrat individu melainkan menganugrahi kedaulatan yang tidak bisa dirampas pada warga negara sebagai satu kesatuan. Jadi, setiap hak yang dicerminkan dari hukum kodrati tertanam pada rakyat sebagai suatu kolektivitas dan dapat dilihat dari pandangan kehendak umum.123

Dengan begitu jelas sudah kalau pemerintah tidak boleh merampas hak-hak dasar rakyat dengan menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang dan pemerintah harus dapat melindungi hak-hak tersebut dengan pembuatan undang-undang yang jelas demi terciptanya masyarakat yang sejahtera, adil dan bermartabat. Lalu dalam pembuatan undang-undangnya pemerintah harus memperhitungkan mana yang terpenting bagi kesejahteraan masyarakat karena prioritas utama dalam pembuatan hukum di Indonesia seperti yang tercantum dalam UUD 1945 adalah demi kesejahteraan masyarakat umum bukan individu mengingat

123 Scott Davidson, Hak Asasi Manusia (Jakarta: Grafiti, 1994), 37.

bahwa kemerdekaan Indonesia atas perjuanngan rakyat secara bersama-sama mengusir para penjajah. Adapun alasan bangsa rakyat Indonesia mengusir para penjajah ialah demi memperjuangkan hak-hak kebebasan mereka. Mengingat manusia bukanlah makhluk yang hidup secara individu, jadi tak mungkin manusia terlepas dari kehidupan sosial yang kodratnya hidup sebagai satu-kesatuan yang utuh.

Sangat penting penulis jabarkan bagaimana kultur dari konsep HAM negara Indonesia karena dalam pertimbangannya Mahkamah Agung sangat memprioritaskan hak dari seorang individu, sedangkan dalam sejarah perjuangan HAM negara Indonesia untuk dapat mengkonsep sebuah undang-undang yang sesuai dengan kondisi negara sangat mengutamakan kesejahteraan umum bukan individu.

Perjalanan bangsa di setiap negara-negara yang ada di dunia memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan Hak Asasi Manusia jadi tak elak setiap negara mempunyai konsep HAM yang berbeda pula. Tapi pada akhirnya tujuan dari sebuah HAM tak lain demi melindungi hak yang sama karena hakikatnya tercipta dalam keadaan yang sama tanpa membedakan agama, suku, ras, bangsa, status sosial dan idiologi yang dipegangnya. 124

Dalam bukunya yang berjudul “Hukum Dan Hak Asasi Manusia”

ditulis oleh Serlika Aprita dan Yonani Hasyim menyebutkan bahwa

124 Serlika Aprita dan Yohani Hasyim, Hukum Dan Hak Asasi Manusia (Bogor: Mitra Wacana Media, 2020), 8.

terdapat perbedaan pandangan konsep HAM oleh negara maju dan berkembang seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Pandangan negara maju menilai bahwa HAM sebagai nilai-nilai universal sebagaimana yang terdapat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) di dalam mukaddimahnya yang berbunyi “...menjamin pengakuan dan penghormatannya yang universal dan efektif..”. Mereka sama sekali tidak menghargai profil sosial budaya yang melekat pada masing-masing bangsa;

b. Pandangan negara berkembang bahwa HAM berdasarkan tuntutan hak solidaritas atau hak bersama. Dengan tuntutan hak solidaritas itulah yang membuat negara berkembang menginginkan tatantan ekonomi dan hukum internasional yang menjamin hak pembangunan, hak perdamaian, hak atas sumber daya alam sendiri, hak atas lingkungan hidup yang baik dan hak atas warisan budaya sendiri.125

Adapun dilansir oleh IMF bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara berkembang. Meskipun negara Indonesia termasuk negara berkembang tak lepas pula dalam pengembangan dan perlindungan HAM Universal yang diatur dalam DUHAM. Pengembangan dan perlindungan HAM kepada manusia di berbagai negara bukanlah sesuatu proses yang mudah karena keanekaragaman latar belakang dari segi sejarah, kebudayaan, sosial, latar belakang politik, agama dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Karena perbedaan inilah yang membuat terjadi perbedaan pandangan dalam perumusan HAM dari berbagai negara.

Dengan mengetahui bahwa negara-negara di dunia tidak memiliki kesamaan dalam berbagai aspek seperti politik, sosial, budaya dan ekonomi. Maka dari itu pemerintah Indonesia harus dapat mengkombinasikan HAM nasional dengan instrumen HAM internasional

125 Aprita dan Hasyim, Hukum Dan Hak Asasi, 3.

agar dapat diakui oleh PBB yang bercorak keanekaragaman budaya di Indonesia supaya menjadi sebuah keseragaman yang tidak saling bertentangan. Adapun terjadinya ketidak keseragaman dalam pelaksanaan HAM dalam berbagai negara terdapat 4 (empat) alasan di antara lain:

a. Perancangan dan pembentukan berbagai perjanjian internasional di bidang hak asasi manusia sangat bertentangan dengan kerangka berfikir dari perancangnya;

b. Terdapat perdebatan di saat perjanjian internasional;

c. Isi dari HAM tidak lain hanya untuk kepentingan politik;

d. Perjanjian internasional tentang HAM kerap mendapatkan perhatian setengah hati oleh negara berkembang.126

Bukan hanya saat Perjanjian Internasional saja terjadi perselisihan akan tetapi Indonesia pernah mengalaminya saat UUD 1945 dibicarakan terjadi perbedaan pandangan. Soekarno dan Soepomo pernah berpendapat bahwa HAM berasal dari kebebasan individual, maka dari itu tidak cocok jika HAM diterapkan di Indonesia karena berpaham kolektivitas/sosialis.

Menurut mereka warga dan negara itu merupakan satu kesatuan sehingga dengan sendirinya akan memperhatikan hak warga negara, akan mustahil jika negara akan menindas warga negaranya. Berbeda dengan pendapat Moh. Hatta yang berpendapat bahwa ia tidak mempermasalahkan dari mana asal paham HAM tersebut, tetapi HAM haruslah tetap diundangkan dalam peraturan Indonesia karena demi melindungi warga negara indonesia dari kekuasaan yang sewenang-wenang. Yang pada akhirnya

126Aprita dan Hasyim, Hukum Dan Hak Asasi, 8-9.

mereka bersepakat kalau perlindungan hak dasar tersebut tercantum dalam UUD 1945 dengan memprioritaskan kesejahteraan umum.127

UUD 1945 merupakan konstitusi yang menjadi dasar atau rujukan untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Konstitusi suatu produk hukum ciptaan dari para pemuda-pemuda bangsa dengan latar belakang yang berbeda dan budaya Indonesia.128 Agar mengetahui perbedaan konsep HAM negara Indonesia dengan negara lain maka penulis mengambil contoh dari produk HAM barat. Adapun letak perbedaan produk HAM barat dengan Indonesia terletak pada penyusunan konstitusi yang berdasarkan sejarah masing-masing, perbedaannya ialah:

a. Budaya barat berasal dari kaum imigran yang sangat menginginkan kebebasan yang tidak pernah didapat di negara asalnya sebelum datang ke Amerika Serikat. Perlindungan HAM barat di condongkan kepada internalisasi antara penguasa dan warga masyarakat. Sehingga kriminalisasi pelanggaran HAM selalu bertuju kepada perbuatan penguasa;

b. Sedangkan negara Indonesia bukanlah berasal dari kaum imigran jadi sangat menentang penjajahan yang merebut kemerdekaan mereka sebagai manusia dan bercondong perlindungan terhadap keharmonisan nilai kehidupan bermasyarakat. Sehingga hubungan internalisasi di Indonesia bertuju kepada warga masyarakat dan penguasa yang bersifat serasi, selaras dan seimbang. Jadi perbuatan kriminalisasi

127 Firdaus, Hak Asasi Manusia Teori, 62.

128 Firdaus, Hak Asasi Manusia Teori, 63.

pelanggaran HAM di Indonesia tidak selalu ditujukan kepada perbuatan penguasa saja tetapi juga dari warga masyarakat yang memiliki asal-usul etnis yang berbeda. 129

Perjalanan perkembangan HAM yang berbeda tersebut berdampak terhadap pembuatan konstitusi. Konsep dari perlindungan HAM yang ada di Indonesia tak jauh beda dengan penataan HAM dengan negara lain karena tujuan utama dari pembuatan HAM sendiri ialah demi melindungi hak-hak dasar warga negara untuk hidup, bebas, mendapatkan keadilan dan lain-lain terlepass dari latar belakang yang berbeda seperti agama, etnis, idiologi dan kedudukan. Jadi pada hakikatnya Hak Asasi Manusia hanya untuk memanusiakan manusia karna memang terlahir sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang maha esa.

Perjalanan panjang pemuda-pemuda Indonesia untuk dapat mengusir para penjajah sejak awal demi memperjuangkan Hak Asasi Manusia itu sendiri yaitu hak untuk terbebas dari penindasan yang tidak manusiawi. Hal tersebut telah jelas sekali tertulis pada pembukaan UUD 1945 yang mencantumkan dengan kata-kata: “...kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusia dan prikeadilan...”130

Manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang maha esa diberikan hak untuk berbudi pekerti dan berkehendak bebas atau merdeka terlepas dari segala tindakan yang menghilangkan hak-hak sebagai manusia. Bukan

129 Firdaus, Hak Asasi Manusia Teori, 64-65.

130 Setneg RI, UUD NRI Tahun 1945.

hanya Indonesia tetapi juga berlaku kepada negara-negara yang ada.

Negara harus memberikan kebebasan rakyat dalam menentukan bentuk pemerintahannya dan struktur-struktur susunan pemerintahan sesuai yang diinginkan. Maka dari itulah Indonesia dalam UUD 1945 sangat menentang yang berkaitan dengan penjajahan karena penjajahan suatu tindakan yang tidak berkemanusian dan tidak berprikeadilan.

Lalu pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia telah mengantarkan kehidupan sosial yang adil, makmur, berdaulat dan merdeka. Dengan itu Indonesia membentuk pemerintahan Negara Indonesia demi melindungi rakyat dengan mementingkan kesejahteraan umum berdasarkan keadilan sosial.

Susunan dalam pemerintahannya atas kedaulatan rakyat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh permusyawaratan dan perwakilan demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.131 Pancasila ke 2 juga menyebutkan bahwa kemanusian yang adil dan beradab. Terang sudah isi tersebut cerminan dari HAM karena di dalam UUD 1945 dan Pancasila tersebut mengandung:

a. Pembuatan peraturan HAM yang dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan yang maha esa.

b. Dapat meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa.

c. Tetap dalam kedaulatan rakyat yang demokratis.

131 Setneg RI, UUD NRI Tahun 1945.

d. Memprioritaskan kesejahteraan umum.

Dari situlah konsep HAM negara barat sangat berbeda dengan konsep HAM negara Indonesia yang mementingkan kesejahteraan masyarakat dengan mengutamakan kesejahteraan umum atau kolektivitas akan tetapi tetap memperhatikan kepentingan individu. Mengingat banyaknya perbedaan suku, etnis, idiologi dan agama yang tersebar di wilayah Indonesia membuat pemerintah menerbitkan peraturan yang dapat menciptakan keharmonisan antara individu, masyarakat dan pemerintah. Adapun cara paling efektif dalam membuat peraturan agar menjadi hukum yang sah adalah dengan menggunakan media musyawarah dan mufakat demi terciptanya keseimbangan antar komponen bangsa.

Menurut penulis, Mahkamah Agung hanya melihat dari konteks Undang-Undang saja akan tetapi tidak melihat sejarah dan konsep HAM negara Indonesia yang sebenarnya berbeda sekali dengan konsep HAM dengan negara lainnya. Seharusnya hakim dapat mempertimbangkan keutamaan dari prioritas kesejahteraan umum dengan melarang mantan narapidana korupsi sebagai anggota legislatif. Memang hakim MA sangat mempertimbangkan hak politik dari pemohon akan tetapi melihat dari prioritasnya daripada mengabulkan permohonan dari seorang individu maka yang lebih utama adalah kesejahteraan umum dengan cara memberikan keputusan yang tegas dengan melarang mantan narapidana korupsi mencalonkan sebagai anggota legislatif. Nyatanya PKPU No. 20

Tahun 2018 sudah sangatlah jelas sesuai dengan UUD 1945 sedangkan UU No. 7 Tahun 2017 sangat tidak mencerminkan keadilan dan kesejahteraan umum yang sebagian dari tujuan terwujudnya negara Indonesia sebagaimana yang tercantum di dalam UUD 1945.

2. Pandangan HAM terhadap Korupsi

Jumadi merupakan mantan narapidana korupsi yang telah membayar kesalahannya dengan mendekam di dalam penjara. Sudah banyak media cetak maupun elektronik memberikan berita mengenai korupsi di Indonesia dan banyak sekali komentar negatif dari masyarakat yang tidak mempercayai pemerintah karena bukan hanya perilaku korupsi tetapi juga membuat peraturan maupun putusan pengadilan yang memberikan peluang bagi para koruptor untuk melakukan kriminalisasi di dalam pemerintahan.

Berbicara mengenai HAM pemerintah harus dapat melindungi hak-hak dasar dari segenap masyarakatnya yaitu dengan cara memberikan sebuah konstitusi. Perlindungan HAM ini diantara lain secara hakikatnya demi melindungi hak warga negara dari pemerintahan yang sewenang-wenang.

UUD 1945 juga menegaskan dalam pasalnya 28J ayat (2) yang berbunyi: “dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai

dengan moral, nilai-nilai agama, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”.132 Jadi setiap elemen yang ada di dalam negara indonesia yaitu pemerintah dan masyarakatnnya berkewajiban mematuhi undang-undang yang telah berlaku dan dalam membuat peraturan tersebut lembaga yang berwenang harus mempertimbangkan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan prioritas kesejahteraan umum.

Dari isi tersebut dapat ditemukan bahwa Indonesia memiliki landasan hukum yang berbeda dengan negara-negara lain. Sudah jelas Indonesia dalam membuat hukumnya sangat mempertimbangkan moral, nilai-nilai agama dan kesejahteraan umum. Indonesia adalah negara hukum Pancasila yang pada sila pertamanya menyatakan “Ketuhanan yang maha esa” jadi tidak ada celah bagi para ateisme hidup di negara Indonesia dan prioritas utama penegakan HAMnya demi kemaslahatan umum bukanlah individu akan tetapi dalam penerapannya tetap menghormati hak-hak individualnya.

Hubungan HAM dengan korupsi memanglah berkaitan karena perilaku korup tak lepas dari perillaku kesewenang-wenangan kekuasaan yang merampas hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Korupsi sering sekali dikaitkan dengan masalah negara jadi tak elak dengan pengambilan uang rakyat secara sewenang-wenang oleh pemerintah yang tidak amanah. Perilaku ini dapat menjadikan kemiskinan, rendahnya

132 Setneg RI, UUD NRI Tahun 1945, pasal 28J ayat (2).

tingkat pendidikan, terhambatnya pembangunan nasional dan kesehatan, tak lupa pula tidak maksimalnya pelayanan publik.

Korupsi di Indonesia memang sangatlah mendarah daging ke dalam masyarakat maupun pemerintahan jadi perlu sekali lembaga yang berwenang dapat mengkonsep suatu peraturan yang bisa mengurangi atau menghilangkan perilaku buruk ini supaya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dan mengambil kepercayaan mereka bahwa pemangku pemerintahan merupakan seorang yang jujur, dipercaya, bersih dan dapat menjalankan amanahnya demi kemaslahatan masyarakat. Penulis sudah menjelaskan di atas bahwa terbentuknya peraturan di negara hanya demi melindungi hak-hak dari warga negaranya. Seharusnya pemerintah harus dapat memberikan Undang-Undang yang dapat memberikan para pelaku korup jera, merenungi atas tindakannya dan dapat berfikir dua kali sebelum melakukan tindakan korupsi tersebut.

Setelah berlakunya UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK disahkan telah mengkonfirmasikan bahwa kejahatan korupsi merupakan kejahatan luar biasa jadi dalam penanganannya pun tidak boleh dengan hal biasa jadi harus ditangani secara khusus dan luar biasa. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian UMUM UU KPK tersebut yang berbunyi:

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek

kehidupan masyarakat. 133

Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Begitu pun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa.

Penegakan hukum untuk memberantas korupsi yang dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan.

Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan luas dan independen serta bebas dari kekuasaan manapun yang pelaksanaannya dilakukan secara optimal, intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan.

Diketahui bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa atau extra ordinary crimes bisa dilihat dalam Undang-Undang Pengadilan HAM di Indonesia telah menjelaskan dibagian UMUM yang berbunyi:

Pelanggaran hak asasi manusia yang berat merupakan "extra ordinary crimes" dan berdampak secara luas baik pada tingkat nasional maupun internasional dan bukan merupakan tindakan

133 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dokumen terkait