V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Desa Barengkok 5.1 Keadaan Umum Desa Barengkok
5.6 Analisis IFE
Dari identifikasi lingkungan internal, dapat diketahui kekuatan dan kelemahan Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Kekuatan kelompok digunakan untuk melakukan pengembangan usaha. Sedangkan kelemahan
kekuatan dan kelemahan dari Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Analisis IFE Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri
No Faktor Internal Perusahaan Bobot Rating Skor
1 Memiliki budaya disiplin yang tinggi 0.08974 4 0.358974
2 Rasa kekeluargaan&kebersamaan yang tinggi 0.0625 3.5 0.21875
3 Pelatihan berjalan dengan baik 0.05288 3 0.158654
4 Kemudahan untuk menjadi anggota 0.05288 3 0.158654
5 Benih yang dihasilkan memenuhi kriteria SNI 0.10897 4 0.435897
6 Adanya kerjasama dengan koperasi dan pabrik pakan 0.0625 3 0.1875
7 Mampu menghasilkan pakan alami 0.06891 3.5 0.241186
8
Satu-satunya kelompok pembenih di Kecamatan
Leuwiliang 0.0625 3.5 0.21875
9 Keterbatasan induk gurame 0.08974 2 0.179487
10 Teknis penghitungan telur masih tradisional 0.09135 1 0.091346
11 Keterbatasan modal 0.09455 2 0.189103
12 Pencatatan data kurang sistematis 0.06891 2 0.137821
13 Tingkat mortalitas yang tinggi 0.09455 1 0.094551
Total 2.67067
Berdasarkan Tabel 17, kekuatan yang dimiliki oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri yang paling dominan adalah benih yang dihasilkan memenuhi kriteria SNI dengan skor 0.435897 dan kekuatan dengan skor terkecil adalah kemudahan masuknya anggota baru dengan skor sebesar 0.158654. Sedangkan kelemahan yang dimiliki dengan skor tertinggi sebesar 0.189103 adalah keterbatasan modal dan kelemahan dengan skor terendah sebesar 0.094551. Proses pembobotan dan peratingan dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.7 Analisis EFE
Analisis EFE adalah identifikasi terhadap lingkungan di luar Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri sehingga diperoleh peluang yang dapat dijadikan sebagai kekuatan dan ancaman yang harus diwaspadai dan dihindari. Adapun peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dapat dilihat pada Tabel 18.
Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa peluang dengan skor terbesar adalah tersedianya air yang secara bekelanjutan dengan skor sebesar 0.513889 dan peluang dengan skor terkecil adalah adanya program bantuan selisih harga benih ikan sebesar 0.239583. Sedangkan ancaman dengan skor terbesar dan
terkecil adalah adanya hama dan penyakit yang menyerang ikan dan perubahan iklim dan cuaca yang mencolok yaitu sebesar 0.263889 dan 0.142361. Adapun proses peratingan dan pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 18. Analisis EFE Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri
No Faktor eksternal Bobot Rating Skor
1 Tersedianya air secara berkelanjutan 0.128472 4 0.513889
2 Adanya dukungan dari pemerintah setempat 0.114583 3.5 0.401042
3 Adanya program Bantuan selisih harga benih ikan 0.079861 3 0.239583
4
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang pesat 0.111111 4 0.444444
5 Tingkat permintaan yang tinggi 0.100694 4 0.402778
6
Adanya induk gurame (porselen) dengan kualitas
unggul 0.121527 4 0.486111
7 Kenaikan harga BBM 0.069444 2 0.138889
8 Perubahan iklim dan cuaca yang mencolok 0.142361 1 0.142361
9 Adanya hama dan penyakit yang menyerang ikan 0.131944 2 0.263889
Total 3.032986
5.8 Analisis SWOT
Analisis SWOT terdiri atas analisis terhadap faktor internal berupa kekuatan(Strengths) dan kelemahan (Weakness), serta faktor eksternal yang berupa peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi terhadap berbagai kekuatan(Strengths) dan kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats).
Perumusan alternatif strategi yang akan diterapkan oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dilakukan berdasar pada hasil analisis pada matriks IFE dan EFE yang diformulasikan kembali dengan melakukan penyesuaian antara kekuatan internal yang dimiliki dengan kekuatan eksternal yang dihadapi. Hasil penyesuaian dapat dilihat pada matriks SWOT pada Gambar 9.
INTERNAL
EKSTERNAL
STRENGTHS (S)
9. Memiliki budaya disiplin
yang tinggi
10. Rasa kekeluargaan dan
kebersamaan yang tinggi 11. Pelatihan berjalan dengan
baik
12. Kemudahan untuk menjadi
anggota
13. Benih yang dihasilkan
memenuhi kriteria berdasar SNI
14. Adanya kerjasama dengan
koperasi dan pabrik pakan
15. Mampu menghasilkan pakan alami 16. Satu-satunya kelompok pembenih di Kecamatan Leuwiliang WEAKNESS (W) 6. Keterbatasan persediaan induk gurame
7. Teknik penghitungan telur
tergolong masih tradisional
8. Keterbatasan modal
9. Pencatatan data Kelompok
UPR Gurame Mitra Karya Mandiri belum sistematis 10. Tingkat mortalitas yang
tinggi
OPPORTUNITIES (O)
7. Tersedianya air secara
berkelanjutan
8. adanya dukungan dari
pemerintah
9. Adanya Program
Penyaluran Bantuan Selisih Harga Benih Ikan
10. Perkembangan teknologi
informasi dan
komunikasi yang pesat
11. Tingkat permintaan benih
yang tinggi
12. Adanya induk gurame
(porselen) dengan kualitas unggul
STRATEGI SO SO1. Meningkatkan jumlah
produksi untuk memenuhi permintaan pasar (S1, S2, S5, S7, S8, O1, O3, O5, O6)
SO2. Meningkatkan dan
mempertahankan mutu dan kualitas benih untuk memperoleh dan menjaga kepercayaan dari pembeli (S1, S3, S5, S6, O1, O2, O3, O4, O5)
SO3. Menggunakan induk
gurame yang unggul (S1, S3, S8, O2, O3, O4, O5, O6)
STRATEGI WO WO1. Memperbaiki teknik
penghitungan telur dengan cara sampling (W2, W3, W4, W5, O1, O5)
WO2. Berusaha dalam
pengadaan induk gurame secara mandiri (W2, O1, O5)
THREATS (T)
10. Kenaikan harga BBM
11. Perubahan iklim dan
cuaca yang mencolok
12. Adanya hama dan
penyakit yang menyerang ikan
STRATEGI ST ST1. Mengatur pola tanam (S1,
S2, S3, S5, S6, S7, S8, T2, T3)
ST2. Menggunakan biaya
secara efektif dan efisien (S1, S2, S4, S5, S7, S8, T1) STRATEGI WT WT 1. Memperbaiki sistem pencatatan dan menginformasikan kepada anggota (W2, W3, W4, W5, T1)
WT 2. pemberian vaksin pada
benih gurame (W1, W2, W3, W4, W5, T1, T2, T3)
WT3. Menambah fasilitas
produksi guna meminimalisir tingkat mortalitas benih (W1, W2, W3, W4, W5, T2)
Gambar 9. Matriks SWOT UPR Gurame Mitra Karya Mandiri
Berdasarkan Gambar 9, dapat diketahui empat jenis strategi alternatif. Empat strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. STRATEGI SO
Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh tiga strategi SO yang dapat diimplementasikan oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Strategi yang pertama adalah meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan pasar. Strategi ini didasarkan atas kekuatan S1, S2, S5, S6, S7 dan S8 yaitu memiliki budaya disipin yang tinggi, benih yang dihasilkan memenuhi kriteria SNI, adanya kerjasama dengan koperasi dan pabrik pakan, mampu menghasilkan pakan alami, dan satu-satunya kelompok pembenih di Kecamatan Leuwiliang untuk memanfaatkan peluang O1, O2, O3, O5 dan O6 yaitu tersedianya air secara berkelanjutan, adanya dukungan dari pemerintah, adanya Program Penyaluran Bantuan Selisih Harga Benih Ikan, tingkat permintaan benih yang tinggi, dan adanya induk gurame (porselen) dengan kualitas unggul. Peningkatan jumlah produksi dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasar. Strategi ini dilaksanakan dengan cara menggunakan sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin.
Strategi yang kedua adalah meningkatkan dan mempertahankan mutu dan kualitas benih untuk memperoleh dan menjaga kepercayaan dari pembeli. Strategi ini didasarkan atas kekuatan S1, S3, S5, dan S6 untuk memanfaatkan peluang O1, O2, O3, O4, dan O5. Implementasi strategi ini dilakukan dengan cara melakukan percobaan secara mandiri mengenai informasi teknologi pembenihan yang diperoleh dari pelatihan dari instansi tertentu
Strategi yang ketiga adalah menggunakan induk gurame yang unggul (gurame porselen). Strategi ini didasarkan atas kekuatan S1, S3, S8 untuk memanfaatkan peluang O2, O3, O4, O5 dan O6. Strategi ini dapat dilakukan dengan mencoba melakukan pembenihan dengan induk gurame jenis porselen dan membandingkan dengan pembenihan dengan induk jenis yang sudah digunakan.
2. STRATEGI WO
Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh tiga strategi WO yang dapat dilakukan oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Strategi WO yang
pertama adalah memperbaiki teknik penghitungan telur dengan cara sampling. Strategi ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan W2, W3, W4, danW5 dengan memanfaatkan peluang O1 dan O5. Teknik penghitungan telur yang
menggunakan sendok memiliki resiko pecahnya telur yang mengakibatkan turunnya tingkat produksi. Hal ini dapat dikurangi dengan teknik penghitungan dengan cara sampling yang diharapkan dapat menurunkan resiko pecahnya telur akibat goncangan.
Strategi untuk mengatasi kelemahan dan memanfaatkan peluang yang kedua adalah berusaha dalam pengadaan induk gurame secara mandiri.
Kelemahan yang berhubungan dengan strategi ini adalah keterbatasan persediaan induk gurame (W2). Sedangkan peluang yang dimanfaatkan adalah O1 dan O5 yaitu tersedianya air secara berkelanjutan dan tingkat permintaan yang tinggi. Strategi pengadaan induk gurame dapat dilakukan dengan melakukan pembesaran benih di kolam pembesaran benih. Strategi ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap induk gurame sehingga dapat meningkatkan jumlah pembeli.
3. STRATEGI ST
Dari analisis SWOT diperoleh tiga strategi ST. Strategi ST yang pertama adalah mengatur pola tanam untuk mengindari keadaan alam yang tidak
mendukung. Strategi yang pertama ini memanfaatkan kekuatan S1, S2, S3, S5, S6, S7, dan S8 untuk menghindari ancaman T2 dan T3. strategi ini dilakukan dengan cara pembagian anggota menjadi beberapa kelompok kecil yang setiap bagiannya membudidayakan tidak sama dengan bagian yang lain dalam hal waktu tanam benih.
Strategi ST yang kedua adalah menggunakan biaya secara efektif dan seefisien mungkin. Strategi ini memanfaatkan kekuatan S1, S2, S4, S5, S7, dan S8 untuk menghindari ancaman T1. Tindakan yang dapat dilakukan pada strategi ini adalah meningkatkan produksi pakan alami sehingga tingkat konsumsi benih terhadap pakan alami dapat ditingkatkan. Selain itu juga, tindakan yang lain adalah berusaha dalam pengadaan pakan buatan secara mandiri.
4. STRATEGI WT
Dari analisis SWOT, alternatif strategi yang dapat dilakukan ada empat. Strategi yang pertama adalah memperbaiki sistem pencatatan dan
menginformasikan kepada anggota. Strategi ini meminimalkan kelemahan W2, W3, W4, dan W5 untuk menghindari ancaman T1. Dengan pencatatan yang lebih sistematis, diharapkan dapat diketahuinya faktor-faktor produksi yang
penggunaannya tidak efektif dan efisien. Selain itu, dapat diketahui tingkat kerugian akibat ancaman T2 dan T3 sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama di waktu yang akan datang.
Strategi WT yang kedua adalah pemberian vaksin pada benih Ikan Gurame. Strategi ini dilakukan untuk meminimalkan kelemahan W2, W3, W4, dan W5 untuk menghindari ancaman T1, T2, dan T3. Pemberian vaksin dilakukan dengan tujuan mengurangi tingkat mortalitas benih. Vaksinasi dapat dilakukan pada benih Ikan Gurame yang berumur lebih dari dua minggu. Adapun cara pembenihan vaksin yaitu, benih Ikan Gurame direndam dalam larutan vaksin selama 30 menit dengan dosis 1 ml vaksin dicampur dalam 10 liter air untuk 150 ukuran benih. Vaksinasi ini telah mampu memberikan kekebalan selama empat bulan dengan masa inkubasi 15 hari.
Strategi WT yang terakhir adalah menambah fasilitas yang bertujuan untuk meminimalisir tingkat mortalitas benih. Strategi ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan W2, W3, W4, dan W5 untuk menghindari ancaman T2. strategi menambah fasilitas ini berguna jika fasilitas yang ditambahkan dapat
meminimalisir tingkat mortalitas benih. Adapun salah satu contohnya adalah pemberian naungan atau penghalang masuknya sinar matahari dan air hujan secara langsung untuk meminimalisir resiko akibat penurunan suhu air yang dapat berakibat fatal terhadap keberlangsungan hidup benih.
Prioritas strategi berdasarkan analisis SWOT yaitu:
• Meningkatkan dan mempertahankan mutu dan kualitas benih untuk memperoleh dan menjaga kepercayaan dari pembeli.
• Meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan pasar. • Menggunakan induk gurame yang unggul .
Tabel 19. Pemberian Skor terhadap Hasil Analisis Matriks SWOT
Strategi Penjumlahan Skor Skor Peringkat
SO1 S1+S2+S5+S7+S8+O1+O3+O5+O6 3.115919 2 SO2 S1+S3+S5+S6+O1+O2+O3+O4+O5 3.142762 1 SO3 S1+S3+S8+O2+O3+O4+O5+O6 2.309294 3 WO1 W2+W3+W4+W5+O1+O5 1.429488 6 WO2 W2+O1+O5 1.008013 8 ST1 S1+S2+S3+ S5+S6+S7+S8+T2+T3 2.225962 4 ST2 S1+S2+S4+S5+S7+S8+T1 1.771101 5 WT1 W2+W3+W4+W5+T1 0.65171 10 WT2 W1+W2+W3+W4+W5+T1+T2+T3 1.237447 8 WT3 W1+W2+W3+W4+W5+T2 0.834669 9 5.9 Analisis IE
Analisis yang digunakan untuk pengambilan keputusan selanjutnya adalah analisis dengan matriks IE. Matriks IE merupakan hasil penggabungan antara analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal yaitu dari skor matriks IFE dan EFE. Total skor pada matriks IFE diplotkan pada sumbu x yang
menggambarkan kekuatan internal dari Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Sedangkan total skor pada matriks EFE diplotkan pada sumbu y yang menggambarkan daya tarik industri di mana dalam hal ini adalah daya tarik usaha pembenihan gurame. Pertemuan kedua skor pada kedua sumbu akan diplotkan ke dalam matriks IE yang terbagi menjadi sembilan sel untuk mengetahui posisi perusahaan yang diketahui dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Pengetahuan mengenai posisi persaingan dapat membantu dalam penentuan alternatif strategi yang akan diimplementasikan oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri.
Berdasarkan hasil analisis pada matriks IFE dan EFE, dapat diketahui posisi Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dengan memplotkan skor IFE sebesar 2.67067 dan skor EFE sebesar 3.032986pada sumbu x dan y sehingga diketahui bahwa posisi Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri terletak pada sel ke II. Pada posisi tersebut, perusahaan berada pada posisi internal yang sedang dan juga kekuatan eksternal yang sedang Hasil perolehan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 10.
Kekuatan Internal Bisnis
4,0 Tinggi 3,0 Sedang 2,0 Rendah 1,0
D ay a T ar ik I n d u st ri Tinggi I Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri III 3,0 Sedang IV V VI 2,0 Rendah VII VIII IX 1,0
Gambar 10. Matriks IE Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri
Perusahaan yang berada pada posisi kekuatan internal bisnis sedang dan daya tarik industri tinggi, strategi terbaik adalah tumbuh dan kembangkan. Pada strategi ini, alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah integrasi ke belakang, integrasi horizontal, dan strategi pengembangan produk.
Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar (David 2006). Integrasi ke belakang dapat diimplementasikan oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dengan melakukan strategi pengadaan pakan dan induk Ikan Gurame secara mandiri. Dengan strategi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan tingkat efektif dan efisiennya penggunaan faktor-faktor produksi.
Strategi yang ke dua adalah integrasi horizontal. Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan (David 2006). Pada Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri, strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan pengaturan pola tanam. Strategi tersebut dapat dicapai dengan cara mendiskusikan antar anggota
kelompok sehingga diperoleh kesepakatan dalam pengaturan pola tanan. Dengan strategi ini, diharapkan dapat meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pembeli terhadap Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri karena dapat memenuhi setiap permintaan benih Ikan Gurame secara kontinu.
Sedangkan strategi yang terakhir adalah adalah dengan melakukan pengembangan produk. Pengembangan produk yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan peningkatan jumlah kuantitas dari benih Ikan Gurame. Strategi ini dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu menggunakan induk Gurame
Porselen, memperbaiki teknik produksi dari tahap telur sampai benih ikan gurame ukuran siap jual.