• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI BISNIS USAHA PEMBENIHAN IKAN

GURAME PADA KELOMPOK UPR GURAME MITRA

KARYA MANDIRI, DESA BARENGKOK, KECAMATAN

LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR

PROVINSI JAWA BARAT

MUHAMMAD FAIS

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

ANALISIS STRATEGI BISNIS USAHA PEMBENIHAN IKAN GURAME PADA KELOMPOK UPR GURAME MITRA KARYA MANDIRI, DESA BARENGKOK, KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

Muhammad Fais C44104073

(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD FAIS. Analisis Strategi Bisnis Usaha Pembenihan Ikan Gurame pada Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri, Desa

Barengkok, Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat . Dibimbing oleh NARNI FARMAYANTI.

Unit pembenihan Rakyat Gurame Mitra Karya Mandiri adalah kelompok pembudidaya yang bergerak dalam bidang pembenihan Ikan Gurame. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, UPR ini banyak menghadapi

permasalahan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal UPR yang berpengaruh terhadap kegiatan bisnis UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Oleh karena itu, UPR Gurame Mitra Karya Mandiri memerlukan strategi bisnis yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut agar UPR dapat menghadapi persaingan dalam usaha pembenihan Ikan Gurame. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi UPR Mitra karya mandiri dan merumuskan strategi yang tepat bagi UPR Mitra karya mandiri.

Penyusunan strategi diawali dengan menganalisis lingkungan internal yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan dan lingkungan eksternal yang terdiri atas peluang dan ancaman. Selanjutnya dilakukan analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation), kemudian dilakukan penentuan alternatif strategi dengan analisis IE (Internal-External) dan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats). Pada tahap terakhir

dilakukan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk memilih prioritas strategi dari hasil analisis IE dan SWOT.

Hasil analisis terhadap faktor internal UPR yaitu teridentifikasi 8 kekuatan dan 5 kelemahan yang dimiliki UPR Mitra karya mandiri. Kekuatan yang paling dominan adalah benih Ikan Gurame yang dihasilkan memenuhi kriteria SNI, sedangkan kelemahan UPR Mitra karya mandiri yang paling dominan yaitu tingkat mortalitas yang tinggi. Hasil analisis faktor eksternal UPR Mitra karya mandiri yaitu teridentifikasi 6 peluang dan 3 ancaman. Peluang UPR yang paling dominan yaitu tersedianya air secara berkelanjutan, sedangkan ancaman UPR yang paling dominan adalah kenaikan harga BBM. Setelah tahap akhir perumusan strategi diperoleh tiga prioritas strategi berdasarkan analisis QSPM, yaitu

meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan pasar, meningkatkan dan mempertahankan mutu dan kualitas benih untuk memperoleh dan menjaga kepercayaan dari pembeli, dan Menggunakan induk gurame yang unggul. Kata kunci: strategi, bisnis, benih Ikan Gurame, internal, eksternal.

(4)

© Hak cipta milik Muhammad Fais, 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi skripsi ini dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya,

(5)

ANALISIS STRATEGI BISNIS USAHA PEMBENIHAN IKAN

GURAME PADA KELOMPOK UPR GURAME MITRA

KARYA MANDIRI, DESA BARENGKOK, KECAMATAN

LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR

PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD FAIS C44104073

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Analisis Strategi Bisnis Usaha Pembenihan Ikan Gurame pada Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri, Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Muhammad Fais Nomor Pokok : C44104073

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc. NIP. 131 918 658

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya. M. Sc. NIP. 131 578 799

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pasuruan pada tanggal 3 Agustus 1986 dari pasangan Bapak Muhammad Nur Fithri dan Ibu Mahmudah. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri 1 Manyar Gresik dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan,

Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti berbagai organisasi. Pada tahun 2004-2008 penulis menjadi pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Surabaya, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo yaitu Himpunan Mahasiswa Surabaya Plus (HIMASURYA+). Pada tahun 2005-2007 penulis aktif dalam organisasi Himpunan Profesi Departemen SEI yaitu

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan (HIMASEPA) dan pada tahun yang sama penulis aktif menjadi pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah

(OMDA) yaitu Ikatan Keluarga Besar Alumni dan Mahasiswa Pondok Pesantren Darul Ulum Istitut Pertanian Bogor (IKALUM PPDU IPB).

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang selalu

tercurahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Strategi Bisnis Usaha Pembenihan Ikan Gurame Pada Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri, Desa Barengkok, Kecamatan Leuwiliang,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa barat”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1) Ayahanda Muhammad Nur Fithri dan Ibunda Mahmudah tercinta serta adikku Ali Ridlo, Ali Hadi, dan Muhammad Sahal yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materiil serta kasih sayang dan doa yang tulus;

2) Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, serta waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

3) Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS dan Ir. Anna Fatchiya selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengetahuan lebih kepada penulis; 4) Bapak Uka Iskandar selaku Ketua Kelompok UPR Gurame Mitra Karya

Mandiri, Bapak Rusmanuddin selaku Sekretaris selaku Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri, serta anggota-anggota Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri yang telah banyak memberikan bantuan dalam pengambilan data penelitian;

5) Teman-teman SEI 41 yang selalu memberikan rasa kebersamaan, keceriaan dan semangat dalam berjuang menimba ilmu selama kuliah; 6) Keluarga Besar ”SAWIT” (Toni, An’im, Iyal, Andrew, Nazar, Akhis, Mas

Farid, Asif, Beni, Saipul) atas semangat serta dukungan yang diberikan kepada penulis;

(9)

7) Semua pihak yang telah memberi masukan dan bantuan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari harapan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun diharapkan untuk

memperbaiki penulisan ke depan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, 1 Agustus 2008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan ... 3

1.4.Kegunaan Penelitian... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Deskripsi Ikan Gurame ... 4

2.1.1. Penyiapan Sarana dan Produksi... 5

2.1.2. Proses Produksi ... 7

2.2.Kelompok Pembudidaya Ikan Air Tawar ... 10

2.3.Strategi ... 11

2.4.Manajemen Strategis ... 13

2.5.Proses Manajemen Strategis ... 14

2.6.Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 15

2.7.Analisis Lingkungan Perusahaan ... 16

2.7.1. Lingkungan Internal ... 16

2.7.2. Lingkungan Eksternal ... 18

2.8.Analisis External Factor Evaluation (EFE) ... 19

2.9.Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) ... 20

2.10. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) . 21 2.11. Analisis Internal External (IE) ... 22

2.12. Analisis Quantitive Strategy Planning Matrix (QSPM) ... 23

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 25

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

4.1.Metode Penelitian... 28

4.2.Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3.Metode Penentuan Responden ... 29

4.4.Metode Analisis Data ... 29

4.4.1. Penentuan Bobot ... 29 4.4.2. Analisis IFE ... 30 4.4.3. Analisis EFE ... 31 4.4.4. Analisis SWOT ... 33 4.4.5. Analisis IE ... 34 4.4.6. Analisis QSPM ... 35

(11)

Halaman

4.5.Batasan Operasional ... 37

4.6.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1.Keadaan Umum Desa Barengkok ... 39

5.2.Keadaan Umum Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 40

5.2.1. Sejarah Kelompok ... 40

5.2.2. Keadaan Lokasi Usaha ... 40

5.2.3. Visi dan Misi ... 41

5.2.4. Perkembangan UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 41

5.3.Analisis Lingkungan Internal ... 44

5.3.1. Struktur Organisasi ... 44

5.3.2. Budaya Kelompok ... 47

5.3.3. Sumber Daya Keuangan ... 48

5.3.3.1. Sumber Modal ... 48

5.3.3.2. Kepemilikan ... 49

5.3.4. Sumber Daya Manusia ... 50

5.3.4.1. Anggota Kelompok ... 50

5.3.4.2. Proses Menjadi Anggota Kelompok ... 50

5.3.4.3. Pelatihan yang Pernah diikuti ... 51

5.3.5. Pemasaran ... 51 5.3.5.1. Fungsi Pemasaran ... 52 5.3.5.2. Bauran Pemasaran ... 53 5.3.6. Produksi ... 55 5.3.6.1. Jenis Produk ... 55 5.3.6.2. Fasilitas Produksi ... 55 5.3.6.3. Proses Produksi ... 56

5.4.Analisis Lingkungan Eksternal ... 62

5.4.1. Lingkungan Jauh ... 62 5.4.1.1. Politik ... 62 5.4.1.2. Ekonomi ... 63 5.4.1.3. Sosial ... 64 5.4.1.4. Perkembangan Teknologi ... 65 5.4.2. Lingkungan Industri ... 66

5.4.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru ... 66

5.4.2.2. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri ... 67

5.4.2.3. Ancaman Produk Pengganti ... 67

5.4.2.4. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli ... 67

5.4.2.5. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ... 68

5.5.Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ... 68

5.5.1. Identifikasi Kekuatan ... 68

5.5.2. Identifikasi Kelemahan ... 69

5.5.3. Identifikasi Peluang ... 70

5.5.4. Identifikasi Ancaman ... 72

(12)

Halaman

5.7.Analisis EFE ... 74

5.8.Analisis SWOT ... 74

5.9.Analisis IE ... 79

5.10. Analisis QSPM ... 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1.Kesimpulan ... 83

6.2.Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 87

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Data Produksi dan Konsumsi Ikan Kabupaten Bogor Tahun

2005-2006 ... 1

2. Perbedaan Induk Gurame Jantan dan Betina ... 8

3. Matriks SWOT ... 22

4. Matriks IFE ... 30

5. Matriks EFE ... 32

6. Matriks QSPM ... 36

7. Perkembangan Jumlah Anggota UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 42

8. Perkembangan Kelas Kemampuan UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 43

9. Kepemilikan Kolam Anggota UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 49

10.Tingkat Pendidikan Anggota UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 50

11.Kriteria Benih Unggul Ikan Gurame ... 53

12.Harga jual benih Ikan Gurame UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 54

13.Perbedaan Fisik Induk Jantan dan Betina ... 57

14.Ciri-ciri Induk Gurame Jantan dan Betina yang Matang Gonad ... 58

15.Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2004 – 2007 ... 64

16.Data Produksi Nasional Ikan Gurame Tahun 1999-2005 ... 72

17.Analisis IFE Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 73

18.Analisis IFE Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 74

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) ... 4

2. Elemen Dasar Manajemen Strategis ... 14

3. Matriks IE ... 23

4. Bagan Alir Kerangka Pendekatan Studi ... 27

5. Matriks SWOT ... 34

6. Struktur Organisasi Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 45

7. Saluran Distribusi Benih Gurame UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 55

8. Alur Proses Produksi Benih Ikan Gurame UPR Mitra Karya Mandiri ... 61

9. Matriks SWOT UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ... 76

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Wilayah Desa Barengkok ………..……… 88

2. Pembobotan Lingkungan Internal dan Eksternal UPR Mitra Karya Mandiri ... 89 3. Tabel QSPM Kelompok UPR Mitra Karya Mandiri …....……….... 93 4. Dokumentasi pada Kelompok UPR Mitra Karya Mandiri …………...………. 99

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Potensi lahan perikanan budidaya Indonesia cukup besar yang didukung oleh kondisi alam Indonesia yang mempunyai keragaman fisiografis yang

menguntungkan untuk akuakultur. Suhu air wilayah tropis yang relatif tinggi dan stabil sepanjang tahun memungkinkan kegiatan budidaya berlangsung sepanjang tahun. Tipologi bentang lahan dan pesisir yang beragam memberi peluang untuk pengembangan komoditas budidaya yang beragam pula (Nurdjanah dan

Rakhmawati 2006).

Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah penghasil ikan budidaya air tawar menunjukkan peningkatan yang signifikan pada produksi total ikan air tawar selama periode 2005-2006 sebesar 197.4%. Hal ini meningkatkan konsumsi per kapita sebesar 2.9% (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2006).

Tabel 1. Data Produksi dan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2006 Tahun

Produksi Ikan Air Tawar (ton) Konsumsi Ikan Budidaya

kolam

Total Kg/kapita Total (ton)

2005 6.146 7.780 17.73 72.710

2006 22.248 23.141 18.24 77.569

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (2006)

Konsumsi total ikan air tawar di Bogor dapat diketahui melalui jumlah penduduk Bogor yang mana pada tahun 2005 sebesar 4.100.934 jiwa dan pada tahun 2006 sebesar 4.252.669 jiwa (Pemerintah Kabupaten Bogor 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi total ikan air tawar Kabupaten Bogor masih lebih besar dibandingkan produksi total, sehingga peluang pasar pengembangan usaha budidaya ikan air tawar di Kabupaten Bogor masih terbuka lebar.

Daerah Leuwiliang memiliki sumber mata air pengairan yang cukup, sehingga lokasinya cocok untuk usaha budidaya. Dari segi sumberdaya manusia, usaha yang dilakukan oleh petani merupakan usaha pokok yang mampu

(17)

Karya Mandiri memperoleh prestasi yaitu juara I lomba kelompok UPR Gurame tingkat Kabupaten Bogor tahun 2005 dan juara I lomba kelompok UPR Gurame tingkat provinsi tahun 2006. Budidaya bersifat tradisional karena sistem budidaya yang sebagian besar dilakukan di daerah persawahan dan produksi masih

tergantung kepada musim.

Salah satu hal yang mendasari pembentukan kelompok adalah usaha pembenihan gurame di Desa Barengkok belum terkelolanya dengan baik. Padahal jumlah permintaan yang besar dari beberapa daerah, yaitu Ciseeng, Parung, Gunung Sindur, Puncak, Jakarta, Tangerang, dan Cianjur. Akibatnya jumlah produksi tidak dapat menutupi jumlah permintaan. Pembentukan Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri ini pun tidak menyebabkan terpenuhinya

permintaan benih Ikan Gurame yang ada (UPR Mitra Karya Mandiri 2007). Strategi bisnis yang harus dijalankan oleh UPR Gurame Mitra Karya Mandiri adalah dengan melakukan analisis kelompok. Analisis lingkungan kelompok dapat dilakukan dengan menganalisis faktor internal dan eksternal kelompok. Analisis lingkungan tersebut bertujuan untuk menyediakan dasar-dasar bagi manajer untuk mengantisipasi kesempatan dan merencanakan tanggapan yang tepat, sehingga kelompok memiliki strategi bersaing agar terus dapat bertahan dalam persaingan.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap perusahaan dalam menghadapi dunia bisnis global memerlukan manajemen yang tangguh agar mampu bersaing dalam kondisi tingkat persaingan yang tinggi. Adanya kondisi tingkat persaingan yang tinggi ini diharapkan dapat menjadi motivator perusahaan untuk menjadi lebih baik.

Pada usaha budidaya ikan gurame, permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan memperoleh telur dari pemijahan untuk pendederan satu. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal untuk pengadaan induk Ikan Gurame. Kesulitan ini berlanjut sampai pada pencarian benih pada pembesaran ikan gurame ukuran konsumsi. Dari kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan gurame masih tergantung antara tahap pembenihan dengan tahap pembesaran

(18)

ke ukuran yang lebih besar. UPR Gurame Mitra Karya Mandiri merupakan salah satu unit pembenihan ikan gurame sampai tahap pendederan lima.

Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dalam menghadapi kendala-kendalanya baik itu berupa perubahan faktor-faktor dalam bisnis pembenihan ikan gurame, harus dapat menentukan strategi yang menghasilkan keunggulan bagi perusahaan dengan cara memanfaatkan kekuatan dan kelemahan UPR Gurame Mitra Karya Mandiri untuk menghadapi peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal, sehingga perusahaan mampu bertahan dalam ketatnya persaingan. Dari keadaan tersebut, permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Apa saja faktor internal dan faktor eksternal yang dihadapi oleh Kelompok

UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dalam melakukan usaha? 2) Bagaimana strategi UPR dalam mengantisipasi persaingan di masa

mendatang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi dan menganalisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta peluang dan ancaman yang dihadapi UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. 2) Merumuskan alternatif strategi bagi UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dalam

mengantisipasi persaingan di masa mendatang.

1.4. Kegunaan Penelitian

1) Bagi penulis, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mengamati, mempelajari, menganalisis, dan memecahkan masalah yang ada serta

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Manajemen Sosial Ekonomi dan Bisnis Perikanan dan Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dalam membuat kebijakan strategi.

3) Bagi kepentingan umum, dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan rujukan bagi pihak yang berkepentingan.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Gurame

Ikan Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna

kekuning-kuningan/keperak-perakan. Ikan Gurame merupakan keluarga

Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan Gurame berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan Ikan Gurame agak lambat dibanding dengan jenis ikan tawar lainnya (Prihatman 2000).

Sumber : Prihatman (2000)

Gambar 1. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurame adalah sebagai berikut (Saanin 1984) : Klas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei Ordo : Labyrinthici

Sub Ordo : Anabantoidae Famili : Anabantidae

Genus : Osphronemus

Species : Osphronemus gouramy (Lacepede)

Menurut Prihatman (2000) Jenis Ikan Gurame yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: Gurame Angsa, Gurame Jepun, Blausafir, Paris, Bastar dan Porselen. Empat terakhir banyak dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibandingkan dengan Ikan Gurame jenis lainnya, porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika Induk Bastar dalam tiap sarangnya hanya mampu

(20)

menghasilkan 2000-3000 butir telur, maka induk porselen mampu menghasilkan 10.000 butir. Oleh karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan paling banyak diunggulkan.

Menurut Prihatman (2000), persyaratan lokasi yang baik untuk budidaya Ikan Gurame adalah sebagai berikut:

a. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

b. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

c. Ikan Gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.

d. Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

e. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik Ikan Gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang

diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.

f. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 0 C.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pembenihan Ikan Gurame adalah sebagai berikut (Prihatman 2000):

2.1.1 Penyiapan Sarana Produksi

Jenis kolam yang umum digunakan dalam budidaya Ikan Gurame antara lain:

a. Kolam penyimpanan induk

(21)

kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.

b. Kolam pemijahan

Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistem pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.

c. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan

Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

Menurut Prihatman (2000), adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:

1) Mengukur tanah 10 x 10 m (100 m2).

2) Membuat pematang dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.

3) Memasang pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.

mencangkul tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. 4) Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan

tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.

5) Membuat saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintumasuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.

6) Mengeringkan kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidak bocor.

(22)

7) Mengisi air sampai kedalaman air mencapai 0,75-1 m.

Peralatan yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan Ikan Gurame diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar

kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap Ikan Gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, kekaban untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat, hapa dari kain tricote untuk penetasan telur secara terkontrol atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium atau bambu, oblok atau delok untuk

pengangkut benih, sirib untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas, anco/hanco untuk menangkap ikan, scoopnet untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas, jaring berbentuk segiempat untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi.

2.1.2 Proses Produksi

Tahap-tahap dalam proses produksi benih Ikan Gurame yang harus dilakukan sebagai berikut (Jangkaru 2002):

1. Pemilihan Induk

Ciri-ciri induk Ikan Gurame yang baik adalah memiliki sifat pertumbuhan yang cepat; bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal); ukuran kepala relatif kecil, susunan sisik teratur, licin, warna cerah dan mengkilap serta tidak luka, gerakan normal dan lincah; bentuk bibir indah seperti pisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut; dan berumur antara 2-5 tahun.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina dapat digunakan beberapa tanda fisik pada Tabel 2.

2. Pemeliharaan Induk

Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m2) disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan. Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan

(23)

sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan takaran 1/2 kaleng minyak tanah setiap kali pemberian.

Tabel 2. Perbedaan Induk Gurame Jantan dan Betina

Organ Jantan Betina

Dahi Dagu

Tutup insang Pangkal sirip dada Ujung sirip ekor Perut Bercula Menonjol Kekuningan Putih Rata Meruncing Tidak bercula Rata Putih coklat Agak hitam Cembung (membulat) Membundar Sumber : Jangkaru (2002) 3. Pemijahan

Menurut Prihatman (2000), bila gonad (sel telur dan sperma) induk gurame sudah matang gonad, induk segera dimasukkan dalam kolam pemijahan. Adapun cara pemijahan Ikan Gurame adalah sebagai berikut:

a. Membersihkan dan memperbaiki pematang. b. Mengeringkan pematang.

c. Melakukan pengapuran dan pemupukan. Pemupukan dasar dengan pupuk kandang dosis 7,5 kg/100 meter persegi dan biarkan selama 3 hari.

d. Mengisikan air yang telah dicampur dengan pupuk buatan TSP sebantak 500 gram/100 meter persegi, biarkan selama 1 minggu kemudian isikan air hingga kedalaman 1-1,5 m.

e. Untuk kolam seluas 100 meter persegi dapat disebar induk sebanyak 30 ekor betina dan 10 ekor jantan. Setelah pemijahan berlangsung, 1-2 hari induk betina akan melepaskan telur-telurnya ke dalam sarang yang kemudian disemproti sperma oleh si jantan sehingga terjadi pembuahan sel telur. 20-30 hari kemudian, induk-induk yang terpelihara baik akan berpijah lagi. Telur yang telah dibuahi diambil dan dimasukkan ke dalam baskom. Dalam waktu 30-36 jam, telur akan menetas menjadi larva ikan yang memiliki kuning telur sebagai cadangan makanan.

(24)

Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan pada kolam pendederan atau di sawah sebagai penyelang. Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30 ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan. Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan ratarata. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak tanah untuk 100 ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.

Pada tahap pemeliharaan benih, gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa

pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut. Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya.

Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:

1) Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip.

2) Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.

3) Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri.

Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:

(25)

1) Menyediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.

2) Membuat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air. 3) Merendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut selama 30-60

menit dengan diawasi terus menerus.

4) Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari kemudian.

b. Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan 2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan tersebut dilarutkan dalam air hingga konsentrasi 0,1% Neguvon lalu disiramkan ke dalam kolam yang telah dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.

c. Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang sulit mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya: (1) siapkan wadah yang diisi air bersih. setiap 100 cc air bersih dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai rata; (2) ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat ini berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja. (3) Setelah itu segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk selanjutnya dipindahkan kembali ke dalam kolam; (4) pengobatan ulang dapat dilakukan 3-4 hari kemudian dengan cara yang sama.

Bagi benih gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari ikan liar atau pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung pemangsa (Prihatman 2000).

2.2 Kelompok Pembudidaya Ikan Air Tawar

Kelompok adalah dua atau individu lebih yang berinteraksi secara pribadi atau melalui jaringan komunikasi satu sama lain. Selain itu, kelompok merupakan suatu kesatuan yang utuh dan selalu bekerjasama untuk tercapainya suatu tujuan yang diharapkan (Kossen 1983).

Pembudidaya merupakan orang yang menjalankan kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran ikan. Budidaya air tawar merupakan suatu usaha

(26)

manusia untuk dapat mengolah sumberdaya agar tetap dapat mendukung kelangsungan hidupnya, terus meningkat dari hari ke hari (Soeharjo dan Patong 1973).

Dalam usaha budidaya air tawar menurut Hernowo (2005) dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Tahap pembenihan

Tahap ini biasanya dimulai dengan pengadaan benih dengan umur tertentu. b. Tahap pembesaran

Tahap pembesaran merupakan tahap kelanjutan dari pembenihan yaitu benih yang dibeli kemudian dibesarkan, sehingga mencapai ukuran atau umur konsumsi.

2.3 Strategi

Menurut David (2006) bahwa strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. Rangkuti (2006) menambahkan beberapa konsep tersebut antara lain:

a. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Dua faktor yang menyebabkan perusahaan dapat lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya adalah keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumberdaya perusahaan.

b. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh

perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Keunggulan bersaing ini menurut Porter ada tiga faktor yaitu cost leadership atau

kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus.

Menurut Rangkuti (2006), strategi dibagi menjadi ke dalam beberapa tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya. Strategi investasi merupakan

(27)

kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pengembangan agresif atau dengan mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi. Strategi bisnis atau disebut juga strategi fungsional adalah strategi yang berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, seperti: strategi pemasaran, strategi produksi dan opersional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

Penerapan strategi bisnis dalam perusahaan dapat dibedakan dalam tiga tingkatan sebagai berikut (Rangkuti 2006),:

1. Strategi di bidang perusahaan (Corporate Strategy)

strategi di bidang perusahaan adalah strategi yang disusun dalam suatu bisnis, di mana perusahaan akan bersaing dengan cara mengubah Distinctive

Competence menjadi Competitive Advantage. Pada tingkatan strategi ini, perusahaan berusaha menjawab dua pertanyaan berikut:

- Kegiatan bisnis apa yang diunggulkan untuk bersaing?

- Bagaimana masing-masing kegiatan bisnis tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi?

2. Strategi di tingkat unit bisnis

Strategi ini diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk yang akan bersaing di berbagai tingkatan bisnis atau pasar. Pada prinsipnya strategi di unit bisnis ini memiliki empat karakteristik, yaitu:

- Memiliki misi dan strategi

- Menghasilkan produk atau jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi

- Menghasilkan produk dan jasa secara spesifik

- Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas 3. Strategi di tingkat fungsional

Strategi ini dirumuskan bersifat lebih spesifik tergantung pada kegiatan fungsional manajemen. Strategi fungsional ini lebih bersifat operasional karena langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajemen yang ada di bawah tanggung jawabnya, seperti fungsi manajemen produksi dan

(28)

operasional, fungsi manajemen pemasaran, fungsi manajemen keuangan, dan fungsi manajemen sumberdaya manusia.

2.4 Manajemen Strategis

Menurut David (2006), manajemen strategis adalah proses yang sangat interaktif yang membutuhkan koordinasi efektif antara manajer manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi dan operasi, litbang, dan sistem informasi manajemen. Walaupun proses manajemen strategis dipantau oleh penyusun strategi, keberhasilan membutuhkan kerja sama manajer dan staf dari semua area fungsional untuk memberikan ide atau informasi. Kunci untuk keberhasilan organisasi adalah koordinasi yang efektif dan pengertian antar manajer dari seluruh area fungsional bisnis. Melalui keterlibatan dalam menjalankan audit manajemen strategis internal, manajer dari departemen dan divisi yang berbeda dalam ikut serta untuk memahami sifat dan pengaruh dari area fungsional bisnis.

Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.

Menurut Jauch dan Glueck (1988), tahap-tahap dari model manajemen strategis adalah sebagai berikut:

1. Unsur-unsur manajemen strategis.

Dalam tahap ini general manajer yang terlibat dalam proses penentuan strategi yang terdapat penentuan misi, definisi bisnis dan pencapaian tujuan

perusahaan.

2. Analisis dan Diagnosis.

Tahap ini dilakukan penetuan masalah serta peluang lingkungan dan kekuatan serta kelemahan intern. Hal ini meliputi pengenalan masalah atau peluang dan menilai informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan

pemikiran logis untuk menilai informasi itu. 3. Pemilihan.

(29)

Pada tahap ini dilakukan usaha untuk mendorong penyelesaian alternatif terhadap masalah, menilai penyelesaiannya dan memilih yang terbaik. 4. Pelaksanaan atau Implementasi.

Membuat agar strategi itu berjalan dengan baik dengan membangun struktur untuk mendukung strategi itu dan mengembangkan rencana serta kebijakan yang tepat.

5. Evaluasi.

Melalui umpan balik menentukan apakah strategti itu berjalan dan mengambil langkah-langkahagar strategi itu berjalan.

Menurut Wheelen dan Hunger (2004), elemen dasar dari manajemen strategis pada suatu perusahaan ada empat (Gambar 2) yaitu:

1) Analisis lingkungan 2) Formulasi strategi 3) Implementasi Strategi 4) Evaluasi dan Kontrol

Sumber: Wheelen dan Hunger (2004)

Gambar 2. Elemen Dasar Manajemen Strategis

2.5 Proses Manajemen Strategis

Menurut David (2006), proses manajemen strategis terdiri atas 3 tahap, yaitu: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengidentifikasi peluang ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi yang akan dilaksanakan. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan sasaran atau tujuan tahunan, merumuskan

kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi atau kebijakan yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Evaluasi strategi

Analisis Lingkungan Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi dan Kontrol

(30)

adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu meninjau ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar dari strategi yang dirumuskan, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.

2.6 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Visi merupakan suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh perusahaan di masa yang akan datang (David 2006). Visi dalam suatu perusahaan dapat dikatakan baik apabila seluruh bagian dalam perusahaan memiliki pandangan yang sama terhadap visi yang ingin dicapai secara bersama-sama. Selain itu, visi merupakan gambaran tentang kemampuan bagi suatu organisasi untuk melihat apa yang saat ini belum terwujud utnuk dapat segera dicapai di masa mendatang. Pernyataan visi harus sesuai dengan misi, karena visi akan berubah menjadi motivator pencapaian sasaran tujuan perusahaan jika terdapat kesesuaian antara visi dengan misi.

Misi adalah tujuan atau alasan keberadaan suatu organisasi atau perusahaan. Pernyatan misi harus mengandung pengertian yang tepat bagi perusahaan sehingga dapat menjelaskan hal pokok yang berlaku di perusahaan dan tujuan khas yang membedakan perusahaan satu dengan yang lain. Selain itu, misi yang baik dapat mengidentifikasikan cakupan tentang produk atau jasa yang ditawarkan termasuk filosofi perusahaan tentang bisnis yang dikerjakan dan perlakuannya terhadap karyawan. Secara garis besar, misi harus dapat

menggambarkan perusahaan pada masa sekarang dan masa mendatang (Wheelen dan Hunger 2004). Menurut David (2006), pernyataan misi harus dapat menjawab sembilan komponen penting dan pertanyaan sebagai berikut:

a. Pelanggan : Siapa pelanggan perusahaan?

b. Produk atau jasa : Apa produk atau jasa utama dari perusahaan? c. Pasar : secara geografis, di mana perusahaan bersaing?

d. Teknologi : Apakah perusahaan menerapkan teknologi terbaru?

e. Perhatian akan keberlangsungan, pertumbuhan, dan profitabilitas : Apakah perusahaan bertekad untuk tumbuh?

(31)

f. Filosofi : Apa dasar keyakinan, nilai, aspirasi dan prioritas etika dari perusahaan?

g. Konsep diri : Apa kemampuan khusus atau keunggulan kompetitif perusahaan?

h. Perhatian akan citra publik : Apakah perusahaan responsif terhadap pemikiran sosial, masyarakat, dan lingkungan?

i. Perhatian terhadap karyawan : Apakah karyawan merupakan aset bernilai perusahaan?

Tujuan adalah akhir perjalanan yang dicari organisasi untuk dicapai organisasi untuk dicapai organisasi melalui eksistensi dan operasinya. Selain itu juga, tujuan merupakan sasaran yang lebih nyata dari pernyataan misi.

2.7 Analisis Lingkungan Perusahaan

Analisis lingkungan bertujuan untuk menyediakan dasar-dasar bagi manajer untuk mengantisipasi kesempatan dan merencanakan tanggapan yang tepat. Selain itu juga, bertujuan untuk membantu manajer dalam mengembangkan suatu early warning system untuk melindungi perusahaan terhadap ancaman-ancaman menjadi bermanfaat bagi perusahaan.

2.7.1 Lingkungan Internal

Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada dalam

perusahaan yang secara langsung mempengaruhi kegiatan perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan merupakan analisis yang dilakukan terhadap situasi yang ada dan terjadi pada perusahaan. Identifikasi lingkungan internal bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh

perusahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Analisis lingkungan internal terdiri atas faktor sumberdaya (resources), kebudayaan (culture), dan struktur perusahaan.

Sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas aset, keterampilan, kemampuan, keahlian dan pengetahuan perusahaan di bidang keuangan,

(32)

Secara umum lingkungan internal yang mempengaruhi dalam manajemen strategis dan kebijakan perusahaan adalah sebagai berikut :

1) Struktur organisasi perusahaan

Struktur organisasi perusahaan adalah pola hubungan dalam pekerjaan atau bentuk formal peraturan dan hubungan antara orang sehingga setiap

pekerjaan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan dan misi perusahaan. Menurut David (2006), perusahaan kecil cenderung mempunyai struktur tersentralisasi, perusahaan skala menengah mempunyai struktur divisi dan perusahaan besar cenderung menggunakan struktur analisis.

2) Pemasaran

Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,

menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa (David 2006). Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya terdapat individu atau kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain (Kotler 2004).

Kotler (2004), strategi pemasaran dapat menggunakan suatu alat yaitu bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Dalam marketing mix ada empat kelompok yang disebut empat P dalam pemasaran, yaitu: produk(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), pemasaran memiliki tiga fungsi utama yaitu; fungsi pertukaran yang terdiri dari penjualan dan pembelian; fungsi pengadaan secara fisik yang terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan; dan fungsi pemasaran sebagai fungsi pelancar yang terdiri dari atas permodalan, penanggungan resiko, standarisasi, dan gradinbg serta informasi pasar. 3) Sumberdaya manusia

Manajemen sumberdaya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Lingkungan internal perusahaan dalam aspek sumberdaya manusia adalah kemampuan personalia

(33)

perusahaan dalam kegiatan atau operasional dan manajemen yang meliputi keahlian dan tingkat pendidikan (Hasibuan 2003).

4) Budaya perusahaan

Menurut david (2006), budaya perusahaan adalah pola perilaku yang dikembangkan oleh suatu organisasi ketika menghadapi masalah adaptasi

eksternal dan integrasi internal. Kebudayaan yang dimiliki perusahaan terdiri dari kepercayaan (believe), harapan (expectation), dan nilai-nilai (value) yang diakui dan ditaati oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan. Tantangan

manajemen strategis akhir-akhir ini adalah membawa perubahan dalam budaya perusahaan dalam budaya organisasi dan penetapan pikiran individual untuk mendukung perumusan, implementasi, dan evaluasi strategi (David 2006). 5) Produksi

Menurut Handoko (2000), produksi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumberdaya (faktor produksi) seperti tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi produk atau jasa. Menurut David (2006), kegiatan produksi adalah suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa.

6) Fasilitas perusahaan

Fasilitas perusahaan adalah semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perusahaan yang mendukung kegiatan operasional perusahaan tersebut.

2.7.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Menurut Umar (2003), lingkungan eksternal terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh terdiri dari politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Lingkungan industri terdiri dari beberapa aspek yaitu: ancaman pendatang baru; daya tawar pemasok; daya tawar pembeli; ketersediaan barang substitusi; dan persaingan dalam industri.

a. Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor di luar perusahaan yang terdiri dari :

(34)

Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif pada dunia usaha, begitu juga sebaliknya.

2. Faktor ekonomi.

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis. Di sini perusahaan dituntut untuk sepandai-pandainya menyiasati kondisi perekonomian yang turut mempengaruhi kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama

berusaha mempertahankan dan meningkatkan kondisi perekonomian daerahnya menjadi lebih baik.

3. Faktor sosial

Kondisi sosial masyarakat memang selalu berubah-ubah. Hal ini mengharuskan perusahaan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan sosial yang dapat mempengaruhi perusahaan. Kondisi sosial ini banyak aspeknya, misalnya sikap, gaya hidup, adat-istiadat, dan kebiasaan masyarakat yang berada di lingkungan eksternal perusahaan

4. Faktor teknologi

Teknologi itu tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam

mengerjakan suatu pekerjaan. Kemajuan teknologi di bidang transportasi, telekomunikasi dan informasi, teknologi industri, sangat mendukung dalam hal efisiensi produksi perusahaan.

b. Lingkungan Industri

Menurut Umar (2003), Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan membentuk model untuk bersaing. Adapun intensitas persaingan di dalam industri ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) Ancaman masuk pendatang baru

Masuknya perusahaan baru sebagai pendatang akan menimbulkan

sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada. Untuk dapat masuk ke dalam sebuah industri pendatang baru harus memperhitungkan hambatan-hambatan

(35)

seperti skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, dan peraturan pemerintah.

2) Persaingan sesama perusahaan dalam industri

Persaingan dalam industri biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.

3) Ancaman produk pengganti

Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristik berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk substitusi kuat bilamana konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk pengganti tersebut mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. 4) Kekuatan tawar-menawar pembeli

Ketika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, atau membeli dalam jumlah besar, kekuatan tawar-menawar mereka menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan pesaing mungkin menawarkan garansi yang lebih panjang atau jasa khusus untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan ketika kekuatan tawar-menawar (bargaining power of consumers) cukup besar (David 2006).

5) Kekuatan tawar-menawar pemasok

Daya tawar pemasok (bargaining power of suppliers) mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang substitusi, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal. Sering kali kepentingan yang dicari pemasok dan produsen adalah saling memberikan harga yang masuk akal, memperbaiki kualitas, mengembangkan jasa baru, pengiriman tepat waktu, dan mengurangi biaya persediaan, dengan demikian memperbaiki profitabilitas jangka panjang untuk semua pihak (David 2006).

(36)

2.8 Analisis External Factor Evaluation (EFE)

Menurut David (2006), Analisis EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan politik, pemerintah, hukum teknologi, persaingan di pasar industri di mana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.

2.9 Analisis Internal Factor Evaluation (IFE)

Menurut David (2006), analisis IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produsi / operasi.

2.10 Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) serta lingkungan eksternal Opportunities (peluang) dan Threat (ancaman) yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan (Rangkuti 2006).

Menurut David (2006), analisis di atas dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Di dalam analisis tersebut terdapat empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu:

a. Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan dengan memanfaatkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Semua manajer menginginkan perusahaan berada dalam posisi kekuatan internal yang dapat digunakan untuk

memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal. b. Strategi S-T

(37)

Strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman dari lingkungan eksternal. Organisasi yang kuat belum tentu selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternal secara langsung.

c. Strategi W-O

Strategi ini digunakan berdasar pemanfaatan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan yang ada. Terkadang terdapat peluang eksternal kunci tetapi kelemahan internal menghambat dalam pemanfaatan peluang tersebut.

d. Strategi W-T

Taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Pada strategi ini, perusahaan harus bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.

Tabel 3. Matriks SWOT Internal

Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O) Strategi S-O

Menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang Strategi W-O Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Threats (T) Strategi S-T Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi W-T Meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Sumber : David (2006)

Menurut David (2006), analisis SWOT merupakan alat pencocokan yang penting yang dapat membantu manager mengembangkan empat tipe strategi : strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk

mengembangkan analisis SWOT dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada satupun kecocokan terbaik.

(38)

2.11 Analisis IE

Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) adalah analisis yang dilakukan dengan tujuan memposisikan berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel. Parameter yang digunakan dalam analisis Internal-Eksternal (IE) meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan keadaan eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan analisis ini adalah memperoleh strategi bisnis di tingkat corporate yang lebih detail (Rangkuti, 2006).

Dalam Analisis IE posisi perusahaan akan ditempatkan ke dalam sebuah analisis yang terdiri atas sembilan sel seperti pada Gambar 3.

Kekuatan Internal Bisnis

4,0 Tinggi 3,0 Sedang 2,0 Rendah 1,0

D ay a T ar ik In d u st ri Tinggi I II III 3,0 Sedang IV V VI 2,0 Rendah VII VIII IX 1,0 Sumber : David (2006) Gambar 3. Matriks IE

Analisis IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga bagian tersebut adalah pertama, divisi yang masuk ke dalam sel I, II, dan IV yang dapat disebut tumbuh dan kembangkan. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, ke depan, dan integrasi horizontal). Kedua, divisi yang masuk ke dalam sel III, V, dan VII dikelola dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan jenis strategi yang umum untuk jenis divisi ini. Ketiga, divisi yang masuk ke dalam sel VI, VIII, dan IX dikelola dengan strategi panen atau divestasi. Oganisasi yang berhasil mampu mencapai mencapai portfolio bisnis yang

diposisikan dalam atau sekitar sel I dalam analisis IE (David 2006).

2.12 Analisis Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)

Menurut David (2006), analisis Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk

(39)

mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dapat dihitung dengan mentukankan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal

(40)

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Untuk mencapai tujuan, UPR Gurame Mitra Karya Mandiri memerlukan strategi pengembangan bisnis yang tepat agar bertahan dan berkembang dalam bisnis pembenihan gurame di masa mendatang. Penyusunan strategi melalui analisis terhadap lingkungan yang mempengaruhi yaitu lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan lingkungan eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Lingkungan internal terdiri dari aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan atau yang disebut aspek fungsional seperti keuangan,

produksi/operasi, sumberdaya manusia, sistem informasi manajemen, pemasaran; dan budaya perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan dapat ditinjau dari dua lingkungan yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh terdiri atas faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Sedangkan lingkungan industri terdiri dari beberapa aspek yaitu: ancaman pendatang baru, daya tawar pemasok, daya tawar pembeli, ketersediaan barang substitusi, dan persaingan dalam industri (Umar 2003).

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan dilanjutkan dengan memilih faktor strategis dalam bentuk analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar dari kelemahan atau sebaliknya dan apakah usaha yang dimiliki Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada kemudian dilakukan penentuan alternatif strategi bisnis dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) dan IE

(Internal-External).

Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis alternatif strategi bisnis yang menjadi prioritas untuk diterapkan pada Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Analisis IE digunakan untuk menentukan posisi perusahaan dalam persaingan bisnis Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Kemudian hasil dari analisis SWOT dan IE dipilih prioritas strateginya dengan menggunakan analisis QSPM yang hasilnya kemudian direkomendasikan pada Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri.

(41)

Hasil analisis QSPM akan diperlihatkan dari perolehan skor. Skor yang tertinggi akan menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut penting sebagai prioritas utama untuk diterapkan dan skor terendah menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut merupakan prioritas terakhir yang dipilih untuk dilaksanakan oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Setelah mendapatkan prioritas strategi berdasarkan hasil analisis QSPM langkah selanjutnya yaitu

merekomendasikan prioritas strategi tersebut terhadap Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

diimplementasikan. Tahap akhir setelah strategi tersebut diimplementasikan adalah proses evaluasi dan kontrol yang dilakukan oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri untuk melihat apakah kondisi aktual pelaksanaan strategi dapat sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan. Adapun kerangka pendekatan studi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.

(42)

UPR Mitra Karya Mandiri

Analisis Lingkungan

= Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 4. Bagan Alir Kerangka Pendekatan Studi Implementasi

Analisis Lingkungan internal - struktur Organisasi - Pemasaran - Sumberdaya Manusia - Budaya Perusahaan - Produksi - Fasilitas Perusahaan

Analisis Lingkungan Eksternal : - Analisis Lingkungan Jauh :

• Keadaan politik • Keadaan ekonomi • Keadaan sosial • Keadaan teknologi

- Analisis Lingkungan Industri : • Ancaman pendatang baru • Persaingan dalam industri • Ancaman produk pengganti • Daya tawar pembeli

• Daya tawar pemasok

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Identifikasi Peluang dan Ancaman

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks SWOT Matriks IE

Matriks QSPM

(43)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasusnya adalah Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri.

Menurut Nazir (1988), tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran terperinci tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang jelas dari kasus atau individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data image. Data text yang diperoleh dalam bentuk alfabet dan angka numerik. Sedangkan data image merupakan data yang ditampilkan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu (Fauzi 2001).data text yang dikumpulkan yaitu data sejarah serta visi dan misi usaha, lokasi, batas-batas wilayah serta sarana dan prasarana tenaga kerja dan struktur organisasi Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri. Sedangkan data image yang dikmpulkan berupa foto-foto mengenai keadaan Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung terhadap kegiatan operasional Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri dan wawancara dengan pimpinan dan anggota UPR Gurame yang meliputi aspek produksi, pemasaran, dan Sumberdaya Manusia; serta isian keusioner yang dilakukan kepada dua responden, yaitu Ketua dan Sekretaris. Sedangkan data sekunder merupakan data dari berbagai literatur yang relevan terhadap penelitian dan dinas atau instansi yang terkait yaitu Kelurahan Desa Barengkok, Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kecamatan Leuwiliang, internet serta data-data yang bersumber dari Kelompok UPR Gurame Mitra Karya

(44)

= = n i i i i X X a 1

4.3 Metode Penentuan Responden

Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung terhadap lingkungan internal maupun eksternal dari UPR Mitra Karya Mandiri. Metode penentuan responden dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu dilakukan dengan sengaja memilih orang yang menjadi responden, dimana dalam hal ini respondennya yaitu orang-orang kunci (key persons) perusahaan. Responden dipilih sebanyak dua orang yaitu Ketua dan Sekretaris Kelompok UPR Mitra Karya Mandiri. Alasan memilih dua orang responden ini karena mereka adalah orang-orang kunci kelompok yang menduduki posisi penting di kelompok dan berpengaruh terhadap penentuan strategi perusahaan, dimana dalam hal ini berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan yaitu tentang strategi bisnis.

4.3 Metode Analisis Data 4.3.1 Penentuan Bobot

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan metode paired comparison (Kinnear and Taylor 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap setiap faktor penentu internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2, dan 3. Adapun keterangan dari setiap skalanya adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal. 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

Indikator horizontal adalah faktor-faktor internal atau eksternal pada lajur horizontal, sedangkan indikator vertikal adalah faktor-faktor eksternal atau

internal pada lajur vertikal. Metode ini membandingkan secara berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap perusahaan. Bobot setiap variabel dapat diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan mengunakan rumus :

Ket : ai = bobot Variabel ke i

Xi = Nilai Variabel ke i

(45)

n faktor internal = 13 n faktor eksternal= 9

4.3.2 Analisis IFE (Internal Factor Evaluation)

Menurut David (2006), tahapan kerja analisis IFE sebagai berikut : a. Membuat daftar critical success faktor (faktor-faktor utama yang

mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek internal kekuatan dan kelemahan perusahaan.

b. Menentukan bobot (weight) dari masing-masing critical success faktor dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan tingkat penting relatif terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0.

c. Memberi rating antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor di mana : 1 = kelemahan utama

2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan utama

Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel. Tabel 4. Matriks IFE

Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor

Kekuatan : 1. ... 2. ... 3. ... ... 8. ... Kelemahan : 1. ... 2. ... ... 5. ... Total Sumber: David (2006)

(46)

d. Menjumlahkan semua skor untuk mendapat skor total bagi perusahaan yang dinilai. Skor total berkisar 1,0-4,0 dengan nilai rata-rata 2,5. Jika nilai rata-rata di bawah 2,5 menunjukkan perusahaan yang lemah secara internal dan jika nilai rata-rata di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat.

Keterangan: Kekuatan :

1. Memiliki budaya disiplinyang tinggi

2. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang tinggi 3. Pelatihan berjala dengan baik

4. Kemudahan untuk menjadi anggota

5. Benih yang dihasilkan memenuhi kriteria berdasarkan SNI 6. Adanya kerjasama dengan koperasi dan pabrik pakan 7. Mampu menghasilkan pakan alami

8. Satu-satunya kelompok pembenih di Kecamatan Leuwiliang

Kelemahan :

1. Keterbatasan induk Ikan Gurame

2. Teknik penghitungan telur yang masih tradisional 3. Keterbatasan modal

4. Pencatatan data kurang sistematis 5. Tingkat mortalitas yang tinggi

4.3.3 Analisis EFE

Menurut David (2006), tahapan kerja analisis EFE sebagai berikut : a. Membuat daftar critical success faktor (faktor-faktor utama yang

mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek eksternal peluang dan ancaman perusahaan.

b. Menentukan bobot (weight) dari masing-masing critical success faktor dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan tingkat penting relatif terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0.

(47)

c. Memberi rating antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor di mana : 1 = di bawah rata-rata

2 = rata-rata

3 = di atas rata-rata 4 = sangat bagus

Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan, sehingga nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.

d. Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapat skor total bagi perusahaan

yang dinilai. Skor total berkisar 1,0-4,0. Skor total 4,0 menggambarkan bahwa perusahaan merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam perusahaan. Sedangkan jika skor total 1,0

menggambarkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang yang ada dan tidak memerhatikan ancaman eksternal.

Tabel 5. Matriks EFE

Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Skor

Peluang : 1. ... 2. ... ... 5. ... Ancaman : 1. ... 2. ... ... 3. ... Total Sumber: David (2006) Keterangan: Peluang :

1. Tersedianya air secara berkelanjutan

2. Adanya dukungan dari pemerintah setempat

3. Adanya program Subsidi Bantuan Selisih Harga Benih Ikan 4. Tingkat permintaan yang tinggi

(48)

Ancaman:

1. Kenaikan harga BBM

2. perubahan iklim dan cuaca yang mencolok 3. adanya hama dan penyakit yang menyerang ikan

4.3.4 Analisis SWOT

Setelah dilakukan analisis dengan matriks IFE dan EFE, dilanjutkan dengan analisis dengan matriks SWOT. Analisis SWOT bertujuan

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities) dan meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Analisis SWOT menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T. Menurut David (2006), langkah-langkah menggunakan matriks SWOT adalah sebagai berikut:

a. Dalam sel opportunities (O), diperoleh enam peluang yang dihadapi oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri.

b. Dalam sel threats (T), diperoleh tiga ancaman yang dihadapi oleh Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri.

c. Dalam sel strengths (S), dapat diketahui bahwa Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri memiliki delapan kekuatan.

d. Dalam sel weaknesses (W), dapat diketahui bahwa Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri memiliki lima kelemahan.

e. Membuat kemungkinan strategi dari perusahaan berdasar pertimbangan kombinasi empat kotak faktor strategi tersebut.

i. Strategi S-O : strategi dibuat dengan memanfaatkan kekuatan seluruhnya dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

ii. Strategi W-O : strategi dibuat dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan yang ada.

iii. Strategi S-T : strategi dibuat dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada.

iv. Strategi W-T : strategi yang digunakan bersifat defensif dan

meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman yang ada.

Gambar

Tabel 1. Data Produksi dan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2006
Gambar 1. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)  Klasifikasi Ikan Gurame adalah sebagai berikut (Saanin 1984) :  Klas : Pisces
Tabel 2. Perbedaan Induk Gurame Jantan dan Betina
Gambar 2. Elemen Dasar Manajemen Strategis
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Human Trafficking); Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh PJTKI Jawa Tengah, tema “ Perlindungan Terhadap CTKI ke Luar Negeri, Mencegah Perdagagan Orang

Adapun implikasi yang ditimbulkan dengan adanya realitas hasil perhitungan, baik perhitungan besarnya investasi, laju pertumbuhan ekonomi, indeks disparisitas

Form terima file merupakan link ke form terima file yang berfungsi untuk menampilkan proses pengiriman data pada penerapan metode pengamanan data enskripsi dan deskripsi

ANGGARAN CASH FLOW BULAN. NO KETERANGAN MINGGU

Bagi mereka yang telah melakukan kesalahan dengan jalan memuja atau menggunakan “ jasa-jasa Baik “ berhala diatas, mereka tentu akan mendapat hukuman sesudah “ kematiannya “ badan

Untuk mewujudkan hal tersebut, sekaligus sebagai amanat produk perundang-undangan yang ada (diantaranya Inpres No 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Jika ada Benjolan hilang pada saat berbaring, tidak pernah operasi, benjolan di lipat paha kanan atau kiri, terasa nyeri, benjolan berbentuk lonjong dan tonjolan bertambah

yang berkaitan dengan kuantitas produk tertentu agar mereka mendapatkan harga master dealer (bukan harga konsumen di pasaran). Master dealer ini biasanya memiliki beberapa