• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Gambar 19. Arah panah menunjukkan foto stereomikroskop pada kelompok II A.

sampel dengan skor 3 dye penetration sepanjang dinding aksial dan lantai pulpa dan, B. sampel dengan skor 4 dye penetration mengenai kamar pulpa melalui lantai pulpa.

Gambar 20. Arah panah menunjukkan foto stereomikroskop pada kelompok III ASampel dengan skor 3 dye penetration sepanjang dinding aksial dan lantai pulpa, dan B.Sampel dengan skor 4 dye penetration mengenai kamar pulpa melalui lantai pulpa

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Hasil pengamatan skor celah mikro dengan stereomikroskop pembesaran 20x dianalisis dengan uji statistik Kruskal Wallis Test untuk melihat perbedaan di antara seluruh kelompok perlakuan terhadap celah mikro. Hasil uji statistik dengan Kruskal Wallis Test dapat dilihat pada tabel 3.

A B

3 4 4 4

Skor 3dan skor 4 Skor 4

Sisi Palatal Sisi Bukal

A B

Skor 4 dan Skor 3 Skor 4

Sisi Palatal Sisi Bukal

4 3 4 4

Tabel 3. Hasil Uji Statistik dengan Kruskal Wallis Test

Sisi Kelompok N Mean P

Mesial I 10 6,95 ,000*

II 10 18,05

III 10 21,50

Distal I 10 6,10 ,000*

II 10 19,10

III 10 21,30

Keterangan:

Kelompok I : resin komposit bulk fill (Tetric N Ceram Bulk fill) + resin komposit short fiber reinforced composite ( EverX Posterior)

Kelompok II : resin komposit bulk fill (Tetric N Ceram Bulk fill) + polyehtylene fiber (Ribbond)

Kelompok III: resin komposit bulk fill (Tetric N Ceram Bulk fill)

Dari tabel 3 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) baik pada sisi mesial (p=0,000) dan maupun pada sisi distal (p=0,000) di antara ketiga kelompok perlakuan terhadap celah mikro. Kemudian analisis statistik dilanjutkan dengan menggunakan Mann-Whitney Test untuk melihat perbedaan di antara kelompok I dan II, kelompok I dan III, serta kelompok II dan III. Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney Test dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Statistik dengan Mann Whitney Test

Kelompok Skor Celah Mikro pada Tiap Sisi

Mesial Distal

I dan II

resin komposit bulk fill + short fiber reinforced composite ( EverX Posterior) dan resin komposit bulk fill + polyehtylene fiber (Ribbond)

0,001* 0,000*

I dan III

resin komposit bulk fill + short fiber reinforced composite ( EverX Posterior) dan resin komposit bulk fill

0,000* 0,000*

II dan III

resin komposit bulk fill + polyehtylene fiber (Ribbond) dan resin komposit bulk fill

0,067 0,342

Keterangan:

Kelompok I : resin komposit bulk fill (Tetric N Ceram Bulk fill) +resin komposit short fiber reinforced composite ( EverX Posterior)

Kelompok II : resin komposit bulk fill (Tetric N Ceram Bulk fill) + polyehtylene fiber (Ribbond)

Kelompok III: resin komposit bulk fill (Tetric N Ceram Bulk fill)

Dari tabel 4 terlihat bahwa terdapat perbedaan celah mikro yang signifikan (p<0.05) antara kelompok I dengan kelompok II dan pada kelompok I dengan kelompok III terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05); pada kelompok II dan kelompok III tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05).

BAB 6 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain posttest only control group design. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan gigi premolar rahang atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti sebanyak 30 sampel yang dibagi secara random ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok resin komposit Tetric N Ceram bulk fill dengan penambahan bahan penguat short fiber (EverX), kelompok resin komposit Tetric N Ceram bulk fill dengan penambahan bahan penguat polyethylene fiber (Ribbond), dan kelompok resin komposit Tetric N Ceram bulk fill dimana setiap sampel dipreparasi kavitas klas II MOD dan dilakukan perawatan endodontik sebelum direstorasi dengan resin komposit. Pada penelitian ini digunakan transparent contoured matrix bands combined with clamp (TOR) yang dapat memberikan adaptasi yang lebih baik pada restorasi sehingga mencegah terjadinya overhanging. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian (KEPK) Fakultas Kedokteran USU Medan melalui Ethical Clearence No:

82/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2019.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan restorasi resin komposit bulk fill dengan teknik bulk yang banyak digunakan dan diteliti saat ini karena keunggulannya dibandingkan restorasi teknik inkremental. Teknik insersi inkremental merupakan teknik yang dahulu sering digunakan oleh para dokter gigi untuk meminimalkan shrinkage saat polimerisasi pada resin komposit, namun teknik ini memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak efisien bagi operator karena memakan waktu yang lama ketika restorasi terutama pada kavitas yang luas dan meningkatkan risiko kontaminasi antar lapisan yang dapat menimbulkan gap atau marginal leakage yang berujung pada terjadinya karies sekunder maupun memudahkan timbul microcrack yang akan mempengaruhi ketahanan fraktur gigi. Oleh karena itu ditemukan resin komposit jenis baru yang dikenal sebagai resin komposit bulk fill yang memiliki polymerization

shrinkage minimal dan dapat diletakkan secara bulk dengan ketebalan 4-5 mm dengan sekali penyinaran sehingga mengeliminasi kemungkinan kontaminasi antar lapisan, dan menghemat waktu serta tenaga operator.

Sesuai dengan penelitian sebelumnya, larutan saline digunakan untuk merendam seluruh sampel agar gigi tetap lembab seperti kondisi dalam rongga mulut. Kemudian gigi ditanam dalam balok gips, lalu dipreparasi kavitas klas II MOD, dilakukan perawatan endodontik dan direstorasi sesuai dengan kelompok perlakuan. Gigi yang telah direstorasi kemudian direndam dalam saline selama 24 jam dan dilakukan proses thermocycling sebanyak 500 kali putaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi pembentukan celah mikro pada restorasi klas II MOD gigi premolar maksila setelah perawatan endodontik dengan resin komposit bulk fill yang berbeda. Evaluasi celah mikro dilakukan secara in vitro dengan melihat panjangnya penetrasi zat warna. Ini merupakan metode paling sering digunakan karena proses kerjanya yang mudah, sederhana, ekonomis, dan relatif cepat. Pada penelitian ini digunakan metode penetrasi zat warna Methylene Blue 2% dengan waktu perendaman sampel selama 24 jam.32 Penetrasi zat warna ditentukan setelah pembelahan sampel secara mesiodistal dan diamati dengan stereomikroskop pembesaran 20x kemudian diberi skor 0 - 4 sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh 32

Proses thermocycling bertujuan untuk mensimulasikan perubahan suhu pada gigi atau restorasi seperti yang terjadi di dalam rongga mulut. Pada penelitian ini proses thermocycling dilakukan perubahan temperatur yang ekstrim yaitu dari 5ºC ke 55ºC sebanding dengan yang terjadi di dalam rongga mulut, sehingga dapat mempengaruhi perbedaan ekspansi dan kontraksi antara bahan restorasi dan struktur gigi, sehingga permukaan restorasi menjadi lemah. Pada penelitian ini dikarenakan keterbatasan alat thermocycling, maka dilakukan secara manual dengan menggunakan waterbath sebagai alternatif. Perlakuan ini tidak sesuai dengan prosedur kerja, sehingga proses ini mungkin dapat mempengaruhi kebocoran mikro yang terjadi.

Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa celah mikro tetap akan terbentuk pada setiap kelompok perlakuan. Hal ini terjadi karena kemungkinan adanya micro crack yang sudah ada sebelumnya karena sampel yang digunakan tidak

diamati di bawah mikroskop untuk memastikan tidak adanya micro crack. Selain itu, kemungkinan disebabkan karena dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah gigi non vital yang telah banyak kehilangan kandungan air, dan lamanya gigi semenjak pencabutan tidak terkendali, sehingga kemungkinan matriks kolagen pada permukaan dentin yang dapat membentuk lapisan hybrid sudah tidak dijumpai lagi menyebabkan perlekatan bahan bonding kurang optimal.

Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok. Selanjutnya hasil uji Mann Whitney diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok I dengan II, pada kelompok I dengan III, dan tidak ada perbedaan pada kelompok II dan III. Secara deskriptif, hasil skor celah mikro pada kelompok I lebih rendah daripada kelompok II dan III. Namun terdapatnya perbedaan hasil signifikan antara sisi mesial dan distal tersebut dikarenakan kurangnya keahlian operator saat melakukan penelitian. Selain itu kelemahan dari penelitian ini adalah pembelahan sampel secara mesiodistal yang tidak rata. Seharusnya sewaktu pembelahan dilakukan pengukuran pada sampel sehingga jarak antara restorasi-gigi pada sisi mesial dan distal sama. Selain itu, hasil ini dipengaruhi juga oleh ketebalan disc bur yang dipakai untuk membelah sampel dan penggunaan bais saat pembelahan.

Resin komposit merupakan bahan restorasi yang masih terus dikembangkan terutama dalam mengurangi terjadinya celah mikro. Akibat adanya celah mikro menimbulkan masalah seperti masuknya mikroorganisme, kontaminasi cairan oral, sensitivitas paska operasi, inflamasi pulpa dan karies sekunder. Pada kavitas klas II MOD umumnya sering terjadi celah mikro pada bagian proksimal terutama bagian servikal. Kavitas ini sebagian besar meluas atau melewati CEJ dan ke dentin yang lebih dalam di sepanjang dinding proksimal pulpa. Oleh karena itu, servikal margin restorasi akan ditempatkan di dentin atau permukaan sementum dimana marginal seal pada dentin lebih lemah dibandingkan enamel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa celah mikro paling rendah adalah pada kelompok I yang menggunakan short fiber reinforced composite (EverX Posterior) dan celah mikro pada kelompok III yang menggunakan resin komposit

Tetric N Ceram Bulk fill sama dengan kelompok II yang menggunakan resin komposit Tetric N Ceram Bulk fill + Fiber Ribbond.

Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Ozel dan Soyman meneliti kebocoran mikro pada gigi molar ketiga kavitas kelas II MOD menemukan bahwa kebocoran mikro terendah didapat oleh kelompok yang menggunakan Everstick Net dan kelompok yang menggunakan polyethylene fiber dimana glass fiber menunjukan hasil kebocoran mikro lebih sedikit daripada polyethylene fiber dan kebocoran mikro tertinggi pada restorasi resin komposit tanpa pemberian fiber.12 Hal ini juga didukung oleh penelitian kumar et al yang melihat skor kebocoran mikro pada kavitas klas II pada margin gingival menunjukan hasil kebocoran mikro yang lebih baik dengan penambahan fiber dengan glass fiber yang celah mikronya lebih sedikit daripada polyethylene fiber.33

Pada penelitian ini, penambahan fiber reinforced pada restorasi resin komposit dapat menurunkan kebocoran mikro. Namun, berdasarkan hasil Mann-Whitney test hanya kelompok yang diperkuat dengan short fiber (EverX) yang menunjukkan perbedaan kebocoran mikro secara signifikan dengan kelompok kontrol. Sedangkan kelompok yang diperkuat dengan polyethylene fiber (Ribbond) tidak menunjukkan perbedaan kebocoran mikro yang signifikan dengan kelompok kontrol.

Efisensi dari fiber reinforced tergantung pada beberapa faktor seperti resin komposit yang digunakan, panjang fiber, orientasi fiber, posisi fiber, adhesi antara fiber dan matriks polimer, impregenasi fiber dengan resin. Short fiber composite (EverX, GC) merupakan bahan restorasi yang memiliki sifat mekanis sama dengan dentin. Resin komposit ini digunakan untuk bahan restorasi gigi posterior terutama pada kavitas dalam yang terdiri dari kombinasi matriks resin, e-glass fiber dan pengisi partikular anorganik. Resin matriks berisi bis-GMA, TEGDMA dan PMMA yang membentuk matriks disebut sebagai semi-Interpenetrating Polymer Network (semi-IPN) yang memiliki sifat adhesif yang baik dan e-glass fiber dapat meningkatkan kekuatan matriks polimer. Kandungan E-glass fiber pada resin komposit dapat mengurangi kebocoran mikro karena ketika proses polimerisasi akan

terjadi penyusutan, filler fiber yang berorientasi secara acak akan menyerap beberapa tekanan penyusutan polimerisasi dan meningkatkan kapasitas untuk menghilangkan tekanan pada matriks sehingga penyusutan saat polimerisasi menjadi minimal.

Garoushi et al membandingkan polimerisasi shrinkage antara short fiber komposit dengan resin komposit bulk fill menyimpulkan bahwa short fiber composite memiliki strain penyusutan terendah sebesar 17%. Penyusutan yang terjadi tidak sama dalam semua arah dan penyusutan polimerisasi dikendalikan oleh arah fiber oleh karena itu selama proses penyusutan, bahan ini tidak dapat menyusut sepanjang fiber. Hal ini dapat menahan dimensi asli secara horizontal namun antara matriks polimer dan fiber dapat menyusut. Ribbond disebut leno woven karena memiliki pattern anyaman locked stitch yang dapat meningkatkan ketahanan, stabilitas dan kemampuan tarik pada fiber. Belli et al yang mengevaluasi LWUHM polyethylene fiber ribbond ketika diletakkan bersamaaan dengan flowable composite pada dasar kavitas dapat mengurangi celah mikro. Fiber filler berorientasi secara continuous bidirectional (Woven) akan menguatkan fiber dalam dua arah, memberikan kekerasan dan bertindak sebagai penghenti crack. Beberapa peneliti menyatakan bahwa polyethylene fiber pada penggunaannya terbatas karena buruknya bonding antara fiber dan resin.

Kolbeck juga menemukan bahwa polyethylene fiber memiliki adaptasi yang lebih rendah daripada glass fiber. Polyethylene fiber (Ribbond) dan glass fiber (EverX) merupakan fiber yang memiliki fungsi sebagai stress reliever dimana berperan menyerap tekanan penyusutan polimerisasi dan meningkatkan kapasitas untuk menghilangkan tekanan pada matriks sehingga penyusutan saat polimerisasi menjadi minimal.

Pada penelitian ini everX yang sudah memiliki kandungan filler glass fiber dalam bentuk resin komposit ditumpat langsung pada kavitas secara merata dengan ketebalan 2 mm kemudian disinar, sedangkan polyethylene fiber ribbond perlu dilakukan proses wetting terlebih dahulu kemudian diletakkan pada dasar kavitas yang telah diberi resin komposit flowable dengan posisi mencakup dari dinding bukal hingga lingual yang memungkinkan terjadinya pergeseran letak ribbond ketika

peletakkan maupun polimerisasi dan kemungkinan void antar lapisan yang dapat mengurangi kemampuan adaptasi bahan.

Hal ini dapat menjelaskan bahwa letak fiber reinforced pada suatu restorasi dapat mempengaruhi adaptasi bahan resin komposit pada permukaan gigi.

BAB 7

Dokumen terkait