• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARA UKUR

4.5 Metode Pengumpulan Data .1 Alat Penelitian

4.5.2 Bahan Penelitian

 Gigi premolar rahang atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti ataupun yang sudah diekstraksi karena mobiliti

 Saline untuk penyimpanan sampel penelitian

 Gips untuk penanaman gigi (Super gips)

 Sticky wax (AnchorBrand) (gambar 7i)

 Gutta percha (indodent)

 Root canal sealer AH 26 (dentsply) (gambar 7b)

 Liner sebagai orifice barrier ionoseal (VOCO) (gambar 7c)

 Total etch two step, etch and bonding ( 3M ESPE) (gambar 7a)

 NaOCL 5,25%

 EDTA 17% (Indodent) (gambar 7d)

 Resin komposit short fiber reinforced (EverX Posterior, GC) (gambar 7f)

 Resin komposit bulk fill Tetric N Ceram Flowable (Ivoclar-Vivadent) (gambar 7g)

 Resin komposit bulk fill Tetric N Ceram (Ivoclar-Vivadent) (gambar 7h)

 Polyehtylene fiber reinforced (Ribbond) (gambar 7e)

 Aquadest

 Cat kuku bening (aseton)

 Methylene blue 2%

Gambar 7 a. Etsa dan Bonding (3M ESPE), b. Sealer (AH 26), c. Ionoseal Liner (VOCO), d. EDTA 17% (Indodent), e. Ribbond, f. Ever X (GC), g. Tetric N Flow, h. Tetric N Ceram Bulk fill, i. Wax

4.5.3 Prosedur Penelitian a. Persiapan Sampel

Sampel yang digunakan sebanyak 30 buah gigi premolar satu dan dua rahang atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti ataupun yang sudah diekstraksi karena mobiliti dengan kriteria tidak ada karies, fraktur mahkota dan belum pernah direstorasi, sampel direndam dalam larutan saline. Kemudian sampel dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan perlakuan pembagian secara acak, masing-masing berjumlah 10 sampel dan ditanam dalam balok gips yang berfungsi untuk memudahkan saat preparasi restorasi sampel. Setiap kelompok ditambahkan dua sampel lain pada sebelah ujung kanan dan ujung kiri tiap balok yang berfungsi

a c

i g h

f e

d

b

sebagai penyangga sampel agar dalam preparasi restorasi sampel, semua sampel penelitian menerima perlakuan yang sama. (gambar 8)

Gambar 8. penanaman sampel pada balok gips berdasarkan kelompok

b. Perlakuan Sampel 1. Preparasi Sampel

Setiap gigi dipreparasi untuk kavitas standar MOD. Bentuk outline form desain kavitas klas II mesio oklusal distal (MOD) gigi premolar dengan lebar bagian aproksimal 2/3 dari lebar bukopalatal dari premolar maksila, oklusal istmus dipreparasi ½ dari lebar bukopalatal dengan kedalaman kavitas sebesar 3,5 mm dari tip cusp palatal dan 1 mm diatas amelocemental junction pada aspek servikal dari box aproksimal (gambar 9).32

Preparasi akses ke jaringan enamel dan dentin menggunakan round diamond bur dan preparasi dimulai pada enamel permukaan oklusal, lalu preparasi dilebarkan dengan menggunakan fissure diamond bur hingga terbuka atap pulpa. Preparasi dilanjutkan menggunakan endo akses bur dengan arah tegak lurus sesuai panjang aksis gigi. Preparasi dilakukan hingga tampak orifisum, jika perlu gunakan probe endodontik untuk mencari orifisum. Kemudian eksplorasi saluran akar untuk mencari jalan masuk ke saluran akar melalui orifisum dengan smooth broach atau jarum

I

II

III

miller dan dilanjutkan dengan ekstirpasi jaringan pulpa saluran akar dengan menggunakan barbed broach.

Gambar 9. Desain preparasi klas II MOD dengan kedalaman kavitas 3,5 mm A.tampak proksimal, B. tampak oklusal32

2. Preparasi Saluran akar

Preparasi saluran akar menggunakan teknik step-back. Pertama tentukan initial file dengan menggunakan file tipe K-File. Gunakan K-file ukuran paling kecil size 10, insersikan ke dalam saluran akar hingga ujung tip menyentuh apeks, kemudian posisikan rubber stopper setinggi bidang oklusal. Panjang kerja ditentukan dengan mengurangi 0,5 mm dari panjang mencapai apeks. Preparasi saluran akar dilakukan hingga mencapai K-file size 30 dengan panjang kerja yang sama dan dilanjutkan teknik step back hingga K-file size 40 dengan pengurangan panjang kerja 1 mm setiap pergantian K-file. Hal ini dilakukan agar terbentuk pengerucutan saluran akar yang baik. Irigasi setiap pergantian file dengan larutan natrium hipoklorit 5,25%

lalu irigasi terakhir dengan menggunakan EDTA 17% dan larutan NaOCl 5,25% dan aquadest. Kemudian saluran akar dikeringkan dengan paperpoint (gambar 10).32

Gambar 10. proses preparasi saluran akar A B

3. Obturasi

Saluran akar diisi dengan gutaperca menggunakan teknik kondensasi lateral.

Tentukan master point dan dicocokkan ke dalam saluran akar. Lakukan penguakan secara hati-hati dengan menggunakan spreader. Guttaperca tambahan dimasukkan kembali ke dalam saluran sehingga seluruh saluran akar terisi dengan baik. Kelebihan guttaperca dibuang dengan menggunakan instrumen panas hingga mencapai kanal orifisi. (gambar 11)

Gambar 11. proses pengisian saluran akar menggunakan gutta percha dan sealer 4. Restorasi Sampel

Kelompok I :

Aplikasi etsa dengan menggunakan mikrobrush selama 15 detik, bilas dengan air, lalu keringkan, namun tetap pertahankan gigi dalam kondisi lembab. Selanjutnya aplikasikan bonding pada gigi yang sudah dipreparasi dan sinari selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Lalu aplikasikan short fiber reinforced composite (everX) setebal 2 mm diikuti dengan penyinaran selama 20 detik (gambar 13g). Aplikasikan resin komposit bulk fill (Tetric N Ceram bulk-fill) pada lapisan oklusal dan sinari selama 20 detik. (gambar 12 a)

Kelompok 2:

Persiapkan polyethylene fiber ribbond dengan lebar 2 mm yang sudah dipotong dan disesuaikan dengan desain kavitas sehingga mencakup dinding bukal dan dinding lingual hingga ketinggian 2mm dari dasar kavitas. Ribbond kemudian diletakkan dalam bonding lalu diletakkan di tempat gelap selama 5 menit sebelum tindakan restorasi. Aplikasi etsa pada kavitas dengan menggunakan mikrobrush selama 15 detik, bilas dengan air, lalu keringkan, namun tetap pertahankan gigi dalam kondisi lembab (gambar 13f). Selanjutnya aplikasikan bonding pada gigi yang sudah dipreparasi dan sinari selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan flowable resin setebal 1 mm pada permukaan kavitas (gambar 13e), kemudian letakkan ribbond di atasnya mencakup dinding bukal, dasar kavitas, dan dinding lingual hingga ketinggian 2 mm dari dasar kavitas dan sinari selama 20 detik. Lalu aplikasikan Tetric N Ceram bulk fill sebagai restorasi dengan teknik bulk dan sinari selama 20 detik. (gambar 12b)

Kelompok 3:

Aplikasi etsa dengan menggunakan mikrobrush selama 15 detik, bilas dengan air, lalu keringkan, namun tetap pertahankan gigi dalam kondisi lembab (gambar 13b).

Selanjutnya aplikasikan bonding pada gigi yang sudah dipreparasi (gambar 13c) dan sinari selama 20 detik untuk proses polimerisasi (gambar 13d). Aplikasikan Tetric N Ceram bulk fill sebagai restorasi dengan teknik bulk dan sinari selama 20 detik.

(gambar 12c)

Gambar 12. Teknik restorasi pada kelompok I SFRC (short fiber reinforced composite), resin komposit bulk fill (a), kelompok II FRC (flowable resin composite), PWF (polyethylene woven fiber / ribbond), dan resin komposit bulk fill (b) dan resin komposit bulk fill (c)

a b c

Gambar 13. a. Pemasangan matriks band, b. Aplikasi etsa 15 detik, c. Aplikasi bonding, d. Sinar selama 20 detik, e. Aplikasi Tetric N Flow, f. Wetting Ribbond, g. Aplikasi EverX, h. Peletakkan ribbond pada dasar kavitas, i. Restorasi gigi dengan Tetric N Ceram Bulk fill

5. Finishing & Polishing

Setelah gigi selesai direstorasi, lakukan contouring dan finishing menggunakan fine finishing bur untuk membuang restorasi resin komposit yang berlebihan kemudian lakukan pemolisan dengan menggunakan bur enhance pada seluruh permukaan restorasi.

6. Proses Thermocycling

Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan kedalam wadah dengan larutan saline dan direndam selama 24 jam (gambar 14). Kemudian, lakukan proses

a b c

d e

g

f

h i

thermocycling dengan memasukkan sampel ke dalam beaker glass yang berisi air es selama 30 detik dengan temperatur 5 C lalu pindahkan dengan waktu transfer 10 detik ke waterbath bertemperatur 55 C, diamkan selama 30 detik dan lakukan berulang sebanyak 500 kali (gambar 15).

Gambar 14. Perendaman sampel gigi dalam saline selama 24 jam

Gambar 15. Proses thermocycling

7. Perendaman dalam Larutan Methylene Blue 2%

Seluruh sampel bagian apeks ditutupi dengan wax dan seluruh permukaan gigi dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali permukaan restorasi dan 1 mm di sekitar tepi restorasi, kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket (gambar 16A). Setelah itu, seluruh sampel dilakukan perendaman dalam larutan methylene blue 2% selama 24 jam pada suhu kamar. (gambar 16B) Selanjutnya, seluruh gigi dibersihkan dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan.

Gambar 16. A. Sampel ditutupi wax dan dilapisi cat kuku B. Perendaman sampel dalam larutan Methylene Blue 2%

8. Pengukuran Celah Mikro

Sampel dibagi secara mid-sagital pada bidang mesiodistal menggunakan ceramic cutting disk dengan kecepatan 125 rpm. Pengamatan celah mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna methylene blue 2% pada tepi restorasi pada sisi mesial dan distal baik di bukal maupun palatal melalui stereomikroskop dengan pembesaran 20x, pengukuran dilakukan oleh 2 orang untuk menghindari subjektivitas.

Derajat celah mikro ditentukan dengan mengamati perluasan methylene blue 2% dari sisi gigi yang perluasannya paling panjang dan dinilai dengan menggunakan sistem penilaian standar pada bagian marginal dinding servikal.

Pemilihan sisi dengan penetrasi zat warna yang terpanjang akan menunjukkan sejauh mana celah mikro yang terjadi sehingga hasil yang diperoleh benar-benar menunjukkan kemampuan alat penyinaran tersebut dalam menghasilkan penutupan tepi restorasi yang optimal.

Berikut skor penetrasi warna celah mikro pada dinding servikal32 (gambar 17):

0 – tidak ada dye penetration

1 – dye penetration superfisial tidak melebihi EDJ

2 – dye penetration sepanjang lantai gingiva dan hingga dinding aksial 3 – dye penetration sepanjang dinding aksial dan lantai pulpa

4 – dye penetration mengenai kamar pulpa melalui lantai pulpa (gambar 17):

Gambar 17. Skema penampang gigi setelah dibelah secara mesiodistal yang menunjukkan celah mikro pada servikal (A) Bukal, (B) Palatal Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh El-helali R, Dowling AH, McGinley EM, Duncan HF, Fleming GJP.32

Dokumen terkait