• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Metode Pengolahan Data

4.4.2 Analisis Hirarki Keputusan

Analisis hirarki keputusan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi dan pemilihan alternatif strategi promosi. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan strategi promosi yang dibuat berdasarkan kondisi yang dialami perusahaan saat ini. Alternatif strategi promosi yang dilakukan antara lain menitikberatkan pada periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), penjualan pribadi (personal selling), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation), dan pemasaran langsung (direcet marketing). Alternatif strategi yang dibuat berdasarkan hasil pengamatan oleh pihak perusahaan yang dikaitkan dengan kondisi yang menyertai produk di lapangan. Untuk pengolahan data dilakukan dengan metode PHA dan berdasarkan kerangka kerja PHA, maka penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi dari sasaran konsumen dan pihak PT Biofarmaka Indonesia untuk membuat struktur hirarki. Struktur hirarki yang telah disusun menjadi dasar dalam pembuatan kuisioner bagi responden. Kuisioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat struktur hirarki. Sebuah hirarki yang telah disusun dengan elemen- elemennya menjadi tidak berarti apabila tanpa nilai atau bobot yang menyertainya.

Penggunaan metode PHA sangat mengutamakan kualitas dari responden dan bukan kuantitas responden. Data yang diperoleh melalui kuisioner diolah dengan menggunakan program komputer expert choice 2000. Hasil pengolahan data ini diperlukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan strategi promosi sesuai dengan tujuan promosi perusahaan dan pemilihan alternatif strategi prmosi yang tepat dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel.

Kerangka kerja PHA terdiri dari delapan langkah utama (Saaty 1993) yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mendefenisikan persoalan dan merincikan pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki. Tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti tujuan, kriteria, dan aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu hirarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan para analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh (Gambar 5). Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan atau skenario. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat dibawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.

Gambar 5. Model Struktur Proses Hirarki Analitik G F1 F2 F3 Fn A1 A2 A3 An O1 O2 O3 On S1 S2 S3 Sn … … … Tingkat 1: Fokus Tingkat 2: Faktor Tingkat 3: Pelaku Tingkat 4: Tujuan Tingkat 5: Skenario

3. Menyusun matriks banding berpasangan. Dimulai dari puncak hirarki yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada dibawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki. Suatu elemen disebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada disebelah kiri elemen puncak matriks.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah 3. Setelah matriks perbandingan berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i, dengan perbandingan berpasangan antar elemen pada baris ke-j.

Tabel 5. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas

Pentingnya Defenisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar

pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sangat penting dari elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting

daripada elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dari dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting

daripada elemen lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggal yang mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Sumber: Saaty (1993)

Perbandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan pernyataan “Seberapa kuat elemen baris ke-j didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-i?”. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah: “Seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-j dibandingkan dengan elemen kolom ke-i

berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 5. Angka- angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibanding dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (X) dibandingkan dengan Fj, sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan dengan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya.

6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkatan dari gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatas. Matriks pembandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi: (1) Matriks pendapat individu (MPI) dan (2) Matriks pendapat gabungan (MPG). Matriks pendapat individu adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. matriks pendapat individu dapat dilihat pada Gambar 6.

X A1 A2 A3 ... An A1 A11 A12 A13 … A1n A2 A21 A22 A23 … A2n A3 A31 A32 A33 … A3n … … … An An1 An2 An3 … Ann Gambar 6. Matriks Pendapat Individu

Sumber: Saaty (1993)

Matriks pendapat gabungan (Gambar 7) adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.

X G1 G2 G3 ... Gn G1 G11 G12 G13 … G1n G2 G21 G22 G23 … G2n A3 G31 G32 G33 … G3n … … … Gn Gn1 Gn2 Gn3 … Gnn Gambar 7. Matriks Pendapat Gabungan

Sumber: Saaty (1993)

Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah:

a) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah.

b) Tidak terdapat angka kebalikan pada baris dan kolom yang sama

7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan MPI terdiri dari dua tahap yaitu (1) pengolahan horisontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio konsistensi.

a) Pengolahan horisontal terdiri dari tiga bagian yaitu penentuan vektor prioritas (vektor eigen), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi.

Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horisontal ini adalah:

• Perkalian baris (Z) dengan rumus:

(i, j = 1, 2, 3,…, n)

• Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Eigen Vektor dengan rumus:

VA = (aij) x VP dengan VA= (VAi) VB =

denganVB = (VBi)

dengan i = 1,2,3,...n

• Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI) dengan rumus:

1

• Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CR) dengan rumus:

RI = Indeks Acak (Random Index) yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dari matriks berorde 1 sampai 15 yang menggunakan sample berukuran 100 (Tabel 6).

Nilai Rasio Inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty 1993).

Tabel 6. Nilai Indeks Acak (RI) Matriks Berorde 2 sampai 8

Orde Indeks Acak (RI)

2 3 4 5 6 7 8 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 Sumber: Saaty (1993)

b) Pengolahan vertikal yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila Cvij didefenisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka:

Dimana:

CHij(t : i-1) = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya (i-1) yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal.

VWt(i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap sasaran utama yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal.

P = jumlah tingkat hirarki

r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t)

8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Pada pengisian judgement pada tahap MPB (matriks pembanding berpasangan) terdapat kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam membandingkan elemen satu dengan elemen yang lain sehingga diperlukan suatu uji inkonsistensi. Dalam PHA, penyimpangan diperlukan dengan toleransi rasio inkonsistensi dibawah 10 persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horisontal dengan menggunakan program komputer expert choice 2000. Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai yang lebih dari 10 persen maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuisioner dan dengan lebih mengarahkan responden yang mengisi kuisioner.

4.5. Defenisi Operasional

Dokumen terkait