• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

6.5 Analisis Hubungan Jarak Pencemaran Lain terhadap Indeks Fecal

Jarak pencemaran lain yang dimaksud merupakan jarak antara sumber pencemar lain seperti genangan air, tempat sampah, dan kandang ternak/kotoran hewan yang salah satunya ditemukan paling dekat dari sarana sumur gali dalam

satuan meter. Depkes (1994) tentang Penyehatan Air Dalam Program Penyediaan dan Penyehatan Air Bersih, jarak sumur dengan sumber pencemar lain (genangan air, tempat sampah, dan kandang ternak/kotoran hewan) dikategorikan tidak memenuhi syarat apabila memiliki jarak < 11 meter. Sumber pencemar lain yang

berada ≥ 11 meter dikategorikan memenuhi syarat sehingga tidak mempengaruhi

pencemaran terhadap air sumur gali.

Hasil pengukuran jarak antara pencemar lain dengan sarana sumur gali terdapat 46 (66,7%) sarana sumur gali yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan Depkes (1994) tentang Penyehatan Air Dalam Program Penyediaan dan Penyehatan Air Bersih, yaitu jarak septic tank < 11 m. Sedangkan, untuk jarak

pencemar lain ≥ 11 meter dari sumur gali sebanyak 23 (33,3%) sarana sumur gali. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rancabungur yang menyatakan bahwa jarak antara pencemaran lain dengan sumur gali terdapat 53 (60,23%) sarana sumur gali tidak memenuhi syarat dengan jarak < 11 meter dan sekitar 35 (39,77%) sarana sumur gali memiliki jarak

≥ 11 meter sehingga sudah memenuhi syarat (Mulyana 2003). Tentunya berdasarkan tinjauan pustaka, lokasi sumber pencemar yang < 11 meter dapat memperbesar potensi pencemaran pada air sumur gali (Katiho 2012).

Hasil analisis tabel silang pada Tabel 5.9 menunjukan bahwa tidak adanya hubungan antara jarak pencemaran lain terhadap indeks Fecal coliform pada air sumur gali di Desa Sentul Kecamatan Kragilan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rancabungur menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara kualitas bakteriologi dengan sumber pencemar lain (Mulyana 2003). Penelitian ini juga sejalan dengan

menunjukan tidak ada korelasi yang signifikan antara jarak sumur pencemar lain dengan kadar mikroorganisme dalam air sumur gali dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0,787 (Marsono 2009).

Peneliti berasumsi bahwa tidak terdapatnya hubungan antara jarak pencemaran lain dengan indeks Fecal coliform karena dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti porositas dan permeabilitas, serta arah aliran air tanah. Porositas dan permeabilitas dapat mempengaruhi penyerapan air yang dapat merembes masuk kedalam air tanah seperti air sumur gali. Air tanah secara alami mengalir oleh karena adanya perbedaan tekanan dan letak ketinggian lapisan tanah. Air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi apabila letak sumur berada dibagian bawah dari letak sumber pencemar maka bahan pencemar bersama aliran air tanah akan mengalir untuk mencapai sumur gali. Penentuan lokasi pembuatan sumur yang jauh dari sumber pencemar merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi resiko pencemaran (Asdak 2002).

Berdasarkan hasil pengamatan di Desa Sentul Kecamatan Kragilan diketahui bahwa lokasi sumur gali diluar rumah lebih banyak, yaitu sekitar 39 (56,5%) sumur gali dibandingkan dengan lokasi sumur gali didalam rumah. Hal ini dapat diasumsikan bahwa letak sumber pencemar dapat mempengaruhi tingginya kadar mikroorganisme air. Penelitian ini juga diperkuat dengan menyebutkan bahwa semakin tinggi proporsi sarana sumur gali diluar rumah, makin tinggi juga kemungkinan konsentrasi koli tinja yang terkandung dalam sumur gali. Sehingga sumur gali yang terletak diluar rumah memungkinkan tercemar oleh hewan atau sumber pencemar lain (Irianti et al. 2002).

Dari hasil analisis didapatkan nilai OR sebesar 1,365 yang menunjukan bahwa sumur yang jarak pencemar lainnya tidak memenuhi syarat (< 11 meter) mempunyai resiko tercemar Fecal coliform 1,365 kali lebih besar dibandingkan

sumur yang jarak pencemar lain memenuhi syarat (≥ 11 meter). Hal ini juga sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin dekat jarak sumur gali dari sumber pencemar lain maka semakin besar resiko terjadinya pencemaran (Ariyanti 2010). Selain itu, terdapat juga teori yang menyatakan hal yang sama bahwa semakin jauh jarak sumber pencemar, perjalanan air limbah yang mengandung bakteri banyak mengalami penyaringan oleh tanah atau material penyusun tanah, dan sebaliknya semakin dekat jarak sumber pencemar, perjalanan air limbah yang mengandung bakteri sedikit mengalami penyaringan sehingga banyak yang masuk ke dalam air sumur (Marsono 2009).

Hal ini dapat dipengaruhi oleh jenis sumber pencemar. Pada penelitian ini pencemaran lain meliputi kandang ternak, tempat sampah, dan genangan air. Sumber pencemar yang berasal dari kotoran ternak lebih banyak mengandung bakteri dibandingkan dengan sumber pencemaran lain. Semakin banyak ternak semakin banyak kotoran yang dibuang, yang berarti jumlah bakteri semakin banyak sehingga lebih beresiko (Marsono 2009). Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan di Moldova, menyimpulkan bahwa pencemaran air tanah khususnya pada air sumur gali lebih beresiko disebabkan oleh kotoran ternak dan pupuk kandang yang tersimpan (Graham & Polizzotto 2013).

Banyaknya kandang ternak disekitar akan menghasilkan kotoran yang akan mudah meresap ke dalam sumur. Tekstur tanah akan mempengaruhi laju infiltrasi suatu lahan, serta tekstur tanah juga pada dasarnya berhubungan dengan

keadaan pori tanah (Achmad 2011). Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula. Keadaan ini mengakibatkan air merembes masuk melalui celah-celah tanah yang kemudian tercampur dengan air yang ada di sumur tersebut (Tanjungsari 2016).

Semakin banyak bakteri yang dikandung oleh sumber pencemar semakin banyak bakteri yang meresap/masuk ke dalam tanah. Jumlah bakteri yang dikandung oleh sumber pencemar dipengaruhi oleh jumlah manusia atau binatang yang menghasilkan limbah. Semakin banyak jumlah manusia atau binatang semakin besar jumlah bakteri dalam sumber pencemar (Marsono 2009). Oleh karena itu, masyarakat seharusnya tetap memperhatikan sumber pencemar lain yang ada disekitarnya seperti membersihkan sampah dan juga kotoran hewan yang terdapat disekitar sumur gali agar kualitas air sumur gali tetap terjaga, karena masih banyak sumur gali yang tidak memenuhi persyaratan sumber pencemar lain. Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel berupa porositas dan permeabilitas tanah, serta arah aliran tanah yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

6.6 Analisis Hubungan Kondisi Fisik Sumur Gali terhadap Indeks Fecal