• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

6.4 Analisis Hubungan Jarak Septic Tank terhadap Indeks Fecal Coliform

Septic tank adalah tempat pembuangan akhir untuk air besar dari kloset. Pemilihan tempat dan model septic tank yang akan digunakan sangat berpengaruh pada kesehatan (Susanta 2008). Setiap rumahtangga memiliki septic tank

tersendiri untuk membuang kotoran rumahtangga, sehingga dapat berakibat negatif berupa terjadinya pencemaran dari pembuangan limbah rumah tangga tersebut apabila jarak septic tank dekat dengan sumber air bersih seperti air sumur gali (Sugiharto 1987). Selain itu, limbah dari septictank sangat mempengaruhi pencemaran terhadap sumber air bersih apabila jarak septictank dekat dengan sumur gali (Nazar 2010).

Jarak septic tank yang dimaksud adalah jarak terdekat antara septic tank

dengan sarana sumur gali yang dinyatakan dalam satuan meter. Hasil pengukuran jarak antara sarana sumur gali dengan septic tank terdapat 60 (87%) sarana sumur gali yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan Depkes (1994) tentang Penyehatan Air Dalam Program Penyediaan dan Penyehatan Air Bersih, yaitu jarak septic tank < 11 m. Sedangkan, untuk jarak septic tank ≥ 11 meter dari

sumur gali sebanyak 9 (13%) sarana sumur gali.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang menggambarkan jarak antara sumur gali dengan lubang penampungan kotoran atau septic tank lebih banyak yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dimana sebanyak 83% (25 buah sumur) memiliki jarak kurang dari 11 meter yang dikategorikan tidak memenuhi syarat kesehatan dan 17% (lima buah sumur) memiliki jarak lebih dari 11 meter yang dikategorikan memenuhi syarat (Sapulete 2010). Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Citrodiwangsan juga menyatakan hal yang sama bahwa sebesar 57,6% jarak antara sumur gali dengan septic tank tidak memenuhi syarat, sedangkan sebanyak 42,4% jarak antara sumur gali dengan septic tank sudah memenuhi syarat (Pujiati & Pebriyanti 2010).

Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian sumur gali yang diobservasi belum memenuhi syarat lokasi yang aman dengan septic tank sehingga dapat mencemari air sumur gali (Pujiati & Pebriyanti 2010). Pencemaran air dapat terjadi akibat adanya pembuangan kotoran rumah tangga terhadap tanah disekitarnya. Kemudian air sisa kotoran akan meresap ke dalam tanah. Pencemaran yang ditimbulkan oleh bakteri terhadap air yang ada didalam tanah dapat mencapai jarak 11 meter searah dengan arah aliran air tanah, jika jarak

septic tank kurang dari 11 meter maka dapat menyebabkan pencemaran pada air tanah seperti air sumur gali (Kusjuliadi 2010).

Dari hasil pengamatan, jarak septic tank dengan sarana sumur gali di Desa Sentul tidak memenuhi syarat disebabkan karena luas lahan yang terbatas, sehingga sangat memungkinkan jarak antara septic tank dengan sarana sumur gali berdekatan dan tidak memenuhi standar yang ditetapkan. Hal ini disejalan dengan penelitian yang yang menyatakan luas lahan yang terbatas sangat memungkinkan jarak antara septic tank dengan sumber air bersih tidak memenuhi syarat (Nazar 2010). Selain itu, dari 69 sarana sumur gali yang diamati, diketahui bahwa 39 sarana sumur gali (56,5%) berada diluar rumah sehingga dapat diasumsikan bahwa jarak sumur gali lebih dekat ke lubang penampungan kotoran atau septic tank. Maka dari itu, makin tinggi sarana sumur gali di luar rumah, kemungkinan semakin tinggi juga konsentrasi tinja akibat pencemaran yang berasal dari septic tank (Irianti et al. 2002).

Hasil analisis tabel silang pada Tabel 5.8 menunjukan bahwa adanya hubungan antara jarak septic tank terhadap indeks Fecal coliform pada air sumur gali di Desa Sentul Kecamatan Kragilan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tuminting Kota Manado menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna secara statistik antara jarak sumur gali dari

septic tank atau lubang penampungan kotoran dengan kandungan Fecal coliform

(E. coli) dalam air sumur gali (Sapulete 2010).

Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa jarak antara sumur gali dengan septic tank berpengaruh secara signifikan terhadap kandungan bakteri

Lumajang dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 (Pujiati & Pebriyanti 2010). Selain itu, penelitian lainnya juga menunjukan hal yang sama, yaitu antara jarak tangki septik sekitar sumur sampel berhubungan secara signifikan dengan kandungan koli-fekal di wilayah sekitar Sungai Cikapundung (Ramdhany 2004). Air yang berasal dari sumur gali yang jaraknya kurang dari 11 meter dari tangki septik diperkirakan akan memiliki kandungan bakteri coliform khususnya bakteri

fecal coliform (Ridhosari & Roosmini 2011). Adanya Fecal coliform didalam air mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan tinja baik dari manusia maupun hewan yang berasal dari septic tank (Szabo et al. 2009).

Tingginya Fecal coliform yang terdapat pada sumur gali yang dekat dengan septic tank juga dapat dipengaruhi juga oleh kedalaman sarana sumur gali. Dari wawancara yang dilakukan, yaitu sebanyak 66 sarana sumur gali (95,7%) memiliki kedalaman < 15 meter sehingga tergolong kedalam sumur gali dangkal. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang menyatakan bahwa air yang terkontaminasi dengan tinja akan mengandung jumlah koli-fekal yang cukup tinggi terutama pada sumur-sumur dangkal (Szabo et al. 2009).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai OR sebesar 14,5 menunjukan bahwa sumur yang jarak septic tank tidak memenuhi syarat (< 11 meter) mempunyai resiko tercemar Fecal coliform 14,5 kali lebih besar dibandingkan sumur yang jarak septic tankmemenuhi syarat (≥ 11 meter). Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa sumur yang jarak septic tank

< 11 m mempunyai resiko tercemar bakteri Fecal Coliform (E.colil) 15,889 lebih besar dibandingkan sumur yang jarak septic tank≥ 11 m (Muchlis et al. 2017).

Tentunya jarak septic tank berpengaruh terhadap bakteri Fecal Coliform

menunjukan bahwa semakin jauh jarak antara sumur gali dengan septic tank maka kandungan bakteri Fecal coliform pada air sumur gali semakin sedikit (Pujiati & Pebriyanti 2010). Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa sumur gali yang dilingkungannya tidak terdapat tangki septik mempunyai kandungan koli-fekal masuk pada kategori rendah bila dibandingkan dengan sumur gali yang lingkungannya terdapat tangki septik pada jarak rawan untuk mencemari air sumur gali (Ramdhany 2004).

Sumur gali yang berdekatan jaraknya dengan septic tank juga dapat tercemar oleh bakteri Fecal coliform akibat konstruksi septic tank yang tidak kedap air sehingga dapat mengalami resapan ke dalam air sumur gali. Selain itu, porositas dan permeabilitas tanah juga dapat mempengaruhi laju infiltrasi sehingga mempengaruhi penyerapan bakteri yang akan mencemari air tanah khususnya air sumur gali (Muchlis et al. 2017). Oleh karena itu, diharapkan peneliti selanjutnya melakukan pengukuran mengenai porositas dan permeabilitas tanah agar mengetahui faktor lain yang mempengaruhi penyerapan bakteri pada air tanah khususnya air sumur gali. Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya juga dapat menambahkan variabel konstruksi septic tank yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

6.5 Analisis Hubungan Jarak Pencemaran Lain terhadap Indeks Fecal