• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Buffer 200 m

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4. Analisis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Buffer 200 m

Dari hasil overlay peta RTRW Kota Bogor (Gambar 16) dengan informasi eksisting penggunaan/penutupan lahan (Gambar 8 dan 9), diperoleh peta inkonsistensi pemanfaatan ruang Kota Bogor tahun 2003 (Gambar 17 a) dan Tahun 2007 (Gambar 17 b), kemudian dari peta inkonsistensi yang telah diperoleh masing masing akan di-intersect dengan empat macam hiraki jalan yang telah dilakukan buffer 200 m, sehingga didapatkan peta inkonsistensi di sepanjang jalan utama Kota Bogor dengan buffer 200 m untuk tahun 2003 dan 2007 (Gambar 21 dan Gambar 22).

Berdasarkan hasil analisis, jenis inkonsistensi di sepanjang jalan utama Kota Bogor tahun 2003 paling besar terjadi pada taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun dan ladang/tegalan) yaitu sekitar 20 Ha (0,37% dari total luas buffer di sepanjang jalan utama Kota Bogor sebesar 5.235 Ha dan 15,12% dari total luas peruntukan taman/lap olahraga/jalur hijau di sepanjang buffer jalan utama sebesar 130 Ha), dan jenis inkonsistensi yang paling rendah luasannya terjadi pada hutan kota/kebun raya menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun dan tanah kosong) yaitu sekitar 7 Ha (0,13% dari total luas buffer di sepanjang jalan utama Kota Bogor sebesar 5.235 Ha dan 7,49% dari total luas peruntukan untuk hutan kota/kebun raya di sepanjang buffer jalan utama sebesar 93 Ha) (Tabel 13).

Tabel 13. Inkonsistensi Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang dan Luas Peruntukan Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama Kota Bogor Tahun 2003

Peruntukan Menurut RTRW Luas Peruntukan Luas Inkonsistensi % Inkonsistensi dari Luas Peruntukan Ha % Ha %

Taman/Lap OR/Jalur Hijau 130 2,46 20 0,37 15,12

Pertanian/Kebun Campuran 0,36 0,01 0 0 0

Hutan Kota/Kebun Raya 93 1,77 7 0,13 7,49

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Pada tahun 2007 jenis inkonsistensi paling besar terjadi pada taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan lain yaitu 30 Ha (0,57% dari total luas buffer di sepanjang jalan utama Kota Bogor sebesar

5.235 Ha dan 23,04% dari total luas peruntukan taman/lapangan olahraga/jalur hijau sebesar 130 Ha), sedangkan jenis inkonsistensi yang paling rendah luasannya terjadi pada peruntukan pertanian/kebun campuran menjadi bentuk penggunaan lahan lain yaitu 0,04 Ha (0,001% dari total luas buffer di sepanjang jalan utama Kota Bogor sebesar 5.235 Ha dan 12,15% dari total luas peruntukan pertanian/kebun campuran sebesar 0,36 Ha di sepanjang buffer jalan utama) (Tabel 14).

Tabel 14. Inkonsistensi Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang dan Luas Peruntukan Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama Kota Bogor Tahun 2007

Peruntukan Menurut RTRW Luas Peruntukan Luas Inkonsistensi % Inkonsistensi dari Luas Peruntukan Ha % Ha %

Taman/Lap OR/Jalur Hijau 130 2,46 30 0,57 23,04 Pertanian/Kebun Campuran 0,36 0,01 0,04 0,001 12,15

Hutan Kota/Kebun Raya 93 1,77 8 0,15 8,56

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Berdasarkan Gambar 19, 20, dan 21 dapat dilihat untuk tahun 2003 jenis inkonsistensi di sepanjang jalan utama paling besar terjadi pada taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan ruang terbangun sekitar 15,62 Ha dengan besar proporsi berdasarkan peruntukan taman/lapangan olahraga/jalur hijau (130 Ha) adalah sekitar 15,12%, sedangkan pada tahun 2007 jenis inkonsistensi ini mengalami peningkatan menjadi 23,20 Ha dengan besar proporsi berdasarkan peruntukan taman/lapangan olahraga/jalur hijau (130 Ha) adalah sekitar 23,04%. Demikian halnya dengan hutan kota/kebun raya dan pertanian/kebun campuran yang mengalami perubahan yang identik, hal ini mencerminkan tingginya kebutuhan akan ruang terbangun di sepanjang jalan utama Kota Bogor sebagai tempat tinggal dan juga beraktivitas.

Peningkatan inkonsistensi taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan ladang/tegalan sekitar 2,62 Ha (2,82% dari peruntukan untuk taman/lapangan olahraga/jalur hijau sekitar 130 Ha) diindikasikan sebagai suatu tahapan perubahan pemanfaatan lahan menjadi penggunaan lahan lain seperti ruang terbangun yang mempunyai nilai rent tinggi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Begitu juga dengan inkonsistensi hutan kota/kebun raya

menjadi tanah kosong di tahun 2007 sekitar 0,95 Ha (0,74 % dari peruntukan hutan kota/kebun raya sekitar 93 Ha), dimana pada tahun 2003 belum terdapat jenis inkonsistensi ini di sepanjang jalan utama Kota Bogor, diduga karena perkembangan akan ruang terbangun di Kota Bogor secara linier mengikuti jaringan jalan utama yang ada maka kebutuhan akan ruang terbangun ini diawali dengan perubahan penggunaan lahan hutan kota/kebun raya ke tanah kosong terlebih dahulu untuk selanjutnya menjadi penggunaan lahan lain dengan nilai rent yang lebih tinggi daripada penggunaan lahan sebelumnya seperti ruang terbangun (built up area).

Selain itu dibandingkan tahun 2003, pada tahun 2007 jenis inkonsistensinya bertambah, dimana pada tahun 2007 sudah terdapat jenis inkonsistensi pertanian/kebun campuran menjadi ruang terbangun dan hutan kota/kebun raya menjadi tanah kosong sedangkan pada tahun 2003 belum ditemukan inkonsistensi jenis ini. Hal ini disebabkan semakin tingginya penggunaan lahan ke arah ruang terbangun sebagai tempat tinggal dan juga beraktivitas yang mendorong segala bentuk alih fungsi lahan.

Gambar 18. Luas Total dan Jenis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Jalan Utama Kota Bogor Tahun 2003 dan Tahun 2007 (Ha)

Keterangan:

A = Hutan Kota/Kebun raya  Ruang Terbangun B = Hutan Kota/Kebun raya  Tanah Kosong

D = Taman/Lap OR/Jalur Hijau  Ruang Terbangun E = Taman/Lap OR/Jalur Hijau  Ladang/Tegalan

Gambar 19. Proporsi Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama yang Konsisten dan Inkonsisten Terhadap Peruntukan Ruang Berdasarkan Jenis

Inkonsistensinya di Kota Bogor Tahun 2003 (%)

Gambar 20. Proporsi Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama yang Konsisten dan Inkonsisten terhadap Peruntukan Ruang Berdasarkan Jenis

Berdasarkan Gambar 21 dapat dilihat bahwa sebaran inkonsistensi pemanfaatan ruang di sepanjang jalan arteri (arteri primer dan sekunder) Kota Bogor pada tahun 2003 didominasi dengan jenis inkonsistensi berupa taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun dan ladang/tegalan). Sedangkan pada tahun 2007 sebaran inkonsistensi taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun dan ladang/tegalan) masih mendominasi di sepanjang jalan arteri (arteri primer dan sekunder) disertai bertambahnya luasan dari tahun 2003 ke tahun 2007.

Untuk jalan arteri primer dapat dilihat sebaran inkonsistensi pemanfaatan ruang yaitu taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan yang lain (ruang terbangun dan ladang/tegalan) merupakan inkonsistensi pemanfaatan ruang dengan luasan yang rendah dibandingkan dengan di jalan arteri sekunder baik pada tahun 2003 dan tahun 2007 dengan jenis inkonsistensi yang sama (taman/lapangan olahraga/jalur hijau ke bentuk penggunaan lahan lain).

Pada Gambar 22, menunjukkan bahwa sebaran inkonsistensi pemanfaatan ruang di sepanjang jalan kolektor (kolektor primer dan sekunder) pada tahun 2003 masih didominasi oleh jenis inkonsistensi taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun dan ladang/tegalan) demikian halnya pada tahun 2007 dimana pada tahun 2007 semakin bertambah luasan inkonsistensinya. Tetapi di jalan kolektor sekunder pada tahun 2003 belum terdapat jenis inkonsistensi pertanian/kebun campuran menjadi bentuk penggunaan lahan lain, sedangkan pada tahun 2007 di jalan kolektor sekunder sudah terdapat luasan kecil inkonsistensi pertanian/kebun campuran menjadi bentuk penggunaan lahan ruang terbangun.

Baik inkonsistensi yang terjadi di sepanjang jalan arteri dan sekunder. Hal ini mengindikasikan kebutuhan ruang akan penggunaan lahan lain dan ruang terbangun khususnya telah meningkat yang mengakibatkan dan mendorong segala bentuk penyimpangan terhadap peruntukan penggunaan lahan termasuk pertanian/kebun campuran.

(a)

(b)

Gambar 21. Peta Inkonsistensi di Sepanjang Jalan Arteri Kota Bogor (a) Tahun 2003 dan (b) Tahun 2007

(a)

(b)

Gambar 22. Peta Inkonsistensi di Sepanjang Jalan Kolektor Kota Bogor (a) Tahun 2003 dan (b) Tahun 2007

5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inkonsistensi di Sepanjang Jalan

Dokumen terkait