• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Analisis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang Kota Bogor

Dari hasil overlay peta RTRW Kota Bogor (Gambar 16) dengan informasi eksisting penggunaan/penutupan lahan (Gambar 8 dan Gambar 9), diperoleh peta inkonsistensi pemanfaatan ruang Kota Bogor tahun 2003 (Gambar 17) dan Tahun 2007 (Gambar 18) yang kemudian dianalisis.

Pada analisis inkonsistensi tahun 2003, jenis inkonsistensi paling besar terjadi pada taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun, ladang/tegalan dan sawah) yaitu seluas 124 Ha (1,10 % dari total luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.267 Ha atau 67,50% dari luas peruntukan untuk taman/lapangan olahraga/jalur hijau sebesar 184 Ha), dan jenis inkonsistensi yang paling rendah luasannya terjadi pada hutan kota/kebun raya menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun dan ladang/tegalan) yaitu seluas 13 Ha (0,12% dari total luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.267 Ha dan 5,11% dari luas peruntukan untuk hutan kota/kebun raya sebesar 260 Ha) (Tabel 11).

Tabel 11. Inkonsistensi Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang dan Luas Peruntukan Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang di Kota Bogor Tahun 2003 Peruntukan Menurut RTRW Luas Peruntukan Luas

Inkonsistensi % Inkonsistensi dari Luas

Peruntukan Ha % Ha % Taman/Lap Olahraga/Jalur Hijau 184 1,63 124 1,10 67,50 Pertanian/Kebun Campuran 130 1,15 14 0,12 10,73 Hutan Kota 260 2,31 13 0,12 5,11

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Pada analisis inkonsistensi tahun 2007, sama halnya seperti tahun 2003 jenis inkonsistensi paling besar terjadi pada taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun, ladang/tegalan dan sawah) yaitu 148 Ha (1,31% dari total luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.267 Ha dan 80,37% dari luas peruntukan untuk taman/lapangan olahraga/jalur hijau sebesar 184 Ha), sedangkan jenis inkonsistensi yang paling rendah luasannya terjadi pada hutan kota/kebun raya menjadi bentuk penggunaan lahan lain (ruang terbangun, ladang/tegalan, sawah dan tanah kosong) yaitu seluas 17 Ha (0,15%

dari total luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.267 Ha dan 6,37% dari luas peruntukan untuk hutan kota/kebun raya sebesar 260 Ha) (Tabel 12).

Tabel 12. Inkonsistensi Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang dan Luas Peruntukan Tiga Kategori Arahan Pemanfaatan Ruang di Kota Bogor Tahun 2007 Peruntukan Menurut RTRW Luas Peruntukan Luas

Inkonsistensi % Inkonsistensi dari Luas

Peruntukan Ha % Ha % Taman/Lap Olahraga/Jalur Hijau 184 1,63 148 1,31 80,37 Pertanian/Kebun Campuran 130 1,15 22 0,19 16,79 Hutan Kota 260 2,31 17 0,15 6,37

Sumber: Hasil Analisis (2009)

Besarnya jenis luasan inkonsistensi taman/lapangan olahraga/jalur hijau dapat dipahami sebagai suatu hal yang menggambarkan minimnya pengawasan pemerintah dan kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya ruang terbuka hijau di Kota Bogor yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekologi di tengah perkembangan pembangunan yang cukup pesat di Kota Bogor.

Pada Gambar 13, 14, dan 15 dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 jenis inkonsistensi paling besar terjadi pada taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi penggunaan lahan ruang terbangun sekitar 104 Ha dengan besar proporsi berdasarkan peruntukan taman/lapangan olahraga/jalur hijau (184 Ha) adalah sekitar 40,01%, sedangkan pada tahun 2007 jenis inkonsistensi ini mengalami luasan peningkatan menjadi 120 Ha dengan besar proporsi berdasarkan peruntukan taman/lapangan olahraga/jalur hijau (184 Ha) adalah sekitar 46,25%.

Untuk tiap jenis inkonsistensi peruntukan RTRW (taman/lapangan olahraga/jalur hijau) menjadi penggunaan/penutupan lahan ladang/tegalan, sawah dan tanah kosong juga mengalami peningkatan luasan inkonsistensi dari tahun 2003 ke 2007, kecuali untuk jenis inkonsistensi hutan kota/kebun raya menjadi ladang/tegalan yang justru mengalami penurunan sebesar 3 Ha dari tahun 2003 ke 2007. Penurunan luasan ladang/tegalan ini dapat dipahami sebagai suatu bentuk konversi dari tanaman pertanian lahan kering yang pada akhirnya menjadi penggunaan lahan lain seperti ruang terbangun karena mempunyai land rent yang tinggi.

Gambar 13. Luas Total dan Jenis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang di Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 (Ha)

Keterangan:

A = Hutan Kota/Kebun Raya  Ladang/Tegalan B = Taman/Lap OR/Jalur Hijau  Ladang/Tegalan C = Hutan Kota/Kebun Raya  Ruang Terbangun D = Pertanian/Kebun Campuran  Ruang Terbangun E = Taman/Lap OR/Jalur Hijau  Ruang Terbangun F = Hutan Kota/Kebun Raya  Sawah

G = Taman/Lap OR/Jalur Hijau  Sawah H = Hutan Kota/Kebun Raya  Tanah Kosong

Gambar 14. Proporsi Pemanfaatan Ruang yang Konsisten dan Inkonsisten terhadap peruntukan ruang di Kota Bogor Tahun 2003 (%)

Gambar 15. Proporsi Pemanfaatan Ruang yang Konsisten dan Inkonsisten terhadap peruntukan ruang di Kota Bogor Tahun 2007 (%)

Berdasarkan Gambar 17 dan 18 dapat dilihat sebaran inkonsistensi pemanfaatan ruang di Kota Bogor pada tahun 2003 mendominasi pada Kecamatan Bogor Selatan dengan jenis inkonsistensi berupa taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan/penutupan lahan lain dan pada tahun 2007 sebaran inkonsistensi taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan/penutupan lahan lain masih mendominasi di Kecamatan Bogor Selatan disertai peningkatan luasan dalam waktu empat tahun.

Pada Kecamatan Tanah Sareal dapat dilihat sebaran inkonsistensi pemanfaatan ruang yaitu taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan/penutupan lahan yang lain merupakan inkonsistensi pemanfaatan ruang dengan luasan yang paling rendah dibandingkan dengan di Kecamatan yang lain baik pada tahun 2003 dan tahun 2007. Hal disebabkan Kecamatan Bogor Selatan yang diperuntukkan sebagai kawasan RTH dan Pemukiman dengan KDB rendah merupakan Kecamatan dengan tingkat pembangunan yang rendah, disamping jarak yang jauh dari pusat kota hal ini menyebabkan rendahnya pengawasan aparat terhadap segala bentuk penyimpangan pemanfaatan ruang. Sehingga tingkat inkonsistensi pemanfaatan ruang yang terjadi begitu tinggi.

Dengan melihat peta RTRW (Gambar 16), dapat disimpulkan besarnya inkonsistensi taman/lapangan olahraga/jalur hijau menjadi bentuk penggunaan

lahan lain di Kecamatan Bogor Selatan dikarenakan minimnya jumlah dan luasan penggunaan lahan dengan nilai rent tinggi (permukiman, perumahan, perdagangan dan jasa, dll) sehingga mendorong segala bentuk penyimpangan penggunaan lahan yang mempunyai nilai rent yang lebih tinggi.

Begitu juga dengan yang terjadi di Kecamatan Tanah Sareal, total luasan inkonsistensi di Kecamatan Tanah Sareal merupakan yang paling rendah diantara kecamatan yang lain dikarenakan peruntukan di Kecamatan Tanah Sareal sudah didominasi oleh penggunaan lahan lain dengan nilai rent yang tinggi (permukiman, perumahan, perdagangan dan jasa, jasa komersial, fasilitas pendidikan, kesehatan, industri dll) sehingga hanya sedikit mendorong bentuk inkonsistensi ke penggunaan lahan lain dengan nilai rent yang lebih tinggi khususnya ke arah ruang terbangun.

(a)

(b)

Gambar 17. Peta Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang Kota Bogor Tahun 2003 (a) dan 2007 (b)

5.4. Analisis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Buffer 200 m

Dokumen terkait