• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan

Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Utara, dan Tanah Sareal. Berdasarkan hasil digitasi Citra SPOT 2003 dan Citra Ikonos 2007 Kota Bogor dengan tujuh klasifikasi penggunaan/penutupan lahan yaitu: badan air, belukar/semak, kebun/pepohonan, ladang/tegalan, ruang terbangun (built up area), sawah, tanah kosong maka didapatkan luas (Ha) masing-masing tipe penggunaan/penutupan lahan tersebut pada tahun 2003 dan 2007 yang disajikan pada Tabel 9.

Pada Tabel 9 dan Gambar 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2003 sebaran penggunaan/penutupan lahan di Kota Bogor didominasi oleh ruang terbangun (built up area) sebesar 36,89% (4.154 Ha), selanjutnya badan air merupakan luasan lahan paling rendah 1,63% (184 Ha). Selebihnya merupakan penggunaan/penutupan lahan belukar semak 2,51% (282 Ha), kebun/pepohonan 15,82% (1.783 Ha), ladang/tegalan 12,64% (1.424 Ha), sawah 23,03% (2.594 Ha), dan tanah kosong 7,49% (843 Ha).

Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

Land Use/Land Cover Tahun 2003 Tahun 2007

Ha % Ha % Badan Air 184 1,63 228 2,03 Belukar/Semak 282 2,51 390 3,46 Kebun/Pepohonan 1783 15,82 1653 14,67 Ladang/Tegalan 1424 12,64 743 6,59 Ruang Terbangun 4156 36,89 5322 47,23 Sawah 2594 23,03 2100 18,64 Tanah Kosong 843 7,49 832 7,38

Gambar 4. Proporsi Total Penggunaan/Penutupan Lahan di Kota Bogor Tahun 2003 (%)

Pada Tahun 2007, luas ruang terbangun meningkat menjadi 47,23% (5.322 Ha) diikuti oleh belukar/ semak 3,46% (390 Ha) dan badan air 2,03% (228 Ha) dari total luas daerah penelitian, sedangkan yang mengalami penurunan luas adalah kebun/pepohonan menjadi 14,67% (1.653 Ha), ladang/tegalan 6,59% (743 Ha) sawah 18,64% (2.100 Ha), dan tanah kosong menjadi 7,38% (832 Ha) (Gambar 5).

Gambar 5. Proporsi Total Penggunaan/Penutupan Lahan di Kota Bogor Tahun 2007 (%)

Peningkatan ruang terbangun dapat dipahami sebagai konsekuensi logis dari peningkatan kegiatan ekonomi termasuk jasa komersial meliputi industri, perdagangan dan jasa, perkantoran/pemerintahan dan pertambahan jumlah penduduk yang membutuhkan ruang sebagai tempat tinggal dan beraktivitas dari waktu ke waktu. Sedangkan penurunan luasan sawah dan ladang/tegalan mengindikasikan adanya tahapan perubahan pemanfaatan lahan menjadi ruang terbangun, yakni berawal dari sawah kemudian menjadi ladang/tegalan terlebih dahulu sebelum akhirnya menjadi ruang terbangun. Penelitian Marisan (2006) di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor menyimpulkan bahwa peningkatan luasan area ruang terbangun sebagian besar (75,75%) berasal dari penutupan pertanian lahan kering, sementara itu peningkatan luasan area pertanian lahan kering sebagian besar berasal dari penutupan lahan basah (72,75%). Untuk badan air peningkatan lebih disebabkan perluasan area untuk kawasan/fasilitas olahraga di Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan dalam skala besar.

Jika dilihat berdasarkan perbandingan dua titik tahun, secara keseluruhan penggunaan lahan di Kota Bogor dari tahun 2003 sampai tahun 2007 terbukti mengalami perubahan yang cenderung ke arah ruang terbangun yang mengalami peningkatan sebesar 10,34% atau 1167 Ha dari tahun 2003 hingga 2007 (Gambar 6).

Gambar 6. Perbandingan Proporsi Total Penggunaan/Penutupan Lahan di Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 (%)

Pada Gambar6 terlihat bahwa peningkatan luasan ruang terbangun sebesar 10,34 % (1.167 Ha) diikuti oleh peningkatan belukar/semak 0,95% (107 Ha) dan badan air 0,4% (45 Ha) seiring dengan menurunnya luasan ladang/tegalan sebesar 6,05% (681 Ha), diikuti sawah 4,39% (495 Ha), kebun/pepohonan 1,15% (130 Ha) dan tanah kosong 0,10% (12 Ha). Penurunan jenis penggunaan/penutupan lahan tersebut diduga akan terus terjadi seiring dengan semakin tingginya kebutuhan akan ruang terbangun di Kota Bogor.

Sebagai gambaran umum, untuk perubahan penggunaan/penutupan lahan menjadi ruang terbangun dari tahun 2003 ke tahun 2007 banyak terkonversi dari pertanian lahan kering dan basah meliputi sawah dan tegalan sekitar 304 Ha dan 393 Ha. Sedangkan konversi dari belukar/semak mempunyai luasan yang paling rendah sekitar 15 Ha, selebihnya merupakan konversi dari kebun/pepohonan sebesar 166 Ha dan tanah kosong sebesar 287 Ha (Gambar 7).

Gambar 7. Alih Fungsi Beberapa Pemanfaatan Ruang Tahun 2003 ke Ruang Terbangun Tahun 2007 (Ha)

Berdasarkan Gambar 8 dan 9, dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 hingga 2007 penggunaan lahan yang paling mendominasi adalah ruang terbangun.Ruang terbangun meliputi pemukiman dan jasa komersial cenderung memusat pada Kecamatan Bogor Tengah, hal ini terjadi sebagai akibat dari terkonsentrasinya kegiatan ekonomi di pusat-pusat kota sehingga untuk meminimalisasi jarak banyak penduduk Bogor yang juga tinggal di pusat kota (Bappeda Kota Bogor).

Gambar 8. Peta Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003

5.2. Pola Sebaran Penggunaan Lahan dan Perubahan Luasannya di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama Kota Bogor

Berdasarkan sebaran penggunaan/penutupan lahan Kota Bogor dari Tahun 2003 ke 2007, dapat dilihat secara garis besar dominasi penggunaan/penutupan lahan yang terdistribusi ke dalam ruang terbangun (built up area). Di Kota Bogor pada umumnya wilayah ruang terbangun ini berkembang secara linier mengikuti pola jaringan jalan utama yang ada. Sehingga dari hasil intersect peta land use/land cover tahun 2003 dan 2007 dengan peta jaringan jalan utama Kota Bogor yang dibagi menjadi empat yaitu: 1) jalan arteri primer, 2) jalan arteri sekunder, 3) jalan kolektor primer, 4) jalan kolektor sekunder, dapat diketahui sebaran penggunaan/penutupan lahan di sepanjang jaringan jalan utama Kota Bogor dari tahun 2003 ke 2007.

Pada Tabel 8 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa pada tahun 2003 sebaran penggunaan/penutupan lahan secara keseluruhan di sepanjang jalur utama Kota Bogor dengan buffer 200 m didominasi oleh ruang terbangun sebesar 56,13% (3.607 Ha) sedangkan badan air merupakan luasan lahan yang paling rendah 1,18% (76 Ha) dari total luas area buffer. Selebihnya merupakan penggunaan/penutupan lahan ladang/tegalan 10,24% (658 Ha), kebun/pepohonan 9,63% (619 Ha), tanah kosong 11,45% (736 Ha), sawah 10,21% (656 Ha) dan belukar/semak 1,16% (75 Ha).

Tabel 10. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 (Ha dan %)

Land Use/Land Cover Tahun 2003 Tahun 2007

Ha % Ha % Badan Air 76 1,18 76 1,18 Belukar/Semak 75 1,16 166 2,59 Kebun/Pepohonan 619 9,63 659 10,26 Ladang/Tegalan 658 10,24 280 4,36 Ruang Terbangun 3607 56,13 4251 66,16 Sawah 656 10,21 548 8,53 Tanah Kosong 736 11,45 445 6,92

Gambar 10.Proporsi Total Penggunaan/Penutupan Lahan di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama Kota Bogor Tahun 2003 (%)

Pada tahun 2007, luas ruang terbangun meningkat menjadi 66,16% (4.201,51 Ha) diikuti oleh kebun/pepohonan 10,26% (659 Ha), dan belukar/semak 2,59% (166 Ha) dari total luas area buffer sedangkan yang mengalami penurunan luas adalah ladang/tegalan menjadi 4,36% (280 Ha), lahan sawah menjadi 8,53% (548 Ha), dan tanah kosong menjadi 6,92% (445 Ha). Sedangkan badan air cenderung tetap atau tidak mengalami perubahan (Gambar 11).

Gambar 11. Proporsi Total Penggunaan/Penggunaan Lahan di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama Kota Bogor Tahun 2007 (%)

Jika dilihat berdasarkan perbandingan luasan penggunaan/penutupan lahan tahun 2003 ke 2007 dapat dibuktikan, penggunaan/penutupan lahan di sepanjang jalur utama Kota Bogor dengan buffer 200 m dari tahun 2003 sampai tahun 2007 mengalami perubahan yang cenderung ke arah ruang terbangun, yangmengalami peningkatan sekitar 10,03% (644 Ha) dari tahun 2003 hingga 2007 (Gambar 12). Dengan zona buffer sejauh 200 m, secara umum peningkatan ini cukup menggambarkan bahwa perkembangan ruang terbangun di Kota Bogor ini secara linier diduga mengikuti perkembangan jaringan jalan utama yang ada.

Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa peningkatan ruang terbangun sekitar 10,03% (644 Ha) diikuti oleh peningkatan belukar/semak 1,42% (92 Ha), kebun pepohonan 0,63% (40 Ha) seiring dengan menurunnya luasan ladang/tegalan sekitar 5,87% (377 Ha), lahan sawah sekitar 1,68 % (108 Ha) dan tanah kosong sekitar 4,53% (291 Ha). Berbeda dengan pola sebaran penggunaan/penutupan lahan secara keseluruhan, dalam pola sebaran dua titik tahun di sepanjang jalan utama Kota Bogor, luasan untuk kebun/pepohonan justru mengalami peningkatan 40 Ha. Hal ini mengindikasikan perkembangan pesat ruang terbangun yang diduga secara linier mengikuti pola jaringan jalan utama telah membuat pemerintah kota berupaya mempertahankan kebun/pepohonan mencakup ruang terbuka hijau untuk mengurangi bangkitan lalu lintas yang sangat tinggi di sepanjang jalan utama Kota Bogor.

Gambar 12. Perbandingan Proporsi Total Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan di Sepanjang Buffer 200 m Jalan Utama Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 (%)

Dokumen terkait