BAB V PENUTUP Merupakan Bab Akhir, dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh pembahsan
GOVERNANCE ( GCG ) DALAM PELAYANAN JASA PT. BNI SYARIAH
A. Analisis Input
Dalam sistem pelaksanaan program input ini peneliti menggunakan indikator ketersediaan (indicator of availability) yaitu dengan melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar - benar ada. Berdasarkan temuan penelitian yang sudah dibahas pada bab 3 sebelumnya yaitu evaluasi good corporate governance (gcg) dalam pelayanan jasa pada PT. BNI Syariah. Bahwa temuan hasil sistem pelaksanaan program input itu sendiri yaitu penulis menfokuskan dari aktifitas yang melibatkan langsung konsep pelaksanaan program GCG pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Benhil.
Konsep pelaksanaan program GCG itu sendiri adalah dijadikannya gcg sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Bisnis Bank BNI Syariah dan merupakan landasan pelaksanaan tugas seluruh unit organisasi baik di
kantor pusat maupun kantor cabang dalam rangka memberikan nilai tambah ( value added ) terhadap ekonomi bagi pemegang saham dan stakeholders, dengan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang - undangan yang berlaku serta nilai - nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah dan kode etik BNI Syariah.
Adapun sistem pelaksanaan program GCG pada BNI Syariah berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbs tanggal 30 April 2010, tentang pelaksanaan program Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah telah mengamanahkan untuk melaksanakan suatu tata kelola Bank yang menerapkan 5 prinsip dasar GCG, Hal tersebut diimplementasikan antara lain dengan :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris 2. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 4. Pelaksanaan dan tugas DPS
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
6. Penanganan benturan kepentingan 7. Penerapan Fungsi Kepatuhan 8. Penerapan Fungsi Audit Intern 9. Penerapan Fungsi Audit Ekstern
10.Batas maksimum penyaluran dana. 57
Berdasarkan uraian keterangan pelaksanaan program good corporate governance di atas, terlihat bahwa keberadaan pemegang saham, dewan komisaris, direksi, komite audit, dan DPS sebagai organ perusahaan memiliki peranan penting dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan fungsinya masing - masing yang diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang undangan (fiduciary responsibility), dalam hal ini peranan Bank Indonesia untuk memelihara kesinambungan perusahaan dalam jangka panjang. Dan memiliki persamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai - nilai perusahaan.
Adapun hasil dari temuan masukan sistem pelaksanaan program input melalui wawancara pribadi yang dilakukan penulis dengan bapak M. Rizki Sulistio selaku General Affair Head PT. BNI Syariah Kantor Cabang Benhil, Hasil temuan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance tersebut adalah adanya Whistle Blowing System.
“ Hasil input sendiri melahirkan salah satu aplikasi yakni WBS ( Whistle Blowing System ) yang merupakan aplikasi guna melaporkan setiap tindakan yang menyimpang dari adanya GCG itu sendiri. Pelapornya dapat dilakukan oleh siapa saja baik nasabah maupun rekan - rekan pegawai di BNI Syariah dan terdapat pada website BNI Syariah”. 58
57
Dokumentasi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Benhil
58
M. Rizki Sulistio, General Affair Head, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 23 September 2014)
Dalam jangkauannya whistle blowing system adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau perbuatan melawan hukum atau korupsi/perbuatan lain yang dapat merugikan perusahaan maupun pemangku kepentingan (stake holders), yang disampaikan oleh personil/ badan hukum dari internal/ eksternal kepada Pimpinan Perusahaan untuk dapat diambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
Sistem Pelaporan pelanggaran (Whistle blowing system) adalah system yang digunakan untuk menampung, mengolah & menindaklanjuti serta membuat laporan atas informasi yang disampaikan Pelapor mengenai tindakan pelanggaran yang terjadi di lingkungan perusahaan. Whistle blowing system yang terjadi dilingkungan perusahaan sangat memerlukan peran serta (partisipasi) seluruh unsur perusahaan dalam proses pengungkapan maupun pelapornya, yaitu karyawan, manajemen (board of director) dan komisaris (board of commissioner).
Whistle blowing system merupakan bagian dari system penegendalian internal (internal control system) dalam upaya pencegahan dan pendeteksian praktik penyimpangan dan kecurangan (fraud) serta dalam rangka memeperkokoh implementasi GCG. Whistle blowing system seharusnya bukan merupakan suatu kewajiban perusahaan namun merupakan kebutuhan sebagai perwujudan pelaksanaan Control Self Assesment (CSA).
Dalam pelaksanaannya, PT. BNI Syariah menyediakan website WBS untuk memudahkan pihak whistleblower dalam melaporkan pengaduannya terkait tindakan kecurangan melalui email di
[email protected]. Aplikasi ini telah dibuatkan panduan secara sederhana sehingga dapat diakses dengan mudah dan lancar.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas juga telah disinggung bahwa Fraud dan tindakan Gratifikasi merupakan bagian dari buruknya sistem tata kelola perusahaan yang harus dihindari. Hal ini terungkap dari hasil wawancara pribadi dengan bapak M. Rizki Sulistio, mengenai bentuk mekanisme GCG di PT. BNI Syariah, ungkapan tersebut yaitu bahwa :
“ Anti Fraud System dijalankan melalui SOP yang ada dimana setiap transaksi di- Approve oleh satu tingkat diatas pemohon ( sesuai kemenangan memutus transaksi ). Pengamanan approval transaksi dilakukan dengan penginputan password pada tiap transaksi oleh pejabat yang berwewenang. Dan pegawai serta Manajemen BNI Syariah dilarang memberi dan menerima gratifikasi ( dihimbau kepada seluruh pegawai Via Mailing System Internal BNI Syariah (SHECO) sehingga tepat sasaran ”.59
Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap transaksi yang ada di PT. BNI Syariah terkait tindakan anti fraud dan gratifikasi sudah terkelola secara baik melalui akses sistem yang ada di PT. BNI Syariah itu sendiri.
Fraud merupakan kejahatan manipulasi informasi dengan tujuan mengeruk keuntungan yang sebesar - besarnya. Biasanya kejahatan yang dilakukan adalah memanipulasi informasi keuangan. Fraud adalah proses
59
M. Rizki Sulistio, General Affair Head, Wawancara Pribadi, (Jakarta: 23 September 2014)
pembuatan, beradaptasi, meniru benda, statistik, atau dokumen - dokumen, dengan maksud untuk menipu.
Gratifikasi yaitu menerima sesuatu dari pihak lain terkait dengan jabatan/ wewenang/ tanggungjawabnya dalam bentuk barang dan jumlah / nilainya ditentukan di dalam Kode Etik Insan BNI Syariah. Sebagai contoh menerima imbalan secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk apapun dari pihak manapun yang terkait dengan tugas dan tanggung jawab.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya Whistle Blowing System adalah untuk mencegah terjadinya Fraud dan tindakan Gratifikasi. Hal ini sudah diterapkan oleh PT. BNI Syariah Kantor Cabang Benhil, sehingga PT. BNI Syariah merupakan perusahaan yang sehat dan bersih dari terjadinya fraud dan tindakan gratifikasi.