4.3. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Bank Agro
4.3.1. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE)
Dalam mengukur kekuatan Bank Agro dalam menjalankan bisnis perbankan terkait dengan memperkuat bisnis lending dan funding serta jasa transaksi perbankan diperlukan analisis menyeluruh terhadap kondisi perbankan saat ini, sehingga manajemen bank dapat menetapkan strategi pemasaran yang tepat dalam meningkatkan daya saing bank. Berikut ini diuraikan indikator kunci yang menjadi kekuatan Bank Agro sebagai berikut :
A. Kekuatan
Komponen kekuatan Bank Agro merupakan modal utama untuk membangun daya saing pada pasar Perbankan di Indonesia. Kekuatan dapat digunakan sebagai alternatif mengembangkan differensiasi dan positioning untuk meraih peluang dan mengatasi ancaman. Berikut ini beberapa indikator kekuatan yang dimiliki Bank Agro :
1. Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai peraturan Bank Indonesia NO. 8/4/PBI/2006, tanggal 5 Oktober 2006. Aspek-aspek GCG yang telah diterapkan Bank Agro adalah ; menyempurnakan tugas dan tanggungjawab direksi dan komisaris, melengkapi pelaksanaan tugas-
tugas komite melaksanakan Fungsi kepatuhan dilaksanakan sesuai dengan PBI no 1/6/PBI/1999, penerapan fungsi audit intern dan dan ekstern, prinsip kehati-hatian dalam penyedian dana kepada pihak terkait dan debitur besar, transparansi dan akuntabilitas.
2. Bank memiliki kekuatan pada segmen Captive Market Agro bisnis di Indonesia. Portofolio kredit Bank Agro sebagian besar antara (65%- 75%) disalurkan disektor bisnis, baik on farm seperti usaha Perkebunan Kelapa Sawit, Perkebunan Teh, Tebu maupun Peternakan Sapi dan on farm seperti Pengembangan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, Pembiayaan Perdagangan Gula hingga pembiayaan Ekspor Import CPO, Kakao, Sapi dan Teh.
3. Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh BRI. Bank Agro menambah modal dengan cara di akuisisi oleh BRI dengan nilai saham 88,65% senilai 3.030.239.023 lembar saham yang ditunjukan dengan kenaikan harga saham Maret 2011 sebesar Rp.171/lembar dengan value of share sebesar Rp.343.670 juta tertinggi sejak perode Desember 2007.
4. Bank memiliki jaringan operasi sebanyak 7 (tujuh) kantor cabang dan 8 (delapan) kantor cabang pembantu yang yang dilengkapi ATM sebanyak 19 buah tersebar di wilayah di Indonesia
5. Likuiditas pengelolaan aktiva produktif terjaga, hal ini dilihat dari kinerja keuangan bank diakhir 2010 mencerminkan laba bersih Rp. 14.027 juta, laba rugi bersih per saham Rp. 4.320 juta, NPL 1,84%, NPL gross 8,75%, Aset bersih Rp. 12.012 juta.
6. Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia. Bank Agro telah melakukan langkah-langkah penyempurnakan pedoman kebijakan, strategi, ketentuan dan peraturan Manajemen Risiko untuk mencapai tujuan atau sasaran (goals) yang telah ditetapkan manajemen Bank, mereview dan menyempurnakan atas usulan penetapan besarnya limit risiko dan limit transaksi serta limit produk dan menerapkan sistem scoring model untuk kredit konsumer/karyawan dan kredit multiguna.
Sedangkan untuk pengukuran risiko kredit korporasi, saat ini masih dilakukan pengkajian dan perumusan atas kebutuhan sistem informasi manajemen yang dibutuhkan, merumuskan dan membuat sistem manajemen risiko yang memadai dan terintegrasi dengan core banking system yang saat ini masih dilakukan pengkajian dan perumusan atas kebutuhan sistem informasi manajemen yang dibutuhkan dan melakukan sosialisasi rencana penerapan internal credit models yang telah dikembangkan oleh Bank, sehingga dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan konsisten.
7. Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan. Manajemen Bank Agro didukung oleh SDM berkualitas dengan sistem penilaian risk based grading untuk peningkatan prestasi dan budaya kerja disemua unit. Saat ini jumlah karyawan mencapai 454 orang.
8. Biaya modal relatif rendah yang ditunjukan dengan rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional dibawah ketentuan Bank Indonesia, untuk tahun 2010 sebesar 95,84% dan tahun 2009 sebesar 97,98%. Sedangkan tingkat bunga acuan yang ditetapkan bank cukup kompetitif sebesar sebesar 6,10% tahun 2010. 9. Bank Agro menjalin kerjasama Co-financing dengan LPEI untuk
pembayaran ekspor Agrobisnis senilai Rp. 169.520 milyar dan PT. Permodalan Nasional Madani terkait kredit petani senilai Rp. 18.750 milyar.
10.Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5%. Tingkat kesehatan bank sebagai bagian dari penerapan praktik pengelolaan Bank dengan kehati-hatian dapat dikelola dengan baik. Kredit bermasalah bersih (NPL) terbukti dapat dipertahankan sebesar 1,84%, tahun 2010 4,47% tahun 2009 dan 3,36% tahun 2008 di bawah NPL maksimal arahan Bank Indonesia sebesar 5%.
Tabel 3. Matriks IFE (Kelemahan)
No Faktor Kelemahan Perusahaan Rating Bobot Skor Kode
1 Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand
marketable) 2 0,058027 0,12 W1
2 Pengembangan kantor cabang baru di seluruh Indonesia 2 0,069632 0,14 W2 3 Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak
terjadinya undisbursed loan 2 0,058027 0,12 W3
4 Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga
tahun terakhir ini 1 0,059961 0,06 W4
5 Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi
produk, iklan, brosur, media on-line. 1 0,061896 0,06 W5
6 Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank 2 0,061896 0,12 W6 7 Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar
uang,pasar modal dan sumber pendanaan lain 1 0,061896 0,06 W7
Total Skor Kekuatan + Kelemahan 1 2,68
Sumber : Data Primer diolah (2012)
Mengukur kelemahan Bank Agro dalam menjalankan bisnis perbankan terkait dengan memperkuat bisnis lending dan funding serta jasa transaksi perbankan diperlukan analisis menyeluruh terhadap kondisi perbankan saat ini, sehingga manajemen bank dapat menetapkan strategi pemasaran yang tepat dalam meningkatkan daya saing bank. Berikut ini diuraikan indikator kunci yang menjadi kelemahan Bank Agro sebagai berikut :
A. Kelemahan
Beberapa aspek penting berikut ini merupakan indikator yang dapat dijadikan parameter untuk mengukur kelemahan Bank Agro yaitu; 1. Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable). Perseroan
baru memiliki jaringan operasi sebanyak 7 (tujuh) kantor cabang dan 8 (delapan) kantor cabang pembantu yang tersebar diwilayah Jakarta, Tangerang, Surabaya, Medan, Pekan baru, Bandung, Semarang dan Balikpapan. Jumlah kantor cabang yang masih terbatas ini menyebabkan Bank Agro belum dikenal luas di Masyarakat. Selain itu, kurangnya promosi yang dilakukan bank selama ini menyebabkan masyarakat belum terbiasa bertransaksi melalui fasilitas yang dimiliki bank Agro. Demikian juga dalam hal tabungan, deposito dan giro. Indikasi tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata industrinya seperti giro tumbuh 0,09%, tabungan 0,02%, deposito 0,19%, modal kerja 0,10% dan konsumsi 0,11%.
2. Pengembangan kantor cabang baru di seluruh Indonesia. Belum ada rencana aksi korporasi untuk menambah jaringan kantor Bank Agro sejak tahun 2010 masih berjumlah 21 kantor cabang dengan jumlah fasilitas ATM sebanyak 26 unit, kecuali adanya rencana pembukaan kantor cabang pembantu ke wilayah Jambi.
3. Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya undisbursed loan. Kebanyakan perseroan menempatkan dana pada pasar uang antar bank (PUAB) untuk meminimalisasi biaya dana yang timbul sebagai akibat dana yang belum disalurkan ke kredit dan mengambil kesempatan trading untuk mendapatkan keuntungan spread/margin. Kebijakan ini menimbulkan lemahnya fungsi intermediasi bank dalam penyaluran kredit dimana tahun 2010 kredit modal kerja tumbuh 0,10%, konsumsi 0,11% sementara rata-rata industri mencapai > 10,6%. Sementara suku bunga rata-rata tahunan selama tahun berjalan adalah sebesar 4,00%-8,00% untuk deposito on call dan 2,09% - 11% untuk deposito berjangka
4. Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir sangat kurang dibandingkan rata-rata industri. Sepanjang tahun 2010 bank terlalu berfokus pada portofolio kredit Agrobisnis mencapai 65% - 75%, sementara usaha pengembangan produk baru untuk sasaran dunia usaha atau kredit korporasi dan retail kurang diminati. Demikian juga produk funding masih terbatas pada deposito, giro dan tabungan sementara pemanfaatan layanan taransaksi bank masih kurang hal ini dilihat dari pendapatan bersih bank non bungan masih rendah dimana tahun 2009 hanya tumbuh 5,01% dibandingan rata-rata industri 23,57%. 5. Tehnik berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk,
iklan, brosur, media on-line. Strategi marketing komunikasi bank belum maksimal dilihat dari intensitas promosi produk, iklan, brosur maupun media on-line. Berdasarkan hal ini Bank Agro belum memanfatkan teknologi yang semakin maju dalam menunjang pelayanan bank seperti layanan perbankan yang dapat diakses dengan mudah melalui internet dan ponsel untuk menjawab kebutuhan nasabah yang dalam
keseharianya mengutamakan fleksibilitas, kecepatan dan keamanan untuk bertransaksi 24 jam dimanapun mereka berada. Brand positioning bank juga belum kelihatan untuk di promosikan kepada masyarakat melalui mobile banking sebagai upaya terobosan strategi promosi untuk meningkatkan potensi pasar pengguna e-banking yang masih terbuka lebar.
6. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank. Manajemen Bank Agro masih terus meningkatkan kemampuan dalam memperbaiki internal kontrol sebagai wujud penerapan GCG. Penerapan fungsi audit internalyang belum berjalan maksimal di bank terkait dengan macro risk assessment terhadap aspek pemantauan dan pengendalian kredit existing. Selama ini pemantauan dan pengendalian hanya dikantor pusat saja, sementara untuk kantor cabang hanya sistem sampling saja untuk debitur plafon besar.
7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal dan sumber pendanaan lain. Sumber pendanaan bank yang berasal dari penjualan saham masih rendah karena harga saham bank kurang diminati investor range harga saham rata-rata masih dibawah Rp.300 / lembar saham bahkan tidak ada trading selama Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sehingga sumber pendanaan dari penjualan saham tidak signifikan. Selama ini sumber dana yang dipakai perseroan berasal dari akuisisi oleh BRI tahun 2010, fasilitas pinjaman dari Bank Indonesia untuk membiayai kredit koperasi dari nasabah bank serta penerbitan obligasi.
Berdasarkan hasil analisis internal, telah teridentifikasi sebanyak 10 indikator kekuatan dan tujuh indikator kelemahan Bank Agro. Jumlah responden yang diminta mengisi kuesioner 1 (satu) orang yaitu kepala bagian pengembangan produk dan riset pasar. Hasil analisis skoring kuesioner sebesar 2,68. Hasil tersebut menunjukan secara internal Bank Agro memiliki kemampuan untuk mengembangkan bisnis perbankan kedepan dengan berfokus pada pertumbuhan Core Business yang dijalankan saat ini pada segmen Captive Market, yaitu berhubungan dengan sektor Agrobisnis.
Kekuatan yang dimiliki Bank Agro dengan nilai tertinggi pada indikator kemampuan manajemen secara konsisten menerapkan GCG sesuai peraturan Bank Indonesia dengan nilai 0,29. Nilai terendah faktor kekuatan adalah kemampuan Likuiditas pengelolaan aktiva produktif sebesar 0,16. Sedangkan kelemahan Bank Agro berdasarkan analisa IFE yang tertinggi adalah pengembangan kantor cabang baru diseluruh Indonesia dengan nilai 0,14 sedangkan faktor kelemahan dengan nilai terendah adalah Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini. Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk, iklan, brosur, media on-line dan kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal dan sumber pendanaan lain masing – masing dengan nilai 0,06%.