• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut David dan Wheelen (2003) pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang akan ditetapkan pada tahap perumusan strategi dalam sebuah proses manajemen strategi harus betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi strategi.

Menurut Bangun dan Vincent (2008) kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan dan diukur dengan menggunakan data fundamental perusahaan yaitu dari data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dimaksud sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Waluyo (2010) menambahkan bahwa salah satu gambaran yang dapat menunjukan prospek perusahaan yaitu kinerja keuangan yang baik sedangkan Umar (2002) menambahkan bahwa alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio keuangan, tingkat kebangkrutan usaha, dan penilaian harga saham dipasar modal.

Menurut Umar (2002), kinerja keuangan perusahaan dapat dianalisis dari tiga aspek yaitu : (1). Rasio keuangan yang meliputi : Rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio devident payout. (2). Tingkat kebangkrutan usaha (Z skor). (3). Penilaian harga saham di pasar modal yang meliputi rasio price to earning (PER), ratio price to book value dan dividend yield. Kasmir (2008) menambahkan rasio keuangan yang digunakan oleh bank dan perusahaan relatif sama. Adapun rasio keuangan bank terdiri dari rasio likuiditas bank, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.

Pendekatan lain dalam mengukur kinerja keuangan bank menggunakan analisis CAMELS. Pendekatan ini dikenal sebagai rambu- rambu kesehatan bank dimana komponennya antara lain dapat mencakup aspek permodalan aktiva produktif, manajemen, profitabilitas likuiditas dan risiko pasar. Kinerja setiap bank di Indonesia biasa ditelaah dengan pendekatan “Regulatory policy “yang sudah baku (Mardiyah, 2006). Tingkat kesehatan bank diatur oleh Bank Indonesia dalam surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan BI Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian kesehatan bank umum, dimaana bank diwajibkan melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, perbulan dan pertahun.

Menurut Riyadi (2006), bahwa dalam industri perbankan, alat analisis yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu bank berdasarkan dari indikator aspek permodalan, likuiditas, profitabilitas, kualitas asset, aspek rentabilitas dan manajemen. Indikator ini dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan bank. Perumusan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aspek Permodalan : Penilaian aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhanya. CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum berdasarkan jumlah modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Berdasarkan ketentuan API modal yang harus dimiliki bank minimum 100 milyar atau >8%.

b. Aspek Kualitas asset : Aspek ini menunjukan kualitas asset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit investasi dana bank pada portfolio yang berbeda. Setiap penanaman modal bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan nilai kolektibilitasnya. Aktiva produktif merupakan sumber pendapatan utama bank. KAP merupakan ketentuan untuk menetapkan kolektibilitas kredit berdasarkan tingkat kelancaran baik pembayaran pokok maupun bunga

serta surat berharga. Penilaian didasarkan dua hal yakni rasio aktiva produktif yang diklasifikasi terhadap aktiva produktif serta rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.

c. Likuiditas : Menggambarkan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat-alat likuid yang dimilikinya. Alat likuid yang dimaksud adalah uang kas di bank atau rekening giro yang disimpan di BI.

d. Aspek Rentabilitas : Dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank untuk menetapkan harga yang mampu menutup seluruh biaya. Laba yang dihasilkan secara stabil akan memberikan nilai tambah kepada bank. e. Aspek Manajemen : Kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan

operasinya kedalam maupun keluar. Pengendalian operasi yang baik memiliki sistem dan prosedur yang jelas didukung dengan kualitas SDM, kepemimpinan profesional, ketersediaan teknologi atau penerapan Good Corporate Governance (GCG) meliputi; transparan, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independensi dan kewajaran.

f. Profitabilitas : Menggambarkan ukuran-ukuran profitabilitas dari aset-aset berisiko yang dimiliki bank dalam menghasilkan keuntungan.

Peraturan tentang kesehatan bank diharapkan perbakan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak merugikan masyarakat. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Demikian juga halnya dengan kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

Metode yang sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah financial ratio yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan. Analisa rasio keuangan dapat dilakukan dengan menghitung beberapa macam

rasio. Menurut Weston dan Bringham (2005), mengelompokkan rasio keuangan dalam enam kelompok yaitu likuiditas ratio, coverage ratio, asset activity ratio, leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan market value ratio. Penggunaan financial ratio sangat penting terutama dalam analisis fundamental. Analisis ini mencakup keadaan fundamental dari perusahaan yang dianalisis, perbandingan antar industri dan mengukur kekuatan dan kelemahannya. Keown dan Scott (2004), selanjutnya terdapat dua cara untuk membandingkan data keuangan perusahaan yakni; 1. Analisa trend yaitu membandingkan financial ratio antar waktu, 2. Analisa komparatif, membandingkan financial ratio suatu perusahaan

dengan perusahaan lain.

Menurut Usman dan Bahtiar (2003) analisa rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan financial dan posisi financial perusahaan. Analisa rasio keuangan sebagai analisis interen bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna menetapkan perencanaan akan datang dan juga untuk analisis eksteren bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.

Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasar. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mampu mengidentifikasi area yang bermasalah untuk dianalisis lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting sebagai dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing masing komponen yang membentuk rasio. Alat ini sangat bermanfaat bila berorientasi kedepan (Subramanyam dan Halsey, 2005).

Menurut Emry & Finnerty (1991) analisis rasio keuangan mencakup metode perhitungan dan interpretasi angka rasio untuk melihat performace perusahaan atau bank. Tipe perbandingan angka rasio keuangan terdiri atas 3 (tiga) jenis :

a. Analisa Cross Section : Membandingkan perusahaan atau bank yang berbeda pada satu waktu yang sama, termasuk membandingkan rasio satu perusahaan terhadap perusahaan lain maupun membandingkan rasio perusahaan terhadap industry atau rata-rata industri.

b. Analisa Time Series : Evaluasi performance keuangan perusahaan dari satu waktu kewaktu lain dengan menggunakan analisa rasio.

c. Analisa kombinasi : Menggunakan analisa yang menggabungkan antara cross section dan time series.

Analisa yang dilakukan terhadap rasio keuangan memiliki berbagai keunggulan serta keterbatasan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya. Menurut Harahap dan Syafri (2001) tujuh keunggulan analisa rasio yaitu: (1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan, (2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit, (3) Mengetahui posisi perusahaan ditengah industry lain, (4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model pengambilan keputusan dan model prediksi; (5) Menstandarisir size perusahaan, (6) Melihat perkembangan perusahaan secara periodik, (7) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa akan datang.

Menurut Harahap (1999), bahwa analisa rasio keuangan juga memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan pada saat penggunaannya antara lain : (1) Kesulitan memilih rasio yang tepat dan dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya, (2). Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan dalam menggunakan rasio (3) Tidak tersedianya data untuk menghitung rasio, (4) Perbedaan teknik atau standar akuntansi yang digunakan dari setiap perusahaan yang dianalisis. Lima (5) aspek kunci yang sangat menentukan tingkat kinerja suatu bank mencakup aspek yaitu permodalan, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan Sensitivity to Market

Menurut Nirmalawati (2001) analisis kinerja keuangan bank dapat menggunakan beberapa rasio penting untuk mengevaluasi pencapaian kinerja keuangan bank dari waktu ke waktu adalah CAR, ROE, ROA, LDR, NPL, dan NIM. Rasio keuangan dirancang untuk membantu dan menilai kesehatan

suatu bank dan membantu kita mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan bank jika dibandingkan dengan angka pembanding yang dijadikan standar. Metode analisis rasio yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan keuangan seperti neraca, laporan perubahan modal dan rugi/laba.

Dokumen terkait