• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jalur (Path Analysis)

Dalam dokumen TESIS OLEH REZKI ZURRIAH (Halaman 81-0)

BAB IV METODE PENELITIAN

4.6. Model dan Teknik Analisis

4.6.3.3 Uji Hipotesis 3 dengan Path Analysis

4.6.3.3.2 Analisis Jalur (Path Analysis)

Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi berganda atau dengan kata lain penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara ketiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner (Ghozali, 2011). Kriteria uji variabel intervening sebagai berikut :

a. Sobel Test, dimana asumsi jumlah sampel besar dan nilai koefisien mediasi berdistribusi normal.

b. Bootsrapping, yaitu pendekatan non-parametrik yang tidak mengasumsikan bentuk distribusi variabel dan dapat diaplikasikan pada jumlah sampel kecil.

Dalam penelitian ini menggunakan 12 perusahaan sampel dengan 60 unit analisis observasi selama 5 tahun, maka penelitian ini tergolong dalam sampel diatas 30 atau jumlah sampel besar. Oleh karena itu dapat menggunakan sobel test dalam penelitian ini.

 

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai variabel – variabel penelitian yang diamati. Pengukuran statistik deskriptif dalam penelitian ini menghasilkan perhitungan sebagaimana tercantum dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Nilai Perusahaan (Y) 60 ,0010 ,8600 2,09632 ,2122652

KI (X1) 60 ,1039 ,9575 ,326232 ,2286965

Kom Independen (X2) 60 ,2568 ,5676 ,472520 ,0768841

UDK (X3) 60 4 11 6,70 1,619

AKB (X4) 60 -945600 979374 312156,70 325079,417 UP (X5) 60 79749 941787 301936,95 253076,309 Leverage (X6) 60 ,1315 ,8843 ,459125 ,1803749

MLR (Z) 60 ,0680 ,8547 ,445085 ,2075491

Valid N (listwise) 60

Sumber : Lampiran 3 (Data diolah, 2015)

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan nilai minimum, nilai maximum, mean dan standar deviasi dari masing – masing variabel dengen 60 observasi selama tahun 2010 sampai 2014 :

1. Nilai perusahaan (Y) yang dihitung dengan tobin’s Q menunjukkan apabila nilai tobin’s Q diatas satu maka investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi untuk menarik investor dan sebaliknya. Pada penelitian ini rata – rata nilai perusahaan sebesar 2,09632 artinya perusahaan sampel yang terdaftar di JII memiliki

nilai tobin’s Q diatas satu maka investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi untuk menarik investor. Nilai perusahaan terendah sebesar 0,0010 sedangkan nilai perusahaan tertinggi sebesar 0,8600. Standar deviasi dari nilai perusahaan dalam penelitian ini sebesar 0,2122652.

2. Kepemilikan institusional (X1) dimana dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal dalam perusahaan untuk menjamin kemakmuran pemegang saham. Rata – rata kepemilikan institusional dalam penelitian ini sebesar 0,326232 dengan nilai terendah dan nilai tertinggi sebesar 0,1039 dan 0,9575. Artinya tingkat kepemilikan institusional yang tinggi maka pengawasan dalam perusahaan berjalan secara optimal yang menjamin kemakmuran pemegang saham. Standar deviasi dari kepemilikan institusional sebesar 0,2286965

3. Komisaris independen (X2) menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Rata – rata komisaris independen dalam penelitian ini sebesar 0,472520 dengan nilai terendah sebesar 0,2568 dan nilai tertinggi sebesar 0,5676. Artinya dengan nilai rata – rata sebesar 0,472520 dapat dikatakan bahwa peranan komisaris independen dalam perusahaan sampel belum terlaksana secara merata. Dan standar deviasi komisaris independen sebesar 0,0768841.

4. Ukuran dewan komisaris (X3) menjelaskan semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahan. Nilai rata – rata dari ukuran dewan komisaris

sebesar 6,70 dengan nilai terendah sebesar 4 dan nilai tertinggi sebesar 11.

Artinya dengan nilai rata – rata tersebut, ukuran dewan komisaris akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya. Dan standar deviasi ukuran dewan komisaris sebesar 1,619.

5. Arus kas bebas (X4) menjelaskan apabila arus kas bebas dari perusahaan bernilai positif (FCF ≥ 0) maka keuangan perusahaan dalam kondisi baik.

Rata – rata arus kas bebas dalam penelitian ini sebesar 312156,70 dengan nilai terendah dan tertinggi sebesar -945600 dan 979374. Artinya dengan nilai rata – rata tersebut, dapat dikatakan bahwa arus kas bebas perusahaan dalam penelitian ini dalam kondisi baik karena bernilai positif sehingga dapat digunakan dalam membayar hutang, pembelian kembali saham serta pembayaran deviden. Dengan standar deviasi sebesar 325079,417.

6. Ukuran perusahaan (X5) memberikan gambaran besar kecilnya suatu perusahaan dimana dapat dilihat dari log total aktiva. Rata – rata ukuran perusahaan dalam penelitian ini 301936,95 artinya rata – rata ukuran perusahaan dalam perusahaan sampel jika dilihat dari log total aktiva sebesar 301936,95. Nilai terendah dari ukuran perusahaan sebesar 79749 dan nilai tertinggi dari ukuran perusahaan sebesar 941787 dengan standar deviasi 253076,309.

7. Leverage (X6) menunjukkan bagaimana perusahaan memperoleh sumber pendanaan perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaan apakah dari modal atau hutang. Rata – rata leverage dari perusahaan sampel sebesar 0,459125 dengan nilai terendah sebesar 0,1315 dan nilai tertinggi sebesar 0,8843. Artinya perusahaan sampel dalam penelitian ini memiliki

rasio leverage yang rendah dapat dikatakan perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal. Dengan standar deviasi sebesar 0,1803749.

8. Manajemen laba rill (Z) dimana manajemen melakukan manipulasi melalui aktivitas sehari – hari selama periode akuntansi untuk memenuhi atau meningkatkan target laba. Rata – rata manajemen laba rill sebesar 0,445085 dengan nilai terendah sebesar 0,680 dan nilai tertinggi sebesar 0,8547 sedangkan standar deviasi sebesar 0,2075491. Artinya dengan nilai rata – rata yang bernilai positif maka perusahaan sampel melakukan manajemen laba rill untuk meningkatkan target laba perusahaan.

5.1.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian model regresi linier berganda dan uji analisis jalur terlebih dahulu dilakukan pengujian Classical Normal Linier Regression Model untuk semua variabel yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.

5.1.2.1 Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dengan melihat tingkat signifikansi 5%.

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 60 Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std.

Deviation

,18424874 Most Extreme

Differences

Absolute ,087 Positive ,087 Negative -,067

Test Statistic ,087

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Lampiran 4 (Data Diolah, 2015)

Pada tabel 5.2 dapat dilihat nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,200 lebih besar dari α = 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan hasil pengujian berdistribusi normal.

Gambar 5.1 Histogram

Gambar 5.2 Normal P-Plot

Berdasarkan gambar 5.1 dan gambar 5.2 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram berbentuk lonceng sempurna dan grafik normal P-Plot tersebar sepanjang garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.

5..1.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Pada penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari grafik plot dengan dasar jika ada pola tertentu seperti titik – titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 5.3.

Gambar 5.3 Grafik Plot

Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas dan titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka data tidak mengalami heteroskedastisitas.

5.1.2.3 Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan variance inflation factor (VIF). Data dikatakan tidak mengalami multikolinearitas apabila nilai VIF ≥ 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Lampiran 6 (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai VIF ≥ 10 sehingga data penelitian ini tidak mengalami multikolinearitas.

5.1.2.4 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan tabel Durbin Watson (DW) dimana model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model R R

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,892, nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 60 dan jumlah variabel independen 7

(k=7). Nilai tabel menunjukkan du sebesar 1,682 maka dapat disimpulkan bahwa nilai du < d < 4 – du (1,682 < 1,892 < 4 – 1,682), hal ini menunjukkan tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif pada model regresi yang digunakan.

5.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Hasil pengujian statistik untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional (X1), komisaris independen (X2), ukuran dewan komisaris (X3), arus kas bebas (X4), ukuran perusahaan (X5), leverage (X6) dan manajemen laba rill (Z) terhadap nilai perusahaan (Y) dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 22.0.

5.1.3.1 Hasil Uji Hipotesis 1

Pengujian hipotesis satu dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi, uji F (uji simultan), dan uji t (uji parsial).

5.1.3.1.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,386a ,149 ,053 ,2065830

a. Predictors: (Constant),

Leverage(X6),AKB(X4),UDK(X3),UP(X5),Kom Independen(X2),KI( X1)

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)

Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan tabel 5.5, nilai koefisien (R) sebesar 0,386 tetapi nilai adjusted R square sebesar 0,053 atau 5,3%. Hal ini berarti variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas, ukuran perusahaan, dan leverage dapat menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 5,3%. Sedangkan sisanya 94,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model estimasi ini.

5.1.3.1.2 Hasil Uji F (Uji Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hasil Uji F (Uji Simultan) ANOVAa

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression ,396 6 ,066 2,548 ,021

Residual 2,262 53 ,043

Total 2,658 59

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)

b. Predictors: (Constant), AKB(X4),UDK(X3),UP(X5),Kom Independen(X2),KI(X1),Leverage( X6)

Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa nilai signifikan 0,021 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa secara simultan variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, arus kas bebas, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Artinya hipotesis 1 (H1) diterima.

5.1.3.1.3 Hasil Uji t (Uji Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Hasil Uji t (Uji Parsial) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1 (Constant) ,472 ,211 2,241 ,029

KI (X1) ,035 ,125 ,038 ,281 ,780

Kom Independen (X2) -,422 ,362 -,153 -1,166 ,249

UDK (X3) -,012 ,017 -,092 -,708 ,482

AKB (X4) 1,051E-7 ,000 ,161 2,177 ,044

UP (X5) 2,313E-7 ,000 ,267 2,090 ,041

Leverage (X6) -,210 ,152 -,179 -1,388 ,171

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)

Sumber : Lampiran 8 (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 5.7 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 0,472 + 0,035X1 – 0,422X2 – 0,012X3 + 1,051X4 + 2,313X5 - 0,210X6

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Konstanta

Konstanta mempunyai koefisien regresi sebesar 0,472 yang artinya jika kepemilikan institusional (X1), komisaris independen (X2), ukuran dewan komisaris (X3), arus kas bebas (X4), ukuran perusahaan (X5), dan leverage (X6) dianggap nol maka adanya kenaikan nilai perusahaan (Y) sebesar 0,472 atau 47,2% pada perusahaaan yang terdaftar di JII.

2. Kepemilikan Institusional (X1)

Variabel kepemilikan institusional mempunyai koefisien regresi sebesar 0,053 artinya setiap kenaikan penerapan pengawasan yang dilakukan untuk menjamin kemakmuran pemegang saham sebesar 1% maka dapat dikatakan peningkatan nilai perusahaan sebesar 5,3% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel kepemilikan institusional sebesar 0,078 atau 7,8% lebih besar dari α = 5% maka secara parsial kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Komisaris Independen (X2)

Variabel komisaris independen mempunyai koefisien regresi sebesar -0,422 artinya setiap penurunan penerapan pelaksanaan strategi perusahaan, pengawasan manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas sebesar 1% maka dapat dikatakan penurunan nilai perusahaan sebesar 42,2% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel komisaris independen sebesar 0,249 atau 24,9% lebih besar dari α = 5% maka secara parsial komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Ukuran Dewan Komisaris (X3)

Variabel ukuran dewan komisaris mempunyai koefisien regresi sebesar -0,012 artinya setiap berkurangnya anggota dewan komisaris sebesar 1%

maka akan terjadi penurunan nilai perusahaan sebesar 1,2% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel ukuran dewan komisaris sebesar 0,482 atau 48,2% lebih besar dari α = 5% maka secara parsial ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signikan terhadap nilai perusahaan.

5. Arus Kas Bebas (X4)

Variabel arus kas bebas mempunyai koefisien regresi sebesar 1,051 artinya setiap kenaikan variabel arus kas bebas sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 10,51% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel arus kas bebas sebesar 0,044 atau 4,4% lebih kecil dari α = 5% maka secara parsial arus kas bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

6. Ukuran Perusahaan (X5)

Variabel ukuran perusahaan mempunyai koefisien regresi sebesar 2,313 artinya setiap kenaikan variabel ukuran perusahaan sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 23,13% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel ukuran perusahaan sebesar 0,041 atau 4,1% lebih kecil dari α = 5% maka secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

7. Leverage (X6)

Variabel leverage mempunyai koefisien regresi sebesar -0,210 artinya setiap penurunan variabel leverage sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 21% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel leverage sebesar 0,171 atau 17,1% lebih besar dari α = 5% maka secara parsial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5.1.3.2 Hasil Uji Hipotesis 2

Pengujian hipotesis dua dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi dan uji t.

5.1.3.2.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,308a ,095 ,079 ,2037023

a. Predictors: (Constant), MLR (Z)

Sumber : Lampiran 9 (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan tabel 5.8, nilai koefisien (R) sebesar 0,308 tetapi nilai adjusted R square sebesar 0,079 atau 7,9%. Hal ini berarti variabel manajemen

laba rill dapat menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 7,9%. Sedangkan sisanya 92,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model estimasi ini.

5.1.3.2.2 Hasil Uji t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Hasil Uji t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,350 ,063 5,581 ,000

MLR (Z) -,315 ,128 -,308 -2,463 ,017

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan ( Y)

Sumber : Lampiran 9 (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 5.9 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 0,350 - 0,315Z

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Variabel manajemen laba rill (Z) mempunyai koefisien regresi sebesar -0,315 artinya setiap penurunan penerapan variabel manajemen laba rill sebesar 1% maka akan terjadi penurunan nilai perusahaan sebesar 31,5% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel manajemen laba rill sebesar 0,017 atau 1,7% lebih kecil dari α = 5% maka manajemen laba rill berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (H2 diterima).

5.1.3.3 Hasil Uji Hipotesis 3 dengan Path Analysis

Pada uji hipotesis tiga dilakukan dengan Path Analysis. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini.

Tabel 5.10 Hasil Uji Path Analysis Untuk Persamaan Sub Struktural 1 Coefficientsa

a. Dependent Variable: MLR (Z)

Sumber : Lampiran 10 (Data Diolah, 2015) ANOVAa

a. Dependent Variable: MLR (Z)

b. Predictors: (Constant), Leverage(X6),AKB(X4),UDK(X3),UP(X5),Kom Independen(X2),KI(X1)

Sumber : Lampiran 10 (Data Diolah, 2015) Model Summary

a. Predictors: (Constant), Leverage(X6),AKB(X4),UDK(X3), UP(X5),Kom Independen(X2),KI(X1)

b. Dependent Variable: MLR (Z)

Sumber : Lampiran 10 (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 5.10, maka diperoleh persamaan sub struktural 1 berikut ini :

Z = 0,040X1 – 0,330X2 – 0,014X3 – 1,999X4 – 1,348X5 + 0,893X6

Berdasarkan persamaan sub struktural 1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepemilikan Institusional (X1)

Variabel kepemilikan institusional mempunyai koefisien regresi sebesar 0,040 artinya setiap kenaikan penerapan pengawasan yang dilakukan untuk menjamin kemakmuran pemegang saham sebesar 1% maka dapat dikatakan peningkatan manajemen laba rill sebesar 4% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel kepemilikan institusional sebesar 0,609 atau 60,9% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh kepemilikan institusional secara langsung tidak signifikan terhadap manajemen laba rill.

2. Komisaris Independen (X2)

Variabel komisaris independen mempunyai koefisien regresi sebesar -0,330 artinya setiap penurunan penerapan pelaksanaan strategi perusahaan, pengawasan manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas sebesar 1% maka dapat dikatakan peningkatan manajemen laba rill sebesar 33% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel komisaris independen sebesar 0,146 atau 14,6% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh komisaris independen secara langsung tidak signifikan terhadap manajemen laba rill.

3. Ukuran Dewan Komisaris (X3)

Variabel ukuran dewan komisaris mempunyai koefisien regresi sebesar -0,014 artinya setiap berkurangnya anggota dewan komisaris sebesar 1%

maka akan terjadi penurunan manajemen laba rill sebesar 1,4% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel ukuran dewan komisaris sebesar 0,177 atau 17,7% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh ukuran dewan komisaris secara langsung tidak signifikan terhadap manajemen laba rill.

4. Arus Kas Bebas (X4)

Variabel arus kas bebas mempunyai koefisien regresi sebesar -1,999 artinya setiap penurunan variabel arus kas bebas sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan manajemen laba rill sebesar 19,99% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel arus kas bebas sebesar 0,719 atau 71,9% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh arus kas bebas secara langsung tidak signifikan terhadap manajemen laba rill.

5. Ukuran Perusahaan (X5)

Variabel ukuran perusahaan mempunyai koefisien regresi sebesar 1,348 artinya setiap penurunan variabel ukuran perusahaan sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan manajemen laba rill sebesar 13,48% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel ukuran perusahaan sebesar 0,845 atau 84,5% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh ukuran perusahaan secara langsung tidak signifikan terhadap manajemen laba rill.

6. Leverage (X6)

Variabel leverage mempunyai koefisien regresi sebesar 0,893 artinya setiap kenaikan variabel leverage sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan manajemen laba rill sebesar 89,3% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel leverage sebesar 0,000 atau 0% lebih kecil dari α = 5% maka pengaruh leverage secara langsung signifikan terhadap manajemen laba rill.

7. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Nilai koefisien (R) sebesar 0,812 tetapi koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 0,622 atau 62,2%. Hal ini berarti variabel kepemilikan institusional (X1), komisaris independen (X2), ukuran dewan komisaris (X3), arus kas bebas (X4), ukuran perusahaan (X5), dan leverage (X6) dapat menjelaskan variabel manajemen laba rill sebesar 62,2%. Sedangkan sisanya 37,8% dijelaskan oleh variabel lain diluas model estimasi ini.

8. Hasil Error

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh R2 sebesar 0,660, maka besarnya error 1 (e1) = √(1-0,660) = 0,583.

Tabel 5.11 Hasil Uji Path Analysis Untuk Persamaan Sub Struktural 2

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)

Sumber : Lampiran 11 (Data Diolah, 2015) ANOVAa

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)

b. Predictors: (Constant), MLR(Z),AKB(X4),UDK(X3),UP(X5),Kom Independen(X2),KI(X1),Leverage(X6)

Sumber : Lampiran 11 (Data Diolah, 2015) Model Summary

a. Predictors: (Constant), MLR(Z),AKB(X4),UDK(X3), UP(X5),Kom Independen(X2),KI(X1),Leverage(X6)

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y) Sumber : Lampiran 11 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 5.11, maka diperoleh persamaan sub struktural 2 berikut ini :

Y = 0,075X1 – 0,603X2 – 0,020X3 + 9,417X4 + 2,239X5 + 0,279X6 - 0,547Z Berdasarkan persamaan sub struktural 2 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepemilikan Institusional (X1)

Variabel kepemilikan institusional mempunyai koefisien regresi sebesar 0,075 artinya setiap kenaikan penerapan pengawasan yang dilakukan untuk menjamin kemakmuran pemegang saham sebesar 1% maka dapat dikatakan peningkatan nilai perusahaan sebesar 7,5% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel kepemilikan institusional sebesar 0,092 atau 9,2% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh kepemilikan institusional secara tidak langsung tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Komisaris Independen (X2)

Variabel komisaris independen mempunyai koefisien regresi sebesar -0,603 artinya setiap penurunan penerapan pelaksanaan strategi perusahaan, pengawasan manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas sebesar 1% maka dapat dikatakan penurunan nilai perusahaan sebesar 60,3% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel komisaris independen sebesar 0,231 atau 23,1% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh komisaris independen secara tidak langsung tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Ukuran Dewan Komisaris (X3)

Variabel ukuran dewan komisaris mempunyai koefisien regresi sebesar -0,020 artinya setiap berkurangnya anggota dewan komisaris sebesar 1%

maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 2% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel ukuran dewan komisaris sebesar 0,231 atau 23,1% lebih besar dari α = 5% maka

pengaruh ukuran dewan komisaris secara tidak langsung tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Arus Kas Bebas (X4)

Variabel arus kas bebas mempunyai koefisien regresi sebesar 9,417 artinya setiap kenaikan variabel arus kas bebas sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 94,17% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel arus kas bebas sebesar 0,043 atau 4,3% lebih kecil dari α = 5% maka pengaruh arus kas bebas secara tidak langsung signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Ukuran Perusahaan (X5)

Variabel ukuran perusahaan mempunyai koefisien regresi sebesar 2,239 artinya setiap kenaikan variabel ukuran perusahaan sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 22,39% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel ukuran perusahaan sebesar 0,038 atau 3,8% lebih kecil dari α = 5% maka pengaruh ukuran perusahaan secara tidak langsung signifikan terhadap nilai perusahaan.

6. Leverage (X6)

Variabel leverage mempunyai koefisien regresi sebesar 0,279 artinya setiap kenaikan variabel leverage sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan nilai perusahaan sebesar 27,9% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel leverage sebesar 0,245 atau 24,5% lebih besar dari α = 5% maka pengaruh leverage secara tidak langsung tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

7. Manajemen Laba Rill (Z)

Variabel manajemen laba rill (Z) mempunyai koefisien regresi sebesar -0,547 artinya setiap penurunan penerapan variabel manajemen laba rill sebesar 1% maka akan terjadi penurunan nilai perusahaan sebesar 54,7%

dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi dari variabel manajemen laba rill sebesar 0,012 atau 1,2% lebih kecil dari α = 5% maka pengaruh manajemen laba rill secara langsung signifikan terhadap nilai perusahaan.

8. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Nilai koefisien (R) sebesar 0,497 tetapi koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 0,145 atau 14,5%. Hal ini berarti variabel kepemilikan institusional (X1), komisaris independen (X2), ukuran dewan komisaris (X3), arus kas bebas (X4), ukuran perusahaan (X5), leverage (X6) dan manajemen laba rill (Z) dapat menjelaskan variabel manajemen laba rill sebesar 14,5%. Sedangkan sisanya 85,5% dijelaskan oleh variabel lain diluar model estimasi ini.

9. Hasil Error

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh R2 sebesar 0,247, maka besarnya error 1 (e1) = √(1-0,247) = 0,868

Analisis jalur (Path Analysis) dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui path analysis seperti pada gambar 5.3 berikut ini.

Gambar 5.4 Hasil Path Analysis

Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini:

Tabel 5.12 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total

Pengaruh

Lanjutan Tabel 5.12

X1 → Y (p1)  0,075 -0,02188 0,05312

X2 → Y (p2)  -0,603 0,18051 -0,42249

X3 → Y (p3)  -0,020 0,007658 -0,012342

X4 → Y (p4)  9,417 1,093453 10,510453

X5 → Y (p5)  2,239 0,737356 2,976356

X6 → Y (p6)  0,279 0,488471 0,767471

Sumber : Lampiran 12 (Data Diolah, 2015)

Untuk mendeteksi pengaruh mediasi, maka dalam penelitian ini dapat menghitung kekuatan pengaruh tidak langsung menggunakan sobel test dengan rumus : t =

1. Mediasi manajemen laba rill atas kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan

Standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung (Sp1p13) berikut ini : Sp1p13 = √p132Sp12 + p12Sp132 + Sp12Sp132

= √(-0,547)2 (0,077)2 + (0,040)2 (0,211)2 + (0,077)2 (0,211)2 = √-1,774010161.10-3 + 7,12336.10-5 + 2,63965009.10-4

= -√1,438811552.10-3 = -1,199504711

Berdasarkan hasil Sp1p13 dapat dihitung nilai t statistik uji sobel pengaruh mediasi :

thitung = ,

, = 0,0182

Kesimpulan : thitung < ttabel (0,0182 < 1,96) maka manajemen laba rill bukan sebagai variabel intervening.

2. Mediasi manajemen laba rill atas komisaris independen terhadap nilai perusahaan

2. Mediasi manajemen laba rill atas komisaris independen terhadap nilai perusahaan

Dalam dokumen TESIS OLEH REZKI ZURRIAH (Halaman 81-0)