• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KASUS

Dalam dokumen TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA (Halaman 42-46)

PELAPORAN, REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

4.1 ANALISIS KASUS

4.1.1 Thailand Deskripsi Kasus

Seorang hakim tertangkap kamera di Department of Land Transport, Mor Chit, Bangkok. di Thailand sedang kehilangan kendali dan memaki orang-orang yang ada di sekitarnya. Hakim tersebut dikenali sebagai Chidchanok Paensuwan (44 tahun). Dia adalah hakim yang bekerja di Thailand Court of Justice.

Saat Chidchanok mengembalikan kendaraannya tanpa nomor polisi, dia menjadi sangat marah saat mencari tiket keluar parkir. Mobilnya parkir tepat di depan gedung kantor. Kemudian Chidchanok kembali ke dalam kantornya, berteriak kepada staffnya dan melempar satu kontainer air berisi plastik ke depan pintu kantor. Kemudian iya kembali ke mobilnya dan menunjukkan ID cardnya kepada seseorang yang merekam video dirinya “Ingat di dalam pikiran kalian semua bahwa saya adalah bos kalian! Kalian tidak perlu merekam saya!” Dikarenakan video hakim ini tersebar di berbagai social media, berbagai kalangan menganggap bahwa perilaku hakim ini tidak pantas.

Setelah itu, Thailand Court of Justice mengatakan bahwa hakim tersebut telah diperiksa dan terbukti bahwa mengalami stress berat dan dapat hilang kendali jika dibawah tekanan tinggi. Sebagai hukuman, Chidchanok akhirnya dikeluarkan dari berbagai macam kasus yang ditanganinya dan dipindahtugaskan untuk membantu hakim lain di pengadilan tingkat pertama.

Kemudian pada Juli 2013, Chidchanok melakukan ulah kembali dengan melemparkan makanan (nasi dan omelet) kepada mobil polisi. Dari hasil investigas, diketahui bahwa alasan ia melakukan hal tersebut adalah karena ia tidak senang dengan pekerjaan polisi di Thailand. Kejadian tersebut membuat ia harus dikeluarkan dari jabatannya sebagai hakim di Thailand Court of Justice dan

pengadilan menghukum Chidchanok 2 bulan penjara, yang ditangguhkan selama 1 tahun penjara.59

Analisis Kasus

Melihat kasus hakim thailand diatas, perilaku Chidchanok tersebut melanggar kode etik hakim di Thailand. Adapun menurut Thailand, Judicial Service Act B.E. 2543 (AD 2000), pada pasal 26 dikatakan bahwa salah satu syarat menjadi hakim di Thailand adalah “tidak memiliki perilaku yang memalukan atau tidak bermoral” atau pada poin lainnya “bukan orang yang tidak kompeten, tidak sehat pikiran atau gangguan mental atau memiliki tubuh atau kondisi mental yang tidak pantas untuk menjadi hakim, atau memiliki penyakit, seperti yang ditentukan oleh Peraturan Komisi Kehakiman”.

Dalam kasus diatas, diketahui bahwa Chidchanok melakukan perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan tidak bermoral/memalukan dengan membuat onar di lingkunga sekitar. Kemudian diketahui lebih lanjut bahwa asal mulai perilaku Chidchanok tersebut adalah karena ia memiliki gangguan mental karena stress berat terhadap tekanan. Hal ini membuat Chidchanok sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan mengenai persyaratan menjadi seorang hakim di Thailand. Dan oleh karena itu dianggap telah melanggar hukum administrasi dari negara Thailand sendiri.

Dalam kasus diatas, keputusan dari majelis hakim thailand adalah, pada awalnya menyatakan bahwa Chidchanok dipindahtugaskan menjadi asisten hakim dan dikeluarkan dari berbagai kasus yang sedang ia tangani. Kemudian chidchanok juga akan direhabilitasi. Namun setelahnya ternyata Chidchanok masih melakukan perbuatan yang dianggap tidak bermoral dan membuat onar, yaitu melemparkan makanan kepada polisi. Akhirnya, karena dianggap telah melanggar aturan di Thailand, Chidchanok juga dikenakan hukuman tambahan selain hukuman administrasi, yaitu hukuman penjara selama 2 bulan, dan ditangguhkan selama 1

59Bangkok Post, “Judge throws a tantrum, again”

http://www.bangkokpost.com/vdo/thailand/834388/judge-throws-a-tantrum-again, diakses 16 Maret 2016.

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dianggap telah melewati batas, pelanggaran kode etik hakim di Thailand dapat juga dikenakan hukum penjara.

4.1.2 Kasus Queensland Deskripsi Kasus

Kasus Hakim di Queensland File No 8710 of 2002

Para pihak Pemohon : Basil John Gribbin (pertama), Anne Cecelia Thacker(kedua), Respoden: Diane McGrath Fingleton

Kasus berawal pada tanggal 18 September 202 Respoden yang merupakan Hakim Ketua di Queensland , mensyaratkan kepada pemohon pertama untuk menunjukan penyebab mengapa ia harus tetap dalam posisi Hakim Koordinasi. Hal tersebutt atas dasar bahwa ada keputusan dari jenis yang ditinjau (cf s 5(e) and s 8 Judicial Review Act 1991). Mengacu pada keputusan kedua diduga dibuat pada tanggal 19 September 2002, dasar adalah bahwa keputusan dibuat maka pemohon pertama tidak lagi menjadi Hakim koordinasi. Kemudian pemohon kedua juga mengklaim menjadi pihak yang dirugikan pada saat aplikasi tersebut dibuat karena terjadinya penundaan proses di Komisi Yudisial. Yang mana hal tersbut didukung oleh Komite Yudisial yang kaitannya dengan biaya. Yang dalam hal ini melanggar aturan yang terdapat di dalam Magistrates Act 1991 (Qld) s10(1), s10(2), s10(3), s 18, s18(1A).

Pemohon pertama diangkat dengan surat tanggal 8 Maret 2000 sebagai Hakim koordinasi yangmana posisi Koordinasi Hakim di Queensland kehakiman adalah posisi istimewa, di Beenleigh Magistrates Court dari tanggal 10 April 2000. Hal ini tersirat dalam dokumen yang pencalonannya sebagai pembimbing Hakim diharapkan menjabat untuk jangka waktu 5 tahun juga. Sesuai dengan persyaratan s 10 (5), alasan yang diberikan untuk pemidahan adalah bahwa ia telah di Brisbane Central Pengadilan untuk jangka waktu 9 tahun dan yang sejalan dengan Kepala Hakim menyatakan kebijakan.

Namun, pemohon pertama ini dalam hal menjalankan tugas yang diharapkan akan berlanjut di posisi hakim koordinasi tidak berjalan dengan baik. Karena berdasarkan pada saat itu terjadi ketegangan antara pemohon selaku hakim koordinasi dengan kepala hakim. Yang dalam hal ini menurut pemohon, Hakim ketua telah melampaui batas kewenangannya yaitu menarik nominasi hakim koordinasi.

Ketegangan ini berlanjut ketika Assosiasi Hakim meminta Jaksa Agung untuk membatalkan ss 10 (8), (9), (10) dan (11) dari Magistrates Act, yaitu, ketentuan yang relevan untuk mendisiplinkan dengan cara teguran oleh Ketua Hakim. Hal ini membuat ketegangan semakin meningkat ketika ia mengetahui bahwa hakim koordinasi adalah eksekutif dalam assosiasi tersebut. Menurutnya, assosiasi tersebut tidak benar karena telah mencampuri urusan internal.

Pada tanggal 19 September 2002 pemohon membuat pengaduan ke CMC. Yang dalam hal ini pemohon menyatakan bahwa Hakim ketua telah melakukan kejahatan yang tercantum dalam bagian 119 KUHP bahwa ia merasa terancam yaitu dengan adanya sanksi pengahapusan pemohon dari posisi Hakim Koordinasi.Namun, hal ini terhalangi karena terdapat alasan bahwa hal yang dilakukan oleh Hakim koordinasi adalah melampaui batas karena terdapat rasa ketidakpercayaan terhadap Hakim ketua sehingga proses tersebut tertunda.

Pada tanggal 1 Oktober 200 Hakim Ketua bersumpah surat pernyataan di persidangan Komite Yudisial yangmana ia tidak berniat untuk menghalangi pemohon menyediakan bukti ke Komisi Yudisial atau dengan cara apapun membalas terhadap dirinya. Hal ini diamini oleh Komite Yudisial dalam hal bahwa termohon memiliki rasa ketidakpercayaan terhadap Hakim Ketua.

Dengan demikian, menurut pemohon dengan dicabutnya posisinya dalam hakim koordinasi maka ia akan mengalami kerugian dan hal tersebut juga melanggar aturan yang ada.60

Analisis Kasus

Berdasarkan fakta yang ada bahwa responden dalam hal ini yaitu Hakim ketua telah melanggar Magistrates Act yang dalam hal ini berkaitan dengan tanggung jawab profeesinya sebagai hakim,s 10 (3) bahwa s 10 (2) tidak mengizinkan Kepala Hakim untuk mempromosikan Hakim a. Pasal 18 (1A) juga menyediakan bahwa hakim hanya dapat dipromosikan sesuai dengan tekad oleh Gubernur di Dewan.

CMC berkaitan dengan pelanggaran resmi, yang mencakup perilaku yang bisa jika terbukti merupakan tindak pidana (s 15 Kejahatan dan Komisi Misconduct Act 2001), yang dilakukan oleh orang yang memegang janji di unit administrasi publik. Sebuah Pengadilan Negeri atau Pengadilan adalah dengan definisi "unit administrasi publik". Yang dalam hal ini terjadi pengaduan pemohon menyatakan

60Queensland Government.http://www.sclqld.org.au/caselaw/QSC/2002/390 diunduh pada 15 Maret 2016

bahwa Hakim ketua telah melakukan kejahatan yang tercantum dalam bagian 119 KUHP bahwa ia meras terancam yaitu dengan adanya sanksi pengahapusan pemohon dari posisi Hakim Koordinasi.

Selain hal tersebut dalam kasus ini dikenalnya bentuk pengawasan pada Hakim yaitu Komisi Yudisial untuk mengadukan pelanggaran yang dilakukan oleh hakim, selain itu terdapat komisi lain yaitu CMC untuk pelanggaran resmi yang mencakup perilaku yang bisa jika terbukti sebagai tindak pidana. Namun , terdapat suatu instansi khusus untuk Hakim dalam melakukan pembelaan yaitu melalui Komite Yudisial. Yang mana merupakan pengadilan yang mengambil bunyi sumpah 27 Acts Interpretation Act, 1954).

4.1.3 Indonesia

Dalam dokumen TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA (Halaman 42-46)

Dokumen terkait