• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

HUKUM

TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM

MENJALANKAN TANGGUNG JAWAB HAKIM DAN

PENEGAKAN HUKUM

DI THAILAND, QUEENSLAND AUSTRALIA, DAN INDONESIA

Disusun oleh :

Annisa Faradiba (1306380430)

Devina Ariany Sormin (1306380374)

Khansa Gustriana Arif (1306380443)

Lady Arianita (1306380411)

Tengku Muhamad Derizal (1306380393)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM SARJANA REGULER

(2)

RINGKASAN

Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu. Profesi hukum adalah suatu istilah yang kompleks. disebut demikian karena kata "hukum" yang melekat padanya memang bermakna kompleks, multidimensional yang multifaset. Adapun peran profesi hakim dalam masyarakat secara umum adalah mengadili berdasarkan hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Di Negara Thailand, mengenai profesi hakim diatur oleh Judicial Service Act B.E. 2543 (AD 2000), yang mana seorang calon hakim harus melewati 3 jenis ujian antara lain: ujian terbuka, tes pengetahuan, dan ujian seleksi khusus. Lain hal dengan Thailand, di Queensland seorang Dewan Gubernur menunjuk hakim melalui komisi yang mana hakim adalah mereka yang dipilih oleh eksekutif tanpa ada intervensi oleh peradilan yang ada. Kemudian Jaksa Agung yang akan melakukan penyeleksian calon hakim. Hal tersebut diatur dalam Constitution of Queensland 2001 (Qld). Di Thailand, terdapat empat macam hakim yaitu hakim karir, hakim senior, hakim associate dan Datoh Justice. Yang mana setiap dari hakim macam hakim memiliki qualifikasi yang berbeda. Mengenai tanggung jawab seorang Hakim Thailand diatur dalam The Code of Judicial Conduct B.E. 2552 (2009) Sedangkan di Queensland, Chief Justice of Queensland (Hakim Agung) adalah hakim senior yang berkedudukan di Supreme Court yang merupakan kedudukan tertinggi dalam profesi hukum di sana. Adapun hakim-hakim lainnya adalah mereka yang berkedudukan atau ditempatkan di berbagai pengadilan sesuai dengan tingkat senioritas yang sebanding dengan pengadilan tersebut. Selain harus bertanggung jawab terhadap profesinya, seorang hakim juga harus memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain sebagai pengguna jasa seperti korban, terdakwa, maupun saksi. Tugas penting seorang hakim adalah untuk mengelola keadilan kepada para pihak dengan kejujuran, adil, legitimasi, dan kebiasaan. Seorang hakim juga harus bertanggung jawab kepada masyarakat agar menimbulkan kepercayaan dari masyarakat terhadap pengadilan.

(3)

Conduct B. E 2552 (2009) tentang etika dalam tugas administrative. Berbeda dengan sistem peradilan di Thailand, dalam sistem peradilan di Queensland tidak terdapat Judicial Commission yang menaungi kehakiman di Queensland. The Constitution of Queensland 2001 (Qld) menetapkan prosedur untuk menangani keluhan yang bisa dibenarkan untuk memberhentikan Hakim. Untuk mengawasi perilaku Hakim di Queensland, The Queensland Crime and Misconduct Commission (CMC) mempunyai yuridiksi atas perilaku hakim yang dapat dikeluarkan dari jabatannya.

Di Thailand, hakim tidak boleh bertindak dengan cara apapun untuk mempengaruhi kinerja, tugas, atau integritas dari Judicial Commission, Judicial Administration Commission, Sub-Judicial Commission, Sub-Judicial Administration Commission, komite investigasi, komisi investigasi yang faktual dan unggul yang memiliki tugas untuk melaporkan termasuk subkomite yang ditugaskan oleh Judicial Commission, Judicial Administration Commission untuk melaksanakan tugas resmi dengan cara yang mengkompromi keadilan dan kemerdekaan. Sama halnya dengan Thailand. seorang hakim di Queensland seharusnya tidak menerima janji untuk menempati sebuah komite pemerintah, komisi, atau posisi lain yang peduli dengan masalah fakta atau kebijakan daripada hal-hal selain perbaikan hukum, sistem hukum, atau administrasi peradilan. Seorang hakim dapat ‘dihapus’ dari jabatannya oleh Dewan Gubernur di Majelis Legislatif apabila terbukti melakukan kesalahan atau ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang hakim

Di Indonesia, jabatan Hakim merupakan profesi hukum yang melekat pada dirinya. Sehingga dalam melakukan sesuatu hal seolah jubah hakim selalu

(4)

DAFTAR ISI

RINGKASAN... 1

DAFTAR ISI... 3

BAB 1 PENDAHULUAN... ... 4

A. Latar Belakang Masalah... 4

B. Pokok Permasalahan... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... 10

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN... 12

BAB 5 HASIL YANG DICAPAI... 13

1.1 Profesi Hukum ... 13

1.2 Profesi Hakim di Thailand, Queensland, dan Indonesia ... 15

2.1 Tanggung Jawab Profesi Hakim ... 21

3.1 Sistem Pengawasan Terhadap Kinerja Hakim ... 27

3.2 Hubungan Antar Pengawasan Profesi Hukum yang Satu dengan Lainnya ... 40

4.1 Analisis Kasus ... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 57

DAFTAR PUSTAKA... 58

(5)
(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakim adalah salah satu aparat penegak hukum (legal aparatus) yang sudah memiliki kode etik sebagai standar moral. Hakim memiliki kedudukan dan peranan yang penting demi tegaknya negara hukum. Oleh karena itu, terdapat beberapa nilai yang dianut dan wajib dihormati oleh penyandang profesi hakim dalam menjalankan tugasnya.

Profesi hakim sebagai salah satu bentuk profesi hukum sering digambarkan sebagai pemberi keadilan. Hakim juga digolongkan sebagai profesi luhur, yaitu profesi yang pada hakikatnya memberikan pelayanan kepada manusia dan masyarakat. Sebagai suatu profesi di bidang hukum yang secara fungsional merupakan pelaku utama dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, hakim dituntut untuk memiliki suatu keahlian khusus sekaligus memahami secara mendalam mengenai ruang lingkup tugas dan kewajibannya. Salah satu unsur yang membedakan profesi hakim dengan profesi lainnya adalah adanya proses rekrutmen serta pendidikan bersifat khusus yang diterapkan bagi setiap orang yang akan mengemban profesi ini. Selain itu, kode kehormatan hakim mengatur sifat hakim yang dibagi ke dalam sikap hakim dalam kedinasan dan sikap hakim di luar kedinasan. Dalam kedinasan sikap hakim dibagi, yaitu: 1) dalam persidangan, 2) terhadap sesama rekan, 3) terhadap bawahan/pegawai, 4) terhadap atasan, 5) hakim bawahan/rekan hakim, dan 6) instansi lain. Untuk sikap hakim di luar kedinasan, terbagi yaitu: 1) hakim sendiri, 2) dalam rumah tangga, dan 3) dalam masyarakat.1

Secara filosofis, tujuan akhir profesi hakim adalah ditegakkannya keadilan. Cita hukum keadilan yang terdapat dalam das sollen (kenyataan normatif) harus dapat diwujudkan dalam das sein (kenyataan alamiah) melalui nilai-nilai yang terdapat dalam etika profesi. Hakim tidak boleh memihak, tegas, sopan dan sabar, memberi landasan yang baik, harus jujur, bebas dari pengaruh siapapun juga dan adil, tidak berprasangka (to bring out the truth, not to keep it out)2. Salah satu etika profesi yang telah lama menjadi pedoman profesi ini sejak masa awal

1 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2014), hlm. 117.

(7)

perkembangan hukum dalam peradaban manusia adalah The Four Commandments for Judges dari Socrates. Kode etik hakim tersebut terdiri dari empat butir di bawah ini:3

1. To hear corteously (mendengar dengan sopan dan beradab). 2. To answer wisely (menjawab dengan arif dan bijaksana).

3. To consider soberly (mempertimbangkan tanpa terpengaruh apapun). 4. To decide impartially (memutus tidak berat sebelah).

Bagir Manan menguraikan sedikitnya ada 5 (lima) perspektif untuk menjadi hakim yang profesional, yaitu:4 dalam perspektif intelektual sebagai perspektif pengetahuan dan konsep baik ilmu hukum maupun ilmu-ilmu atau konsep-konsep ilmu lain terutama ilmu sosial; dalam perspektif etik, berkaitan dengan moral; dalam perspektif hukum, sehubungan dengan ketaatan hakim pada kaidah-kaidah hukum baik bersifat administratif maupun pidana; dalam perspektif kesadaran beragama, berkenaan dengan hubungan seorang hakim dengan Tuhannya; dan terakhir dalam perspektif teknis peradilan dimana penguasaan terhadap hukum acara (hukum formil) mutlak diperlukan.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimanakah tanggung jawab seorang Hakim terhadap profesinya?

2. Bagaimanakah tanggung jawab seorang Hakim dalam rangka menjalankan profesinya terhadap pihak ketiga (pengguna jasa) dan masyarakat?

3. Bagaimanakah sistem pengawasan yang berlaku dalam mengawasi kinerja/pelaksanaan tugas seorang Hakim?

4. Bagaimanakah hubungan antar pengawasan profesi hukum yang satu dengan yang lainnya?

5. Bagaimanakah analisis kasus profesi Hakim yang sama di Thailand dan Queensland Australia?

6. Bagaimana analisis kasus analisis kasus profesi Hakim yang sama di Indonesia?

3Dayu Pratiwi, dkk, “Pelanggaran Kode Etika Hakim”,

http://dayupratiwi.ilearning.me/2015/03/30/makalah-etika-profesi/, diakses 14 Maret 2016. 4 Bagir Manan, “Menjadi Hakim Yang Baik,”, Majalah Varia Peradilan Tahun XXII

(8)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1) Judul buku : Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia Nama pengarang : Supriadi

Impresum : Jakarta: Sinar Grafika, 2014 Jumlah Halaman : 338 halaman

Ulasan : Buku ini memberikan ulasan mengenai profesi hukum di Indonesia beserta kode etiknya dan pandangan pemberian jasa hukum dalam perspektif Islam. Maka dari itu buku ini berisikan materi yang memadai untuk mendukung penelitian penulis, terutama untuk pemaparan umum mengenai profesi hakim. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti dengan pemakaian bahasa Indonesia yang tepat dan logis. Penyusunan bab nya pun cukup baik karena dimulai dengan pembahasan yang umum dilanjutkan dengan pembahasan yang khusus. Ditambah lagi terlampir Undang-Undang yang terkait dengan pembahasan pada isi buku tersebut. Namun, sampul buku pada buku ini kurang menunjang nilai estetika karena warna yang tidak kontras dan motif yang kurang sesuai dengan judul bukunya.

2) Judul buku : Etika Profesi Hukum Nama pengarang : Suhrawardi K. Lubis

Impresum : Jakarta: Sinar Grafika, 2012 Jumlah Halaman : 132 halaman

Ulasan : Buku ini memberikan ulasan mengenai etika profesi hukum. Profesi hukum bukan saja menyangkut kepentinga individu (private trust) tetapi juga menyangkut kepentingan umum (public trust). Dengan mengulas profesi hukum itu sendiri, ukuran baik dan buruk, keadilan, serta hak asasi.Maka dari itu buku ini berisikan materi yang memadai untuk mendukung penelitian penulis, terutama untuk pemaparan umum mengenai profesi hakim. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti dengan pemakaian bahasa Indonesia yang tepat dan logis. Namun, sampul buku pada buku ini kurang

3) Judul buku : Etika Profesi Hukum

(9)

Ulasan : Dalam buku berjudul Etikda Profesi Hukum, Prof.Abdulkadir menjelaskan mengenai yang dimaksud dengan etika, profesi, profesi hukum bahkan menyetuh kearah kode etik profesi dan profesi hukum secara komperhensif. Buku ini menjadi sangat penting dikarenakan dalam pengerjaan tugas ini agar penulis mampu menganalisis yang berkaitan dengan etika dan profesi hukum itu sendiri.

4) Judul buku : Tanggung Jawab Profesi Hakim di Indonesia Pengarang : Junaedi,S.H.,M.Si.,LL.M

Penerbit : - Jumlah Halaman : 23 hal

Ulasan : Sebelum lebih jauh membahas mengenai Hakim, Penulis juga menggunakan Paper Dosen Junaedi,S.H.,M.Si.,LL.M yang berjudul Tanggung Jawab Profesi Hakim di Indonesia . Paper ini menjadi sangat penting untuk penulis karena dalam paper ini sudah secara spesifik dijelaskan mengenai Hakim di mulai dari status hakim , rekruitmen hakim dan sistemnya, lingkup laku profesi hakim, hingga bagian pengawasan dan kode etik hakim. Paper ini disusun secara terstruktur dan komperhensif sehingga sangat membantu penulis untuk menganalisis kasus Hakim yang ada di Indonesia.

5) Judul buku : Hukum Pidana Pengarang : Jan Remmelink

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2003 Jumlah Halaman : 636 hal

Ulasan :Sebelum lebih jauh mengkaji mengenai keterkaitan tindak pidana korupsi dalam hukum pidana, terlebih dahulu penulis harus mengetahui perihal konsep pidana dasar pada umumnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan di Indonesia. Untuk membantu menjelaskan hal tersebut, penulis dapat menemukannya dengan sangat baik dalam buku berjudul Hukum Pidana karangan Jan Remellink. Dalam buku tersebut dipaparkan secara jelas dan rinci terkait berbagai teori pidana dasar disertai contoh-contoh kasus yang ada dalam masyarakat.

6) Judul buku : Kriminologi

(10)

Ulasan :Kemudian untuk mengetahui alasan sikap para pelaku yang tetap melakukan tindak pidana korupsi yang pada dasarnya dicela dalam hukum pidana juga perlu dicermati lebih lanjut dari segi konsep kriminologi sebagai suatu bagian khusus dari hukum pidana. Prof. Topo Santoso S.H., M.H., Ph.D dan DR. Eva Achjani Zulfa dalam bukunya yang berjudul Kriminologi secara komprehensif menjelaskan terkait berbagai hal yang memacu masyarakat untuk tetap terus melakukan suatu tindak pidana dan bahkan mengesampingkan keberadanan norma hukum pidana tersebut.Buku ini berguna untuk penulis mengetahui mengapa seorang Hakim melakukan suatu kejahatan.

7) Judul : Percobaan, Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana

Pengarang : Loebby Loqman

Penerbit : UPT.Penerbitan, Jakarta, 1995 Jumlah Halaman : 345 hal

Ulasan : Prof. DR. H. Loebby Loqman S.H. dalam bukunya yang berjudul Percobaan, Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana, menjelaskan mengenai teori penyertaan dalam suatu tindak pidana secara komperhensif. Buku ini menjadi begitu penting mengingat bahwa suatu tindak korupsi yang dilakukan secara terstruktur dan terorganisasi. Hal ini berimplikasi pada adanya suatu kasus yang dilakukan oleh salah satu Hakim di Indonesia yang melakukan gabungan tindak pidana.

8) Judul : The Judicial System in Thailand I Pengarang : Institute of Developing Economies Penerbit : IDE Asian Law Series No.6, Maret,2001 Jumlah Halaman : 171 hal

Ulasan : Dalam jurnal ini dikemukakan mengenai sistem hukum yang ada di Thailand mulai dari Hukum di Thailand secara General hingga aparat hukum apa saja yang terdapat disana. Jurnal ini menjadi sangat penting untuk menulis karena dalam pembuatan makalah ini negara yang penulis perbandingkan dengan Queensland adalah negara Thailand. Selain itu, Jurnal ini sangat membantu penulis dalam hal memberikan referensi karena Institute of Developing Economies menyusun secara komperhensif.

(11)

Penerbit : Public Space : The Journal of Law and Social Justice, vol 3,art,6, 2009

Jumlah Halaman : 23 hal

Ulasan : Ronald Sackville AO QC dalam jurnalnya menjelaskan mengenai perilaku aparat penegak hukum dalam kehidupan. Hal ini menjadi sangat penting karena dalam analisis kasus penulis membutuhkan penjelasan apa yang dimaksud dengan kode etik dan kode perilaku dan hal mana yang lebih penting. Sehingga jurnal ini sangat berguna bagi penulis dalam membuat penulisan makalah.

10) Judul : Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II Pengarang : E.Utrecht

Penerbit : Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1976 Jumlah Halaman : 409 hal

(12)

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum

Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tanggung jawab profesi Hakim dalam menjalankan tanggung jawab Hakim serta sistem pengawasan terhadap Hakim dalam penegakan hukum di negara Thailand dan Queensland Australia.

b. Tujuan Khusus

Dengan mendasarkan pada uraian latar belakang dan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tanggung jawab seorang Hakim terhadap profesinya.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab seorang Hakim dalam rangka menjalankan profesinya terhadap pihak ketiga (pengguna jasa) dan masyarakat.

3. Untuk mengetahui sistem pengawasan yang berlaku dalam mengawasi kinerja/pelaksanaan tugas seorang Hakim.

4. Untuk mengetahui hubungan antar pengawasan profesi hukum yang satu dengan yang lainnya.

5. Untuk mengetahui serta menganalisis kasus profesi Hakim yang sama di Thailand dan Queensland Australia.

B. Manfaat Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara khusus bermanfaat bagi penulis yaitu dalam rangka menganalisa dan menjawab keingintahuan penulis terhadap perumusan masalah dalam penelitian. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka pengembangan keilmuan di bidang tanggung jawab profesi hukum pada umumnya dan secara khusus mengenai tanggung jawab profesi Hakim.

b. Kegunaan Praktis

(13)
(14)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh karena ruang lingkup penelitian ini adalah disiplin ilmu hukum, maka penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif, artinya mengacu kepada norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Kemudian dari sifatnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif-analitis, dimana penulis akan menjelaskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder5 yang dapat diklarifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu6: bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan referensi7, yang penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang isinya mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat8. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan, yaitu Judicial Service Act B.E. 2543 (AD 2000), Constitution of Queensland 2001 (Qld), Magistrates Court Act 1991 (Qld), dan peraturan lainnya.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang isinya memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer9. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi, tesis, dan data internet. 3. Bahan referensi, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, misalnya ensiklopedia dan kamus.

Bahan hukum diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan logika berpikir secara deduksi. Teknik analisis digunakan dengan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan secara kualitatif tidak digunakan parameter statistik.

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), 1986), hlm. 112.

6 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2005), hlm. 141.

7Ibid., hlm. 52.

8Ibid.

(15)

BAB 5

HASIL YANG DICAPAI

1.1 PROFESI HUKUM

Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu10. Profesi merupakan suatu konsep yang lebih spesifik dibandingkan dengan pekerjaan. Dengan kata lain, pekerjaan memiliki konotasi yang lebih luas daripada profesi, suatu profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan merupakan profesi11.

Sementara itu Darji Darmodiharjo dan Sidharta mengemukakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan dan memiliki serta memenuhi sedikitnya 5 (lima) persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki landasan intelektualitas, b. Memiliki standar kualifikasi, c. Pengabdian pada masyarakat,

d. Mendapat penghargaan di tengah masyarakat, e. Memiliki organisasi profesi

Sebagai pegangan dapat diutaraan pendapat yang dikemukakan oleh Dr J. Spillane SJ dalam Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis. Suatu profesi dapat didefinisikan secara singkat sebagai jabatan seseorang kalau profesi tersebut tidak bersifat komersial, mekanis pertanian dan sebagainya. Secara tradisional ada empat profesi; kedokteran, hukum, pendidikan dan kependetaan.12

Oleh karena itu profesi menurut penulis diartikan sebagai pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencaharian yang karena sifatnya menuntut pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan.

Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi yang ada, misalnya profesi dokter, profesi akuntan, profesi teknik dan lain-lain. Profesi hukum sangat bersentuhan langsung dengan kepentingan manusia atau orang yang lazim disebut

10 Supriadi. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2010., hlm. 16.

11 Kunarto. Etika dalam Peradilan Pidana. Jakarta; Cipta Manunggal, 1999. hlm.

101.

12 Suhrawardi K. Lubis, SH. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Hlm.

(16)

“klien”13. Profesi hukum adalah suatu istilah yang kompleks. disebut demikian karena kata "hukum" yang melekat padanya memang bermakna kompleks, multidimensional yang multifaset.14

1.2 PROFESI HAKIM DI THAILAND, QUEENSLAND, DAN INDONESIA A. Peran Profesi

Adapun peran profesi hakim dalam kaitannya dengan masyarakat secara umum adalah:

1. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. 2. Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan, kecuali

undang-undang menentukan lain. Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.

3. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa

4. Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang mengadili perkaranya. Hak ingkar sebagaimana dimaksud adalah hak seseorang yang diadili untuk mengajukan keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang mengadili perkaranya.

1.2.1 Syarat Menjadi Hakim

Thailand

Hakim di Thailand diatur oleh Judicial Service Act B.E. 2543 (AD 2000). Komisi Yudisial adalah badan yang bertanggung jawab untuk pengangkatan, promosi, transfer, dan penghapusan hakim, dan memiliki kekuatan disiplin atas

13 Supriadi, Op.Cit., hlm. 19.

14 Shidarta. Moralitas Profesi Hukum suatu Kerangka Berfikir. Bandung: Refika

(17)

mereka. Adapun 5 tahap yang harus dilalui untuk menjadi Hakim di Thailand, yaitu:15

1) Tahap pertama: memenuhi kualifikasi untuk menjadi calon hakim.

2) Tahap kedua: memenuhi salah satu dari tiga jenis ujian untuk menjadi calon hakim.

I. Ujian terbuka: Untuk sarjana hukum yang telah memiliki pengalaman setidaknya 2 tahun dalam bidang hukum.

II. Tes pengetahuan: Untuk sarjana hukum atau sarjana lain yang tidak memiliki pengalaman 2 tahun dalam bidang hukum namun memenuhi kriteria lain.

III. Ujian seleksi khusus: Untuk akademisi dan pejabat pemerintah yang memiliki pengetahuan yang sangat baik dalam hukum.

3) Tahap ketiga: menjalani setidaknya satu tahun masa training sebagai calon hakim.

4) Tahap keempat: mendapat persetujuan dari Komisi Yudisial dan mengajukan lamaran kepada raja.

5) Tahap kelima: mendapatkan penunjukan dari raja.

Setelah calon direkrut, mereka diwajibkan untuk menjalani pelatihan sebagai calon hakim selama setidaknya satu tahun. Setelah selesai pelatihan dan jika hasilnya memuaskan, calon hakim akan disetujui oleh Komisi Kehakiman, dan ditenderkan kepada Raja untuk janji kerajaan untuk menjadi hakim melampirkan ke pengadilan.16

Queensland

Di Queensland, Gubernur di Dewan menunjuk hakim melalui komisi17. Hakim adalah mereka yang dipilih oleh eksekutif tanpa ada intervensi oleh peradilan yang ada. Dalam prakteknya, dan menurut konvensi, Jaksa Agung memutuskan pengangkatan atau membawa nama untuk Kabinet dalam diskusi dan persetujuan.

15 Charunun Sathitsuksomboon, “Thailand’s Legal System: Requirements, Practice,

and Ethical Conduct” http://www.thailawforum.com/articles/charununlegal4.html, diakses 13 Maret 2016.

16 IDE-JETRO, The Judicial System in Thailand: An Outlook for a New Century,

(Jepang: IDE-JETRO, 2001), hlm. 50.

(18)

Jaksa Agung memiliki kewenangan hampir tak terkendali dalam kaitannya dengan siapa yang ditunjuk. Orang yang ditunjuk harus berusia kurang dari 70 tahun, dan diakui pernah menjadi seorang pengacara di Mahkamah Agung selama minimal 5 tahun. Sebelum menjalankan tugas-tugasnya, seorang hakim harus membuat sumpah kesetiaan yang dilakukan atau dibuat dihadapan Gubernur atau orang lain yang diberi wewenang oleh Gubernur untuk menyelenggarakan sumpah tersebut.18

Berikut merupakan daftar dari kualitas-kualitas apa saja yang akan menjadi bahan pertimbangan Jaksa Agung dalam melakukan penyeleksian calon hakim:19 Kualitas Profesional

Kecakapan hukum, Kemampuan dan spesialisasi, Pengalaman (praktik-praktik di pengadilan sebelumnya), Kemampuan intelektual dan analisis, Kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan dengan cepat, Kemampuan untuk bekerja dibawah tekanan, Kemampuan berkomunikasi baik internal maupun eksternal (public), Kemampuan untuk menjelaskan secara jelas terkait dengan putusan kepada para pihak, Kemampuan mengelola tugas, Kemampuan bertanggungjawab atas kewenangannya, Keinginan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan profesi hakim, dan Kemampuan menggunakan teknologi informasi.

Kualitas Pribadi

Integritas, Independensi dan imparsialitas, Karakter, Pengetahuan umum, Kesopanan dan kesabaran, dan Kepedulian sosial.

Indonesia

Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechstaat). Hal ini berarti pelaksanaan pemerintahan di Indonesia haruslah berdasarkan hukum dan bukan kekuasaan dari para penguasa semata. Salah satu aturan yang dianut di Indonesia adalah aturan Trias Politica dimana dalam aturan ini Montesquieu membagi kekuasaan negara secara horizontal sehingga terdiri atas tiga cabang kekuasaan, yaitu cabang kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang-undang), cabang kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk

18 Queensland, Constitution of Queensland 2001 (Qld), Ps. 59.

19 UK Ministry of Justice, The Governance of Britain: Judicial Appointments,

(19)

melaksanakan undang-undang), dan cabang kekuasaan yudikatif (kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-undang).20

Adapun kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi.

Salah satu profesi yang bergerak di bidang yudikatif adalah profesi hakim. secara etimologi atau secara umum yang dimaksud dengan hakim adalah organ pengadilan yang dianggap memahami hukum, yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada tertulis atau tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang bertentangan dengan asas dan sendi peradilan berdasar Tuhan Yang Maha Esa.21

Hakim juga memiliki sifat dasar yang bebas dalam memeriksa dan mengadili perkara hukum dan bebas, yaitu bebas dari campur tangan kekuasaan ekstra-terbagi yaitu: 1) hakim sendiri, 2) dalam rumah tangga, dan 3) dalam masyarakat.23 Salah satu etika profesi yang telah lama menjadi pedoman profesi ini sejak masa awal perkembangan hukum dalam peradaban manusia adalah The Four

20 Jimly Asshiddiqie, “Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Perubahan UUD 1945”, (Makalah pada Diklatpim LAN-RI Tingkat II Angkatan XIX. Jakarta, 20 April 2007), hlm. 2.

21 Bambang Waluyo, S.H. Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, Sinar Grafika Edisi 1 Cet. 1. Jakarta 19912. hal 11.

22 Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari, Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001) hlm. 20.

(20)

Commandments for Judges dari Socrates. Kode etik hakim tersebut terdiri dari empat butir di bawah ini: 24

1. To hear corteously (mendengar dengan sopan dan beradab). 2. To answer wisely (menjawab dengan arif dan bijaksana).

3. To consider soberly (mempertimbangkan tanpa terpengaruh apapun). 4. To decide impartially (memutus tidak berat sebelah).

Adapun karakteristik profesi hakim di Indonesia adalah:

1. Dikarenakan Indonesia menganut sistem civil law, status hakim di Indonesia adalah civil servant atau pegawai yang diadministrasikan oleh pihak eksekutif (di Indonesia ini ditafsirkan sebagai pegawai negeri sipil)

2. Memiliki Panca Darma Hakim yaitu:

 Kartika: Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

 Cakra: Berlaku Adil

 Candra: Bijaksana

 Tirta: Jujur

 Sari: Berbudi Luhur/Berkelakuan Tidak Tercela

1.2.2 Jabatan Hakim Secara Struktural Thailand

Terdapat empat macam hakim yaitu hakim karir, hakim senior, hakim associate dan Datoh Justice. Yang mana setiap dari hakim macam hakim memiliki qualifikasi yang berbeda.25

a. Hakim karir dalam penerimaannya harus memenuhi tiga metode penerimaan dimulai dari open examination, kemudian knowledge test dan newly special selection.

b. Hakim senior berdasarkan Act B.E.2542 (1999) bahwa hakim yang telah berumur 60 tahun. Harus diterima oleh Judicial Service Commission dan harus persetujuan Raja. Mereka harus lulus tes kebugaran dan hanya dapat menjadi hakim senior hingga berumur 70 tahun.

24

Dayu Prat

iwi, dkk, “Pelanggaran Kode Etika Hakim”,

http://dayupratiwi.ilearning.me/2015/03/30/makalah-etika-profesi/, diakses 31 Maret

2016.

(21)

c. Hakim Associate adalah hakim yang dipilih oleh Judicial Service Commission untuk beracara di peradilan keperdataan masalah keluarga, perburuhan, Hak atas kekayaan intellectual dan perdagangan Internasional.

d. Datoh Justice berdasarkan Act on the Application of Islamic Law in the Territorial Jusrisdictions of Pattani, Narathiwat, Yala and Satun Province, B.E. 2489. Bahwa terdapat penggugat dan tergugat adalah yang kasusnya ingin diselesaikan dengan hukum islam sehingga untuk memenuhi hal tersebut haruslah ada hakim yang menyelesaikan yang sangat mengenai prinsip hukum islam.

Queensland

Hakim adalah mereka yang dipilih oleh eksekutif tanpa ada intervensi oleh peradilan yang ada.26 Chief Justice of Queensland (Hakim Agung) adalah hakim senior yang berkedudukan di Supreme Court yang merupakan kedudukan tertinggi dalam profesi hukum di sana. Adapun hakim-hakim lainnya adalah mereka yang berkedudukan atau ditempatkan di berbagai pengadilan sesuai dengan tingkat senioritas yang sebanding dengan pengadilan tersebut. Adapun Kepangkatan hakim atau senioritas pada hakim ditentukan dari tanggal penunjukan mereka ke Pengadilan Tinggi.27

Indonesia

Apabila seseorang ingin mengemban profesi hakim, maka ia harus memiliki keahlian khusus. Hal ini ditunjukkan dengan diperlukannya pelatihan khusus bagi calon hakim.

Adapun syarat-syarat menjadi hakim pada pengadilan negeri dan hakim pada pengadilan tinggi, yaitu:28

a. Warga negara Indonesia;

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

26Attorney-General (NSW) v Quin (1990) 170 CLR 1 at 33; 83 ALR 1 at 23; 64 ALJR 327 ata327,340

27www.hcourt.gov.au diakses pada 11 Maret 2016

(22)

c. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

d. Sarjana hukum;

e. Lulus pendidikan hakim;

f. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban;

g. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;

h. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 40 (empat puluh) tahun;

i. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Melihat pada poin e, maka salah satu syarat seseorang untuk menjadi hakim adalah lulus pendidikan hakim yang diselenggarakan oleh mahkamah agung. Hal ini berarti untuk dapat menjadi seorang hakim, seseorang perlu mengalami pendidikan akim yang khusus dan berbeda dengan profesi hukum yang lainnya.

2.1 TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM

2.1.1 Tanggung Jawab Hakim Terhadap Profesi Thailand29

Hakim harus mempelajari kasus terlebih dahulu sebelum persidangan (bagian 2), Hakim harus mendengarkan kedua belah pihak yang harus bersifat Impartial dan tidak memihak (section 3), Hakim selama proses peradilan memiliki diskresi serta harus rajin, delibrasi, tidak lambat dalam hal ini untuk memastikan peradilan cepat. (section 4), Hakim harus memastikan bahwa selama proses persidangan terdapat perilaku yang seharusnya dan dilarang melakukan yang diluar kebiasaan hakim pada umumnya (section 5), Hakim harus mempertimbangkan fakta-fakta yang ada di dalam kasus tersebut dengan bantuan pihak ketiga yangmana dalam hal ini dapat dihadirkannya ahli dalam persidangan. (section 6), Hakim harus mengedepankan pada keadilan. (section 9), Hakim harus memiliki sifat jujur, rajin, adil, disiplin dan bijaksana.( Section 18,19), Hakim harus memiliki pendapat yang rasional dalam bagian pertimbangan. (section 22), Hakim harus

(23)

dapat menjaga kerahasiaan mengenai pekerjaannya, dan tidak membuka rahasia tersebut pada orang yang tidak berwenang. (section 25), Hakim tidak boleh merangkap jabatan yang bersifat profit (section 26), Hakim dalam menandatanganin persetujuan dengan agensi pemerintahan harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari Office of the Judiciary kecuali mengenai hukum, kebijakan, ataupun peraturan. (section 27), Hakim tidak dapat memberikan pendapatnya di public yangmana akan mempengaruhi integritasnya sebagai hakim. (section 28), Hakim tidak dapat menjadi direksi diberbagai asosiasi (section 29), Hakim tidak dapat menjadi pengelola ataupun administrator perumahan (section 30), Hakim tidak dapat menjadi arbitrator atau mediator (section 32), Hakim harus setia dan secara tegas menghargai hukum, memiliki moral, memiliki hidup yang sederhana, memiliki perilaku yang baik dan menjunjung etika dan kebiasaan hukum , dan juga harus memiliki sesuatu yang dapat dipercayai oleh masyarakat (section 35).

Queensland

Hakim harus memiliki sifat kejujuran, ulet dan integritas , Hakim harus memiliki sifat impartial dan netral dalam menangani suatu perkara, Hakim harus memiliki sifat impartial dan netral dalam menangani suatu perkara30, Hakim harus selalu mengali rasa keingintahuan, Hakim harus memiliki dasar hukum agar apabila memiliki interpretasi yang berbeda dapat memilih mana relasi penafsiran yang paling mendekati isu31, Hakim dibatasi kepemilikannya dan pembatasan pada penghapusan mereka dari kantor. Misalnya : seorang hakim federal tidak dapat dihapus dari kantornya kecuali oleh Jendral Gubernur.32

Indonesia

Tanggung jawab profesi hakim terhadap profesinya adalah:

1. Tanggung Jawab Moral: Tanggung jawab yang bisa bersifat pribadi maupun kelembagaan yang terangkum dalam Kode Etik

2. Tanggung Jawab Teknis Profesi; melaksanakan tugasa secara profesional sesuai dengan kriteria teknis. Jika bertentangan maka disebut sebagai unprofessional conduct

3. Tanggung Jawab Hukum: tidak melanggar rambu rambu hukum, wujud pertanggung jawabannya sanksi (majelis kehormatan)

30Public Space: The Journal of Law and Social Justice (2009) Vol 3, Art 6,hlm.9 31Ibid.,hlm.15

(24)

2.1.2 Tanggung Jawab Hakim Terhadap Pihak Ketiga (Pengguna Jasa) Thailand

Dalam praktiknya, Hakim memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain sebagai pengguna jasa. Tanggung jawab ini bisa terhadap korban, terdakwa, maupun saksi. Dalam halnya perlindungan terhadap pihak ketiga, seorang Hakim harus dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang memungkinkan adanya penyiksaan dan diberikan kekuatan eksplisit untuk mengambil langkah-langkah tambahan untuk melindungi hak dan kepentingan terdakwa, termasuk meminta pemeriksaan fisik dan psikologis secara independen sebelum terdakwa dibebaskan secara bersyarat (dengan jaminan) atau ditahan untuk menunggu pemeriksaan pengadilan. Hakim juga harus dapat mengidentifikasi saksi yang kesaksiannya tidak sah karena merasa takut, dan mengambil langkah-langkah untuk mengintervensi, termasuk dengan menunda kesaksian dan mencari intervensi dari Kantor Perlindungan Saksi33. Hakim dipercayakan untuk secara eksplisit mengungkapkan kepada publik pelaksanaan yang ketat dan lengkap untuk prinsip-prinsip tersebut dengan mengikuti independensi peradilan dan menghormati integritas kehakiman34. Namun, seorang hakim berwenang untuk membuat pernyataan publik untuk mendidik masyarakat umum sehubungan dengan prosedur hukum yang relevan di pengadilan35. Hakim tidak boleh menyebabkan para pihak menduga bahwa salah satu pihak lebih dibela36.

Queensland

Dalam pengadilan Queensland, apabila terdapat saksi yang rentan seperti anak-anak, korban kekerasan seksual, atau orang dengan intelektual rendah, maka saksi tersebut dapat diberikan bantuan khusus dalam memberikan bukti akibat trauma. Disinilah peran hakim untuk memutuskan apakah seseorang dapat

33 Asian Legal Resource Center, “Recommendation on Witness Protection in

Thailand

http://www.humanrights.asia/resources/journals-magazines/article2/0503/recommendations-on-witness-protection-in-thailand, diakses 15

Maret 2016.

34 Thailand, The Code of Judicial Conduct B. E 2552 (2009), Ps. 1.

35 Thailand, The Code of Judicial Conduct B. E 2552 (2009), Ps. 6.

(25)

diberikan bantuan khusus untuk bersaksi. Hakim juga harus mempertimbangkan keterangan saksi bagaimana kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa telah memberikan dampak yang mendalam bagi fisik, emosional, dan psikis korban, hal tersebut berguna bagi Hakim dalam mempertimbangkan hukuman.37

Indonesia

Tanggung jawab profesi hakim dalam kaitannya dengan pihak ketiga adalah adalah: 1. Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Hal ini sesuai dengan irah-irah putusan yang dikeluarkan oleh hakim yaitu “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

2. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

3. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib menjaga kemandirian peradilan. Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang.

4. Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. Hakim wajib menaati Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

5. Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.

6. Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain. Susunan hakim sebagaimana dimaksud terdiri dari seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota. Hakim dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dibantu oleh seorang panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan panitera. Dalam perkara pidana wajib hadir pula seorang penuntut umum, kecuali undang undang menentukan lain.

37Queensland Government, “Going to Court

(26)

7. Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai, dengan ketua, salah seorang hakim anggota, jaksa, advokat, atau panitera.

2.1.3 Tanggung Jawab Hakim Terhadap Masyarakat Thailand

Hakim dalam menjalankan profesinya tidak hanya bertanggung jawab kepada profesi dan para pihak. Hakim juga harus mempertanggungjawabkan profesinya kepada masyarakat. Berdasarkan The Code of Judicial Conduct B. E 2552 (2009), pada dasarnya Hakim memiliki tugas untuk mengelola keadilan kepada para pihak dengan kejujuran, adil, legitimasi dan praktik kebiasaan. Hakim dipercayakan untuk secara eksplisit mengungkapkan kepada publik pelaksanaan yang ketat dan lengkap untuk prinsip-prinsip tersebut dengan mengikuti independensi peradilan dan menghormati integritas kehakiman38. Seorang hakim harus menahan diri dari mengulangi fakta di kasus yang dapat mempengaruhi setiap orang, mengkritik atau memberi pendapat kepada pihak atau pihak ketiga mengenai kasus yang tertunda maupun tidak. Namun, seorang hakim yang berwenang dapat membuat pernyataan publik untuk mendidik masyarakat umum sehubungan dengan prosedur hukum yang relevan di pengadilan39.

Hakim harus bertindak secara adil dalam memutuskan suatu perkara, dimana keadilan tersebut dapat menjadi contoh bagi masyarakat mengenai prosedur hukum di pengadilan. Seorang hakim tidak boleh memberikan pidato, ceramah, mengajar atau berpartisipasi dalam seminar, debat atau menyatakan pendapat ke publik (masyarakat) yang dapat mempengaruhi kinerja atau integritas hakim dan tidak boleh terlibat dalam tindakan tersebut untuk kepentingan bisnis perusahaan40. Hakimpun tidak boleh terlibat dalam suatu organisasi, asosiasi, klub masyarakat yang akan mempengaruhi kinerja, integritas, dan tugas hakim41. Perilaku seperti ini harus dipertahankan oleh hakim agar dapat dipercaya oleh masyarakat umum.

(27)

Queensland

Tolak ukur dan kriteria umum Hakim seperti: - Independensi hakim

Dengan memegang teguh prinsip tersebut, tentu warga negara akan memberikan kepercayaannya kepada negara bahwa hakim akan selalu memperjuangkan keadilan setiap individu dan juga kepentingan negara tersebut. - Penunjukkan berdasarkan kelayakan

Dengan diketahuinya masyarakat terkait dengan standar kelayakan sebagai salah satu indikator pemilihan dan penunjukkan hakim, akan menimbulkan kepercayaan masyarakat kepada institusi peradilan.

- Kesetaraan dan keberagaman

Gilbert and Tobin Center of Public Law menjelaskan bahwa keberagaman merupakan salah satu faktor penting dalam memilih komposisi hakim. Menurutnya, hakim merupakan cermin perwakilan dari masyarakat Australia dan karena itu, dengan adanya keberagaman latarbelakang para hakim, menimbulkan kepercayaan dari masyarakat terhadap pengadilan khususnya terhadap putusan-putusan yang dikeluarkan.

- Transparansi dan akuntabilitas

Dengan adanya transparansi ini, masyarakat dapat mengetahui secara jelas bagaimana mekanisme dan proses pemilihan hakim tersebut, dan hal ini akan pula menimbulkan kepercayaan dari masyarakat terhadap pengadilan.

Indonesia

Tanggung jawab profesi hakim dalam kaitannya dengan masyarakat adalah:

1. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.

2. Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan, kecuali undang-undang menentukan lain. Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.

(28)

hukum tetap. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa

4. Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang mengadili perkaranya. Hak ingkar sebagaimana dimaksud adalah hak seseorang yang diadili untuk mengajukan keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang mengadili perkaranya.

3.1 SISTEM PENGAWASAN TERHADAP KINERJA HAKIM

3.1.1 Pengawasan Internal

A. Dasar Kewenangan Pengawasan Internal Thailand

Dalam sistem peradilan di Thailand, terdapat Office of the Judiciary untuk mengelola personil dan anggaran dari the Courts of Justice melalui 3 komisi, yaitu Judicial Commission, Judicial Administration Commission, dan Commission for Judicial Service42. Kesemua komisi tersebut bertanggungjawab dalam rangka pemilihan dan kinerja hakim. Misalnya, apabila selama masa training, setiap calon hakim tidak lagi cocok untuk menjadi calon hakim, atau calon hakim telah menjadi calon hakim selama periode lebih dari yang ditentukan dan hasil pelatihan tidak memenuhi standar dari Judicial Administration Commission, Ketua Mahkamah Agung (oleh persetujuan JC) akan memiliki kuasa untuk melepaskannya dari layanan hukum atau mentransfer atau menjadikanyan petugas layanan peradilan43. Dapat dikatakan bahwa, komisi-komisi dalam Office of the Judiciary tersebut memiliki kewenangan untuk mengawasi kinerja hakim yang berada di bawah naungannya. Hal inipun diatur dalam bab 3 the Code of Judicial Conduct B. E 2552 (2009) tentang etika dalam tugas administratif.

Queensland

Berbeda dengan sistem peradilan di Thailand, dalam sistem peradilan di Queensland tidak terdapat Judicial Commission yang menaungi kehakiman di Queensland. The Constitution of Queensland 2001 (Qld) menetapkan prosedur

42Thailand Courts of Justice, “Administrative Organization of the Courts of Justice”

http://www.coj.go.th/en/administrativeorganization.html, diakses 16 Maret 2016.

(29)

untuk menangani keluhan yang bisa dibenarkan untuk memberhentikan Hakim. Hakim disini didefinisikan sebagai hakim Mahkamah Agung atau district court44.

Indonesia

Dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, dikatakan bahwa pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung. Kemudian pengawasan internal atas tingkah laku hakim dilakukan oleh Mahkamah Agung.45

Sebagai bentuk pengawasan dari dalam (internal), segala bentuk pengawasan dari dalam di semua lembaga pengadilan di kendalikan sepenuhnya oleh Mahkamah Agung. Namun masalah yang muncul ialah pengawasan secara internal cenderung tertutup dan tidak terbuka kepada masyrakat. Dikarenakan oleh hal ini, perlu dibentuknya sebuah lembaga pengawasan dari luar lingkungan pengadilan sebagai bentuk pengawasan secara obyektif serta tak berpihak dan menjadi media kontrol dari luar (eksternal) terhadap penegakan perilaku hakim.

B. Mekanisme Pengawasan Internal

Thailand

Untuk efisiensi administrasi pengadilan, seorang hakim harus menggunakan upaya terbaik nya dalam menjalankan tugas, dan harus memastikan bahwa bawahannya juga menggunakan upaya yang jujur dalam melaksanakan tugasnya. Hakim harus melaksanakan tugas-tugas resmi sesuai dengan perintah yang sah dari pejabat pengawasan dan hierarki komando kecuali ia diperbolehkan untuk melampaui hierarki. Hakim harus mengawasi bawahannya dengan keadilan dan mengarahkan mereka untuk mempertahankan disiplin dan etika. Ketika bawahannya melanggar disiplin profesi, maka hakim harus melaporkan kepada pengawas resmi dan tidak boleh menyembunyikan kenyataan apapun.

Queensland

Untuk mengawasi perilaku Hakim di Queensland, The Queensland Crime and Misconduct Commission (CMC) mempunyai yuridiksi atas perilaku hakim yang

44 Constitution of Queensland 2001 (Qld) s 56.

(30)

dapat dikeluarkan dari jabatannya. CMC mempunyai kewenangan untuk menyelidiki perilaku hakim tersebut, namun hanya sebatas proses yang disetujui dan dikonsultasikan oleh hakim ketua. CMC juga harus menyerahkan berkas yang berhubungan dengan pemeriksaan pengadilan46.

Indonesia

Mekanisme pengawasan internal yang dilakukan ialah : 1. Penelitian awal terhadap indikasi pelanggaran, yaitu :

 Pengawasan melekat;

 Pengawasan rutin;

 Pemantauan pemberitaan media

 Penerimaan lapopran masyarakat

1. Rapat penentuan tindak lanjut atas temuan kegiatan pengawasan. Pada rapat ini setiap pengawas fungsional memaparkan hasil penelitian awal, kesimpulan serta rekomendasi tindak lanjut terhadap dugaan pelanggaran perilaku pejabat pengadilan berdasarkan hasil pengawasan. Berdasarkan hasil pembahasan, Tuada Wasbin (sebuah unit di MA bagian pengawasan & pembinaan) akan menetukan

 Apakah akan ditindaklanjuti atau tidak;

 Jenis pelanggaran;

 Ancaman hukuman disiplin yang dijatuhkan; 2. Kegiatan dan prosedur pemeriksaan

3. Penentuan rekomendasi akhir hasil pemeriksaan dan penjatuhan sanksi

C. Mekanisme Quasi Yudisial dalam Rangka Menegakkan Disiplin Profesi

Thailand

Seorang hakim tidak boleh terlibat dalam suatu pekerjaan, profesi, atau kegiatan yang akan mempengaruhi tugas dan integritas keadilan47. Hakim tidak boleh bertindak dengan cara apapun untuk mempengaruhi kinerja, tugas, atau integritas dari Judicial Commission, Judicial Administration Commission, Sub-Judicial Commission, Sub-Judicial Administration Commission, komite investigasi,

46 Crimes and Misconduct Act 2001 (Qld) s 70(2).

(31)

komisi investigasi yang faktual dan unggul yang memiliki tugas untuk melaporkan termasuk subkomite yang ditugaskan oleh Judicial Commission, Judicial Administration Commission untuk melaksanakan tugas resmi dengan cara yang mengkompromi keadilan dan kemerdekaan48.

Queensland

Seorang hakim seharusnya tidak menerima janji untuk menempati sebuah komite pemerintah, komisi, atau posisi lain yang peduli dengan masalah fakta atau kebijakan daripada hal-hal selain perbaikan hukum, sistem hukum, atau administrasi peradilan. Hakim, bagaimanapun, dapat mewakili negara, negara bagian, atau lokasi pada acara-acara seremonial atau sehubungan dengan kegiatan sejarah, pendidikan, dan budaya49.

Indonesia

Pada dasarnya, mengenai pengawasan dalam bidang profesi hakim hanya terbagi dalam pengawasan internal dan eskternal. Dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, dikatakan bahwa pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung. Kemudian pengawasan internal atas tingkah laku hakim dilakukan oleh Mahkamah Agung.50

Adapun pengawasan internal yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dirasa kurang efisien dan tidak berjalan dengan fair sehingga diperlukan badan pengawas baru bagi kekuasaan kehakiman di Indonesia. Untuk itulah dibentuk Komisi Yudisial sebagai pengawas eskternal kekuasaan kehakiman.

Pengawasan oleh Komisi Yudisial dikategorikan sebagai pengawasan eksternal dengan fokus pada pengawasan perilaku dalam sidang, di luar sidang dan penyimpangan wewenang dalam putusan. Dalam pengawasan, Komisi Yudisial menerapkan prinsip independensi kekuasaan kehakiman bukanlah kewenangan absolut, tetapi relatif yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara hukum, moral, dan etika.

48 Thailand, Code of Conducts, Ps. 34/1.

49 Queensland. Queensland Magistrates’ Code of Conduct, psl. 7.

(32)

Secara konstitusional kedudukan lembaga quasi-peradilan dalam sistem kekuasaan kehakiman adalah bagian dari sistem kekuasaan kehakiman. Pasal 24 ayat (3) undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 maupun Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengakui lembaga quasi-yudisial sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman. Untuk memaksimalkan pelaksanaan kekuasaan yudisial lembaga-lembaga tersebut maka diperlukan kebijakan hukum untuk membangun hubungan fungsional-konstitusional antara KPPU sebagai lembaga quasi-peradilan dengan MA sebagai puncak organisasi kekuasaan kehakiman. Disamping itu perlu juga dilakukan upaya pengawasan terhadap perilaku komisioner KPPU untuk menghindari mafia peradilan dan menghidari abuse of power dari komisioner KPPU.Pengawasan dimaksud dilakukan dengan memasukan pengawasan komisioner KPPU menjadi kewenangan Komisi Yudisial dan MA.

3.1.2 Pengawasan Ekstenal

A. Dasar Keberadaan Pengawasan Eksternal

Thailand

Bab X Konstitusi Kerajaan Thailand 2007 tentang Pengadilan mengatur mengenai Judicial Commission of The Court dan Judicial Commission of Administrative of Court (selanjutnya disebut JCAC). JCAC diatur dalam Bagian 2 mengenai Lembaga Peradilan (Umum), khususnya Pasal 218 sampai dengan 222, dan JCAC juga diatur dalam Bagian 3 mengenai Peradilan Administrasi khususnya Pasal 223 sampai dengan Pasal 227 Konstitusi Kerajaan Thailand tahun 2007.

Queensland

Seorang hakim dapat ‘dihapus’ dari jabatannya oleh Dewan Gubernur di Majelis Legislatif apabila terbukti melakukan kesalahan atau ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang hakim.51 Alasan ini hanya dapat dibuktikan oleh Majelis Legislatif yang menerima laporan dari investigatory tribunal.52 Pengadilan investigasi dibentuk atas dasar ad hoc di bawah undang-undang khusus. Mereka harus terdiri dari minimal tiga orang hakim yang diangkat

(33)

dari hakim yang telah pensiun berdasarkan peraturan dari Majelis Legislatif.53 Seorang hakim dapat di berhentikan dari kantor dengan metode lainnya.54 Sehingga, seorang hakim di awasi oleh Dewan Gubernur pada Majelis Legislatif mengenai kinerja mereka dalam menjalankan tugas-tugas sebagai seorang hakim.

Indonesia

Pengawasan internal yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dirasa kurang efisien dan tidak berjalan dengan fair sehingga diperlukan badan pengawas baru bagi kekuasaan kehakiman di Indonesia. Untuk itulah dibentuk Komisi Yudisial sebagai pengawas eskternal kekuasaan kehakiman.

Pengawasan oleh Komisi Yudisial dikategorikan sebagai pengawasan eksternal dengan fokus pada pengawasan perilaku dalam sidang, di luar sidang dan penyimpangan wewenang dalam putusan. Dalam pengawasan, Komisi Yudisial menerapkan prinsip independensi kekuasaan kehakiman bukanlah kewenangan absolut, tetapi relatif yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara hukum, moral, dan etika.

Dalam menjalankan fungsinya, komisi Yudisial melakukan pengawasan eksternal untuk menegakkan kehormatan dan menjaga keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim. Hal ini semakin dipertegas dalam ayat (2) bahwa Komisi Yudisial harus tetap menjaga agar kode etik hakim tetap terpatri dalam diri para hakim. Jika terdapat pelanggaran kode etik, maka komisi yudisial harus memeriksanya terlebih dahulu lalu membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi kepada Mahkamah Agung dalam hal penjatuhan sanksi terhadap hakim yang telah melanggar kode etik.55

B. Mekanisme Pengawasan Eksternal

Thailand

Kewenangan KY Peradilan Umum diatur dalam Pasal 220 Konstitusi Kerajaan Thailand. Berikut 2 (dua) kewenangan yang diatur dalam pasal tersebut yaitu “Memberikan persetujuan pengangkatan dan pemindahan hakim sebelum disulkan kepada Raja” dan “Memberikan persetujuan atas promosi, kenaikan gaji, hukuman administrasi hakim.”

53Ibid, section 61 (6) (10) 54Ibid, section 61 (1)

(34)

Kewenangan KY Pengadilan Administrasi diatur dalam Pasal 224 dan 227 Konstitusi Kerajaan Thailand tahun 2007 yang pada intinya sebagai berikut:

1. Memberikan persetujuan atas pengangkatan dan pemindahan seorang hakim administrasi sebelum diusulkan kepada Raja;

2. Penunjukan tersebut harus dilakukan dalam jumlah tidak kurang dari sepertiga dari jumlah hakim dari Mahkamah Agung Administrasi dan harus disetujui oleh Komisi Pengadilan Administratif sebagaimana ditentukan oleh undang-undang dan oleh Senat sebelum diusulkan kepada Raja;

3. Memberikan persetujuan atas promosi, kenaikan gaji, hukuman administrasi hakim;

4. Bahkan Komisi Yudisial memiliki kewenangan memberikan persetujuan atas penunjukan Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung.

Queensland

Parlemen dapat menghapus hakim untuk alasan apapun yang dipilihnya. Ada juga kemungkinan bahwa Kepala Negara bisa menghapus, tanpa pemberitahuan, atas dasar bahwa perilaku itu sendiri mengakhiri tugas seorang hakim. Tapi dalam kondisi seperti itu, isu perilaku buruk dapat dibenarkan.

Indonesia

Mekanisme pengawasan eksternal yaitu:56

1. Menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim;

2. Meminta laporan secara berkala tentang kepada badan peradilan berkaitan dengan perilaku hakim;

3. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran hakim;

4. Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku hakim;

5. Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi dan disampaikan kepada Mahkamah Agung dan atau Mahkamah Konstitusi, serta tindasannya disampaikan kepada presiden dan DPR;

Laporan hasil pemeriksaan juga berisi tentang pemberian sanksi yang dapat berupa:

a. Teguran tertulis

(35)

b. Pemberhentian sementara c. Pemberhentian

Pada pemberian sanksi berupa pemberhentian sementara dan pemberhentian, hakim yang dijatuhi sanksi tersebut diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan di hadapan majelis kehormatan hakim. Hal ini diatur dalam UU No. 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum pasal 20 angka 2, UU No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara pasal 20 angka 2, yaitu dalam hal pembelaan diri ditolak, usul pemberhentian hakim diajukan oleh Mahkamah Agung kepada Presiden paling lambat 14 (empat belas) hari setelah pembelaan diri diltolak oleh Majelis Kehormatan Hakim. Dan Keputusan Presiden mengenai usul pemberhentian paling lambat 14 (empat belas) hari sejak Presiden menerima usul Mahkamah Agung.

C. Mekanisme Quasi Yudisial dalam Rangka Menegakkan Disiplin Profesi

Thailand

Mekanisme quasi yudisial dalam rangka mengakkan disiplin profesi di bagian ini sama dengan mekanisme quasi yudisial di pengawasan internal.

Queensland

Mekanisme quasi yudisial dalam rangka mengakkan disiplin profesi di bagian ini sama dengan mekanisme quasi yudisial di pengawasan internal.

Indonesia

Mekanisme quasi yudisial dalam rangka mengakkan disiplin profesi di bagian ini sama dengan mekanisme quasi yudisial di pengawasan internal.

3.1.C Hubungan Pengawasan Internal dan Eksternal

Thailand

(36)

hakim Peradilan Umum harus disetujui oleh Komisi Yudisial Lembaga Peradilan Umum sebelum diusulkan kepada Raja. Promosi, kenaikan gaji, dan hukuman administrasi hakim peradilan umum disetujui oleh Komisi Yudisial Lembaga Pengadilan Umum”. Khusus untuk Komisi Yudisial Pengadilan Administrasi diatur dalam Pasal 224 Konstitusi Kerajaan Thailand yang bunyinya adalah “Pengangkatan dan pemindahan hakim Peradilan Administarsi disetujui oleh Komisi Yudisial Peradilan Administrasi sebelum diusulkan kepada Raja ... promosi, kenaikan gaji, dan hukuman administrasi disetujui oleh Komisi Yudisial Peradilan Administrasi sebagai perbuatan Hukum.”

Queensland

CMC dan Parlemen Negara Bagian Queensland melakukan kordinasi dalam melakukan pengawasan terhadap hakim sebatas dalam hal CMC memberikan masukan ke Parlemen dalam membuat peraturan perundang-undangan terkait dengan pengawasan hakim.

Indonesia

Terjadinya praktik penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adalah tidak efektifnya pengawasan internal yang diterapkan di badan peradilan selama ini. Dengan kata lain, tingginya urgensi pembentukan Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal didasarkan pada lemahnya pengawasan internal tersebut. Menurut Mas Achmad Santosa, lemahnya pengawasan internal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:57

1. kualitas dan integritas pengawas yang tidak memadai; 2. proses pemeriksaan disiplin yang tidak transparan;

3. belum adanya kemudahan bagi masyarakat yang dirugikan untuk

menyampaikan pengaduan, memantau proses serta hasilnya (ketiadaan akses);

4. semangat membela sesama korps (esprit de corps) yang mengakibatkan penjatuhan hukuman tidak seimbang dengan perbuatan. Setiap upaya untuk memperbaiki suatu kondisi yang buruk pasti akan mendapat reaksi dari

(37)

pihak yang selama ini mendapatkan keuntungan dari kondisi yang buruk itu; dan

5. tidak terdapat kehendak yang kuat dari pimpinan lembaga penegak hukum untuk menindaklanjuti hasil pengawasan.

Hal-hal yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa tidak efektifnya fungsi pengawasan internal badan peradilan pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu adanya semangat membela sesama korps (esprit de corps) dan tidak adanya kehendak yang sungguh-sungguh dari pimpinan badan peradilan untuk menindaklanjuti hasil pengawasan internal terhadap hakim. Akibatnya, peluang bagi hakim yang terbukti melakukan pelanggaran hukum dan kode etik untuk mendapat "pengampunan" dari pimpinan badan peradilan yang bersangkutan akan semakin terbuka. Oleh karena itu, kehadiran suatu lembaga khusus yang menjalankan fungsi pengawasan eksternal terhadap hakim dirasakan sangat mendesak.

Adapun hubungan antara pengawasan Internal dan Eksternal seperti yang telah dijelaskan dalam bagian pengawasan Internal melakukan pemeriksaan terhadap para pejabat terkait (penanggung jawab kegiatan) baik dibidang keperkaraan maupun kesekretariatan dengan metode interview dan pemeriksaan dokumen. Sedangkan dalam pengawasanan Eksternal yang diperiksa adalah dugaan pelangarran yang dilakukan oleh hakim. Dalam menjalankan fungsinya, komisi Yudisial berkiblat pada pasal Pasal 40 ayat (1) Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu melakukan pengawasan eksternal untuk menegakkan kehormatan dan menjaga keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim. Hal ini semakin dipertegas dalam ayat (2) bahwa Komisi Yudisial harus tetap menjaga agar kode etik hakim tetap terpatri dalam diri para hakim. Jika terdapat pelanggaran kode etik, maka komisi yudisial harus memeriksanya terlebih dahulu lalu membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi kepada Mahkamah Agung dalam hal penjatuhan sanksi terhadap hakim yang telah melanggar kode etik.

(38)

Pengawasan Internal58

Pengawasan Internal adalah pengawasan dari dalam lingkungan peradilan sendiri yang mencakup 2 (dua) jenis pengawasan yaitu: Pengawasan Melekat dan Rutin/Reguler.

Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus, dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara preventif dan represif, agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Pengawasan Rutin/Reguler adalah pengawasan yang dilaksanakan Pengadilan Agama Bantul secara rutin terhadap penyelenggaraan peradilan sesuai dengan kewenangan masing-masing;

Pengawasan Keuangan adalah pemeriksaan terhadap penyelenggaraan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dana/bantuan pihak ketiga yang sedang berjalan (Current Audit), dan atau yang telah direalisasikan beserta neraca (Post Audit) yang meliputi Audit Ketaatan (terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku), Audit Keuangan (dengan menggunakan standar akuntansi yang berlaku), dan Audit Operasional (apakah pengelolaan APBN telah dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif);

Penanganan Pengaduan adalah rangkaian proses penanganan atas pengaduan yang ditujukan terhadap instansi, atau pelayanan publik, atau tingkah laku aparat peradilan dengan cara melakukan monitoring, dan atau observasi, dan atau konfirmasi, dan atau klarifikasi, dan atau investigasi (pemeriksaan) untuk mengungkapkan benar tidaknya hal yang diadukan tersebut;

Manajemen Pengadilan adalah rangkaian kebijakan untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian/ pengawasan dan penilaian serta evaluasi atas kegiatan yang dilakukan;

Administrasi Persidangan adalah seluruh kegiatan yang harus dilakukan untuk pelaksanaan persidangan, meliputi sistem pembagian perkara, penentuan majelis hakim, penentuan hari sidang, pemanggilan, pembuatan berita acara persidangan, dan tertib persidangan;

Administrasi Perkara adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh aparat pengadilan yang diberi tugas untuk mengelola penanganan perkara yang meliputi

Referensi

Dokumen terkait

Pada lokasi hutan mangrove di Desa Nira Nusa perlu adanya sebuah jalur pedestrian yang dimana memudahkan para wisatawan dapat menikmati keindahan alam hutan

Dari penelusuran yang peneliti lakukan dan berdasarkan data yang telah didapat dari pihak atau pengurus Baitul Maal Amanah PAMA di Kabupaten Tabalong, dijelaskan

Formulasi masalah merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Masalah dalam PTK mempunyai karakteristik spesifik bahwa peneliti

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan nikmat kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH

Linkage wilayah Arahan yang tepat untuk pengembangan pada tipologi ini adalah sebagai tempat industri pengolahan jagung dan kacang tanah dalam bentuk industri skala besar,

CABANG BALAI ICEBlLTN RAYA PLWODADI. PASUBLTAN - JAWA

Analisis Ragam menunjukkan beberapa komponen hasil jagung berupa jumlah biji/baris, jumlah baris/tongkol, bobot 100 butir biji dan hasil pipilan kering jagung

Dari hasil analisis data, model pertumbuhan diameter pohon yang didapat baik dengan menggunakan model yang digunakan Alder (1980) maupun dengan menggunakan perangkat lunak