• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSKRIP WAWANCARA PROFESI HAKIM

Dalam dokumen TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA (Halaman 90-101)

Hakim Tipikor Medan Dipecat Tanpa Hormat

TRANSKRIP WAWANCARA PROFESI HAKIM

1. Nama : Andri Falahandika Ansyahrul, S.H., M.H. NIP : 19770103 200502 1 001

Jabatan : Hakim Pratama Utama pada Pengadilan Negeri Cibinong

Q : Menurut bapak, bagaimanakah profesi hakim secara umum?

A : Dalam jabatan profesi hakim terdapat 2 dimensi, yaitu dimensi humaniora dan dimensi ketuhanan. Profesi hakim tidak sama seperti profesi lain, terdapat kekhususan di dalamnya terutama dalam hubungan ketuhanan. Dalam setiap putusan yang diucapkan oleh seorang hakim, diawali dengan irah-irah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Para ahli hukum berpendapat bahwa irah-irah tersebut hanya sebagai “aksesoris” saja, namun menurut hakim Andri, irah-irah bukan hanya “aksesoris” saja tapi sesungguhnya adalah sumpah setiap hakim bahwa putusan yang ia jatuhkan adalah putusan yang adil berdasarkan ketuhanan YME.

Q : Apakah untuk menjadi hakim terdapat pendidikan dan pelatihan?

A : Sebelum mengemban profesi hakim terdapat pendidikan dan pelatihan. Prosedur yang ada sekarang ini adalah penerimaan calon hakim. Jika sudah diterima menjadi calon hakim, nantinya calon hakim tersebut harus mengikuti pendidijan dan pelatihan sebagai calon hakim yang jangka waktunya perangkatan bervariasi, kurang lebih bisa mencapai 2 tahun. Calon hakim yang dinyatakan lulus dari diklat calon hakim sudah bisa membawa gelar s2. Lalu, terdapat ujian yang nanti akan menentukan apakah ia lulus sebagai hakim atau tidak.

Q : Apakah terdapat pelatihan dan pendidikan untuk kenaikan golongan serta untuk mencapai jabatan struktural tertentu?

A : Di Mahkamah Agung (MA) terdapat Badan Penelitian Litbang Diklat yang bertugas meneliti track record masing-masing hakim. Untuk menunjuk seorang hakim menduduki jabatan struktural tertentu, nantinya hakim-hakim yang layak diusulkan jadi pimpinan berdasarkan penilaian MA dipanggil dan ada pelatihan khusus lagi untuk waktu tertentu.

Q : Bagaimana tanggung jawab seorang hakim terhadap profesinya?

A : Tanggung jawab hakim berbeda dengan profesi hukum lainnya, karena profesi hakim akan melekat pada diri hakim selama 24 jam. Jadi seyogyanya seorang hakim membawa jubah hakim kemanapun ia berada. Tanggung jawab hakim terdiri dari tanggung jawab kepada negara, masyarakat dan ketuhanan persatukali putusan diucapkan.

Q : Bagaimana tanggung jawab seorang hakim terhadap para pihak?

A : Hakim dituntut bertanggung jawab untuk melaksanakan hukum yang berlaku pada saat itu. Hal tersebut bertujuan untuk menghadirkan keadilan bagi para pihak, bukan hanya mengenai kalah/menang saja. Hakim juga harus menyelesaikan masalah yang terjadi di antara para pihak. Dalam beberapa kasus, hakim memutus berdasarkan hukum, namun terkadang putusan tersebut jutru menimbulkan masalah lagi bagi para pihak. Maka hakim harus memiliki proyeksi ke depan apakah putusan menimbulkan konflik lagi atau tidak.

Q : Bagaimana tanggung jawab seorang hakim terhadap masyarakat?

A : Hakim paling tidak ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa setiap putusan yang ia jatuhkan memiliki nilai pembelajaran, peringatan, dan menyuarakan dalam ruang sidang bahwa masyararakat jangan sampai berbuat seperti ini karena akan ada sanksi hukumnya.

Q : Bagaimana sistem pengawasan terhadap hakim?

A : Untuk mengawasi kode etik hakim secara internal, terdapat unit Badan Pengawasan MA (Bawas). Hal ini berdaarkan Undang-Undang Mahkamah Agung dimana MA berwenang untuk mengawasi secara internal dalam finansial, organisasi, dan hakim. Secara umum, pengawasan terhadap hakim dilakukan melalui 2 sistem, yaitu: 1) Pengawaasan reguler, dimana Bawas turun secara acak ke pengadilan di seluruh Indonesia untuk meneliti proses administrasi pengadilan; dan 2) Pengawasan berdasarkan kasus, dimana Bawas menerima laporan dari masyarakat terhadap perilaku seorang hakim, lalu Bawas menurunkan tim guna mengecek dan memberi rekomendasi sanksi.

Q : Apakah ada form yang diisi untuk pengawasan terhadap hakim?

A : Ada kalanya terdapat form yang diisi untuk pengawasan terhadap hakim, namun terkadang personil dari Bawas akan langsung mengecek ke buku register apakah sudah sesuai aturan atau belum. Tapi pada saat pengawasan berdasarkan kasus, ada namanya Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari tim Bawas setelah melakukan interview kepada pelapor, terlapor, maupun saksi jika dibutuhkan. Setelah membuat BAP, akan keluar rekomendasi atas sanksi kepada hakim.

Q : Apakah terdapat mekanisme kuasi yudisial dalam pengawasan hakim? A : Terdapat Mahkamah Kehormatan Hakim (MKH) yang terdiri dari seluruh komsisioner Komisi Yudisial (KY) dan beberapa pimpinan MA. MKH dibentuk sebagai forum pembelaan diri bagi hakim ketika hakim direkomendasikan untuk dipecat karena melakukan pelanggaran berat. Pengawasan hakim biasanya dilakukan secara internal melalui Bawas dan secara eksternal melalui KY. KY mengawasi lebih kepada pengawasan berdasarkan laporan, ia tak bisa masuk secara reguler karena ruang lingkupnya hanya sebatas pada penegakan etika peradilan. Nantinya, KY bersinergi bersama MA ketika diadakan MKH. Namun, wewenang KY hanya sebatas merekomendasikan hakim untuk dipecat ataupun sanksi dispilin yang nantinya diputuskan oleh MA. MKH merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada publik.

Q : Hubungan antara badan pengawasan internal-ekstternak

A : Hubungan antara pengawasan internal dan eksternal dapat dilihat saat dilaksanakannya MKH. Antara pegawas internal dan eksternal juga dapat saling tukar menukar informasi karena itulah yang dituntut oleh UU.

Q : Hubungan antara pengawasan hakim thp profesi lain

A : Hakim bisa mengawasi secara langsung personil yang ada di pengasilan, misalnya panitera. Namun dalam hal ini mengawasi bukan secara tugas atau struktural, tapi paling tidak hakim dapat meminimalisir penyimangan contohnya jika terjadi calo perkara atau panitera pengganti yang melanggar. Hakim tidak bisa secara represif melakukan pengawasan terhadap profesi lain karena berbeda “atap”.

2. Nama : Eko Julianto, S.H., M.M., M.H. NIP : 19780725 200112 1 001

Jabatan : Hakim Pratama Utama pada Pengadilan Negeri Cibinong

Q : Bagaimana menurut bapak profesi hakim secara umum?

A : Profesi hakim merupakan profesi yang sangat mulia karena di satu sisi seorang hakim dianggap sebagai wakil Tuhan, selain itu hakim adalah tempat di mana pihak-pihak yg terlibat permasalahan meminta untuk diselesaikan sesuai koridor hukum yang berlaku guna mendapatkan keadilan. Hakim dianggap tahu hukum, dalam menjalankan kewenangannya terdapat hakim yang bertugas untuk memberikan solusi atau keadilan melalui suatu putusan ataupun penetapan.

Q : Apakah didalam profesi hakim terdapat pendidikan atau pelatihan untuk dapat menjadi seorang hakim?

A : Sebelum menjadi seorang hakim, seseorang harus melamar terlebih dahulu dan dinyatakan diterima sebagai calon hakim. Kemudian setelah dinyatakan lulus, maka calon hakim tersebut akan ditempatkan di Pengdilan Negeri di wilayah Indonesia. Secara periodik terdapat pelatihan untuk calon hakim yang diselenggarakan di Pusdiklat. Dua tahun yang lalu, para calon hakim yang telah diterima, harus mengikuti pendidikan dan pelatihan di Pusdiklat Mahkamah Agung, Megamendung. Sekarang setahu saya sistemnya periodik, jadi setelah 1 – 2 bulan menjalani pendidikan dan pelatihan di Megamendung, kemudian mereka harus kembali ke Pengadilan Negeri untuk menerapkan apa yang telah mereka dapat selama di Pusdiklat, lalu mereka harus kembali ke Pusdiklat lagi untuk menjalani pelatihan dan pendidikan lebih lanjut. Setelah menjadi seorang hakim, haruslah mengikuti pendidikan lagi yang dilaksanakan secara continue, ada pendidikan untuk hakim 0-5th dan ada pula pendidikan untuk hakim 5-10th yang merupakan pendidikan dasar secara khusus.

Q : Apakah untuk kenaikan golongan perlu adanya pelatihan khusus?

A : Untuk kenaikan pangkat tidak memerlukan pelatihan khusus, tetapi untuk kenaikan pangkat tertentu yang sifatnya sertifikasi perlu adanya pelatihan khusus, contohnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terdapat pula Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Niaga dan juga HAM, dan tidak semua hakim memiliki sertifikasi atau keahlian

di bidang-bidang tersebut namun untuk seorang pimpinan pengadilan di Jakarta Pusat tersebut harus sudah mempunyai sertifikasi, untuk di Pengadilan Negeri Cibinong ini tidak perlu adanya persyaratan khusus, untuk pola pengangkatan hakim secara resmi saya kurang tahu namun pada intinya terdapat pendidikan khusus namun untuk menduduki jabatan tidak perlu adanya pelatihan khusus.

Q : Bagaimana tanggung jawab seorang hakim terhadap profesinya?

A : Intinya seorang hakim harus memutus sesuai dengan ketentuan hukum yg berlaku sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan lainnya, hakim juga bertanggung jawab kepada Tuhan yang mana hal tersebut sesuai dengan irah-irah dalam putusannya yakni “Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, jadi putusan tersebut harus dapat di pertanggung jawab baik kepada Tuhan maupun kepada pihak pencari keadilan bahwa putusan tersebut bukanlah putusan yang mengarang yang ada tendensi khusus tetapi memang putusan untuk menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan hukum, untuk tanggung jawab seorang hakim kepada masyarakat bahwa putusan yang dikeluarkan oleh hakim diharapkan dapat menjadi control social, untuk para pihak yang berperkara bagaimana putusan seorang hakim dapat memberikan rasa puas bagi korban, namun disatu sisi dianggap tidak adil oleh terdakwa. Memang putusan hakim sulit untuk dapat mengakomodir seluruh pihak, begitu pula pada kasus perdata, karena hakim memutus berdasarkan keadilan bukan sebagai alat pemuas. Putusan hakim harus masuk akal, tidak mengarang, namun sesuai dengan kaidah hukum yg berlaku

Q : Bagaimana tanggung jawab seorang hakim terhadap masyarakat?

A : Tanggung jawab secara khusus tidak ada, putusan hakim adalah social justice, hakim tidak dapat memprediksi apa efek yang timbul kepada masyarakat, misalnya pada kasus pembunuhan ketika seorang hakim memutus berdasarkan perundingan para hakim yang memeriksa dan mengadili perkara, perasaan seorang hakim juga ikut bermain dalam memutuskan suatu perkara kemudian ketua majelis yang akan mengakomodir para hakim anggota, yang terpenting hakim harus memutus sesuai dengan kaidah yang berlaku dan diharapkan putusan hakim dapat memberikan edukasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar tidak melakukan kesalahan seperti yang terdakwa lakukan.

Q : Bagaimana pengawasan internal di dalam profesi hakim?

A : Yang melakukan pengawasan terhadap hakim secara internal biasanya adalah hakim pengawas, khususnya mengawasi perilaku hakim karena untuk ranah putusan, seorang hakim bersifat independen. Pimpinan hakim sekalipun tidak boleh mengarahkan, jadi yang diawasi adalah perilaku atau kode etik dari hakim, yang mana hal tersebut dilakukan dibawah pengawasan wakil dan ketua pengadilan.

Q : Apa dasar kewenangan dari pengawasan tersebut?

A : Itu merupakan aturan internal dari Mahkamah Agung, bahwa terdapat hakim pengawas, pengawas bidang berdasarkan peraturan internal Mahkamah Agung, kita ditunjuk untuk mengawasi bidang, pelaksanaan tugas diawasi pimpinan dan wakil pimpinan.

Q : Apakah terdapat mekanisme kuasi yudisial di dalam profesi hakim? A : Tidak ada mekanisme tertentu, namun apabila seorang hakim diduga melanggar kode etik maka harus ada laporan terlebih dahulu, karena di dalam kode etik hakim bahwa hakim tidak boleh berhubungan dengan pihak berperkara. Apabila ketua pengadilan mengetahui hal tersebut, maka ia dapat menegur hakim yang bersangkutan. Namun tidak ada mekanisme secara khusus, jadi hanya terdapat laporan ke badan pengawasan atau Komisi Yudisial ataupun Pengadilan Tinggi yang kemudian akan di panggil oleh Pengadilan Negeri dan diawasi oleh Pengadilan Tinggi pada tingkat pertama lalu baru diproses.

Q : Apakah terdapat pengawasan eksternal di dalam profesi hakim?

A : Untuk pengawasan eksternal di dalam profesi hakim dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam melakukan pengawasan dan menjaga martabat keluhuran hakim. Untuk pengawasan eksternal di Pengadilan Negeri Cibinong ini sendiri saya kurang paham, karena Mahkamah Agung dan Komisi Yudisal walaupun saling mengawasi namun jarang melakukan pengawasan secara langsung, mereka membentuk pengawas tingkat kabupaten untuk melakukan tugas pengawasan.

Q : Apakah yang menjadi dasar bahwa Komisi Yudisial yang berhak untuk melakukan pengawasan secara eksternal?

A : Menurut pendapat saya, di beberapa Negara terdapat lembaga seperti Komisi Yudisial. Pengawasan di Mahkamah Agung dianggap kurang maksimal terhadap oknum-oknum nakal, apabila di MA terdapat badan pengawasan, di Komisi Yudisial mengadopsi pola-pola dari beberapa Negara yang adanya pengawasan di setiap lembaga. Hanya MA yang murni eksternal jadi apabila lembaga pengawasan eksternal tersebut sifatnya bebas maka dimungkinkan untuk adanya koordinasi dengan pihak lain yang membuat pengawasannya menjadi tidak maksimal.

Q : Apakah terdapat hubungan antara pengawasan internal dan eksternal? A : Setahu saya terdapat MOU antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung terkait tugas pemeriksaan, namun saya juga kurang begitu paham akan hal tersebut.

Q : Apakah terdapat hubungan antara pengawasan yang dilakukan oleh hakim dengan profesi hukum lain?

A : Tidak ada, karena setiap institusi sudah mempunyai pola pengawasan dan kode etik masing-masing sehingga pengawasan mengenai perilaku mereka dan lain-lain telah diawasi secara internal maupun eksternal dari mereka sendiri. Contohnya, hakim tidak boleh berhubungan dengan pihak yang berperkara namun jaksa harus berhubungan guna mencari bukti-bukti dan lain sebagainya, tidak mungkin hakim menyuruh jaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak-pihak tersebut dan lain sebagainya.

3. Nama : Bambang Setyawan, S.H., M.H. NIP : 19770621 200012 1 001

Jabatan : Hakim Pratama Utama pada Pengadilan Negeri Cibinong

Perkenalan

Nama saya Bambang Setiawan. Saya dulu calon hakim di Pengadilan Negeri Garut, Jawa Barat. Penempatan pertama saya di Kalimantan Timur, lalu saya ke kalimantan utara, setelah itu saya mutasi ke Sumatera Selatan, kemudian ke Bengkulu, kemudian saya dimutasi ke Madura, lalu saya mutasi lagi ke pengadilan Cibinong, Jawa Barat. Jadi seperti itu ya perjalanan karier saya. Saya juga lagi sekolah S3 di UNAIR Surabaya.

Q : Menurut pandangan Bapak, bagaimana pandangan umum mengenai profesi hakim?

A : Kalau profesi hakim secara umum, masyarakat sebenarnya sangat apresiasi dengan profesi hakim, karna dalam quran pun profesi yang disebut cuma hakim. Namun orang bisa juga jadi skeptis, karena orang mencari keadlian seperti apapun, ujungnya hakim juga manusia. Maka dari quran disebutkan, satu kaki hakim tuh sudah di neraka, kalo dia bisa adil dia bisa keluar dari neraka, tapi kalo engga ya engga. Salah pun ada nilainya 1, kalau bener 2. Masyarakat juga harusnya melihat hakim seperti apa. Terlalu banyak harapan besar, bisa adil, memuaskan masyarakat. Tapi harus disadari juga oleh semua.

Q : Apakah dalam profesi hakim terdapat pendidikan dan pelatihan?

A : Ada. Diklat hakim namanya. Macam-macam profesinya, selain sebagai PNS, pelajar, kita juga harus diklat hakim. Misalkan ada periodenya, kalau saya 6 bulan. Setelah jadi hakim pun sebenarnya masih diklat, orang hidup banyak belajar terus. Untuk hakim juga harus ada sertifikasi yang dipenuhi.

Hakim tidak harus pintar, yang penting dia tau hukum acara, karena dia menerapkan hukum acara. Yang harus dipunyai hakim, keahlian yaitu tidak semua hukum acara dapat dilakukan dengan acara yang sama.

Misalkan untuk hakim mediator, harus punya sertifikasi mediator. Kalo hakim anak, ada sertifikat hakim anak, hakim tipikor juga harus memiliki sertifikasi tipikor. Hakim

lingkungan juga sama. Sekarang profesi hakim seperti itu. Jadi diklat hak , memang harus diikuti dan dilalui. Semua hakim sama semua mengikuti diklat.

Q : Apakah untuk peningkatan golongan diperlukan sertifikasi hakim tersebut, pak?

A : Iya diperlukan, untuk peningkatan jabatan/golongan dan mendapatkan posisi ketua pengadilan. Namanya fit and proper test. Mahkamah agung juga mengatakan bahw auntuk semua calon ketua pengadilan berlaku fit and proper test. Ini dilakukan secara umum, maksudnya semua yang mau menduduki posisi itu harus melalui proses tersebut.

Q : Bagaimana tanggung jawab seorang hakim terhadap profesinya?

A : Tanggung jawabnya dunia akhirat. Karena duduknya paling atas dalam persidangan, tanggung jawabnya juga lebih dari yang lain, hukum boleh tidak adil, hukum boleh rusak, tapi apabila penegak hukumnya baik, insyaallah hukum tersebut jadi bisa baik.

Q : Bagaimana tanggung jawab seorang hakim terhadap pihak yang berperkara?

A : Sama dengan tanggung jawab hakim terhadap profesinya. Keadilan untuk manusia. Memberikan putusan yang adil. Kita hanya memutus benar dan salah. Yang salah selama ini, paradigma nya menang dan kalah. Maka ini yang harus dirubah. Orientasinya harus benar atau salah. Maka tanggung jawab para pihak harus dikesampingkan, tanggung jawabnya ke yang diatas. Makanya ada irah-irah demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Jadi tidak hanya ke para pihak saja tanggung jawabnya, tapi kepada yang diatas yang menciptakan para pihak tersebut.

Q : Apakah tanggung jawab seorang hakim terhadap masyarakat juga sama pak dengan kedua tanggung jawab sebelumnya?

A : Iya, sama juga tanggung jawab nya bukan hanya ke para pihak tapi juga ke yang diatas..

A : Pengawasannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. Banyak yang bisa dilakukan. Kalau bisa dilihat di front office ada namanya pengaduan-pengaduan, bisa ditemukan hakim yang dilaporkan ke mahkamah agung. Dibentuk badan pengawas atau bawas mahkamah agung, ditujukan untuk pengawasan internal dari mahkamah agung. Pengawasan mahkamah agung gabisa menjangkau pengadilan yang jauh, jadi untuk pengadilan yang jauh diterapkan majelis disiplin pengawas di daerah-daerah.

Q : Apakah dasar pembentukan pengawasan internal?

A : Blue print mahkamah agung, pengawasan internal untuk menjaring mana yang sebenarnya calon pimpinan mahkamah agung ke depan. Surat edaran mahkamah agung menjadi salah satu dasarnya. Apabila dilihat dari pasal 17, 18 tata urutan perundangan, Mahkamah Agung bisa mengeluarkan peraturan dan juga bisa mengawasi sendiri bagaimana kinerjanya.

Q : Bagaimana mekanisme pengawasan internal?

A : Tata caranya yaitu ada laporan dari luar terhadap orang yang disangka/melanggar dari suatu ketentuan, kemudian mahkamah agung membuat tim untuk memeriksa yang bersangkutan, berdasarkan pengaduan & laporan atau Mahkamah agung tau sendiri terjadi kelakuan yang menyimpang, maka dibentuk tim. Bentuknya: klarifikasi, rekomendasi: bisa dinyatakan terbukti, bisa dijatuhkan hukuman tidak bisa bersidang. Ada juga teguran lisan, tertulis, penundaan tidak naik pangkat, tidak naik tunjangan. Ini bukan hanya berlaku ke hakim tetapi ke pegawai di mahkamah agung juga bisa berlaku.

Q : Apakah dalam pengawasan internal dibentuk majelis quasi yudisial? A : Dibuat sebuah dewan kehormatan, tapi pada saat pengaduan sifatnya masih penyelidikan dan penyidikan, dan masih hanya terjadi indikasi pelanggaran oleh hakim. Jadi harus dilihat dulu apakah terbukti atau tidak laporan/pengaduan tersebut. Kemudian, apabila memang terbukti laporan yang diajukan ke komisi yudisial, baru dibawa ke mahkamah kehormatan dewan.

A : Bentuknya banyak, dari luar lembaga mahkamah agung dilaksanakannya, yaitu dari komisi yudisial. Selain KY ada juga yang mengawasi hakim, misal ombudsman, ada non-parlemen seperti LSM. Masyarakat juga bisa, karena masyarakat kita sudah mengerti hukum. Jadi apabila masyarakat membaca dari koran juga termasuk pengawasan eksternal.

Q : Bagaimana mekanisme pengawasan eksternal?

A : Kalau ada orang yang diduga melakukan perbuatan menyimpang, bisa mengadukan ke MA atau KY. Kalo MA, perbuatan menyimpang yang dilakukan oleh pegawai. Kalo KY kode etik dan perilaku hakim. Kalau masyarakat menemukan itu, langsung disampaikan ke MA atau KY.

Nanti dibentuk mahkamah kehormatan hakim yang terdiri dari 2 instansi yaitu MA dan KY. Siapapun yang memeriksa baik dari MA maupun KY akan dibuat tim, kadang berisi 5/7 sifatnya panel. Jadi 5/7 orang ini sebagian dari KY (ketua2), dan hakim2 agung, untuk menyidangkan pelanggaran di dalam kehakiman tersebut. Kemudian yang mendapat laporan akan dipanggil untuk disidangkan disana. Yang diduga bersalah tersebut jadi terdakwa, boleh juga didampingi penasihat hukum, tapi biasanya penasihat hukumnya orang MA juga sendiri hanya untuk melihat apakah proses nya sudah dijalankan sesuai dengan aturan.

Biasanya sidang MKH itu sidang untuk klasifikasi pengaduan yang sudah berat, misalnya perselingkuhan atau terima uang untuk perkara.

Q : Bagaimana MA dan KY bisa bersinergi?

A : Jadi pada dasarnya dari hakim ada 2 hal yang bisa diawasi yaitu kode etik dan putusannya. Kalau putusannya menyimpang dari hukum, maka mekanisme yang digunakan adalah upaya hukum, yaitu banding/kasasi/pk. Berkaitan dengan etika dan perilaku hakim, ranahnya komisi yudisial, misalnya hakim judi, narkoba, nah ini bisa disidangkan juga. Sinerginya di antara MA dan KY akan membuat tim untuk memeriksa yang bersangkutan ini. Apakah ada pelanggaran kode etik antara yang dilakukan hakim tersebut.

Q : Bagaimana hubungan antara hakim sebagai profesi hukum dengan hakim mengawasi profesi hukum lain?

A : Hakim institusinya sendiri. Dia tidak mengawasi yang lain. Dia memutuskan saja bagaimana putusan bisa dilaksanakan. Untuk penuntut umum dan penasihat hukum, tugas hakim hanya sebatas di persidangan, karna hakim yang mengatur bagaimana hukum acara dilaksanakan di persindangan. Karena terdapat asas audi alteram partem, yaitu hakim harus mendengarkan kedua belah pihak dalam persidangan. Namun, apabila telah diluar persidangan, hakim tidak lagi memiliki tanggung jawab untuk mengawasi penuntut umum dan penasihat hukum misalnya untuk membuat surat dakwaan atau pledoi. Nanti apabila ada kesalahan dalam membuat surat dakwaan misalnya, hakim dalam persidangan baru akan memberitahu bahwa surat dakwaan tidak jelas, maka terdakwa bisa bebas. Seperti itu. Jadi pengawasan hakim pada instansi lain tidak ada, tapi kalau para pihak pada saat persidangan baru tanggung jawab hakim.

Dalam dokumen TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA (Halaman 90-101)

Dokumen terkait