• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Hakim Kemas

Dalam dokumen TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA (Halaman 46-50)

PELAPORAN, REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

A. Kasus Hakim Kemas

Majelis Kehormatan Hakim (MKH) memberhentikan Hakim Ad Hoc Tipikor Medan, Kemas Ahmad Jauhari secara tidak hormat alias dipecat lantaran mencoba menyuap hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Medan sebesar Rp500 juta. Kemas dianggap terbukti melanggar SKB Ketua MA dan Ketua KY Tahun 2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) dan Peraturan Bersama MA dan KY tentang KEPPH.

"Menjatuhkan sanksi berat kepada hakim terlapor berupa pemberhentian dengan tidak hormat. Memerintahkan Ketua MA menerbitkan surat pemberhentian sementara hakim terlapor sampai presiden menerbitkan keputusan pemberhentian tetap," ujar Ketua MKH Abbas Said saat membacakan putusan di Gedung MA, Selasa (10/2).

Kemas direkomendasikan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat oleh Komisi Yudisial (KY) lantaran diduga menerima suap terkait vonis kasus korupsi yang melibatkan Kepala Dinas PU Deli Serdang, Ir Faisal di Pengadilan Tipikor Medan.

Kasus ini bermula ketika Pengadilan Tipikor Medan mengadili perkara Faisal dalam kasus korupsi di tahun 2012. Faisal pun divonis oleh majelis hakim dengan 1,5 tahun penjara pada Agustus 2013. Vonis ini diwarnai pendapat berbeda (dissenting opinion) dua anggota majelis hakim, Kemas Jauhari dan Sugiyanto. Keduanya menilai tindakan Faisal tidak melawan hukum.

Lalu, kasus ini berlanjut ke tingkat banding di Pengadilan Tinggi Medan (PT Medan), Kemas mencoba melobi-lobi majelis hakim tinggi dengan iming-iming uang suap Rp500 juta. Akan tetapi, para hakim tinggi yang akan menyidangkan kasus tidak menggubris tawaran Kemas. Alih-alih diringankan, pada Desember 2013 Majelis PT Medan justru memperberat vonis Faisal dari 1,5 tahun menjadi 12 tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider 6 bulan kurungan, disertai kewajiban membayar uang pengganti sebesar Rp 98 miliar subsider 5 tahun penjara.

Dalam materi pembelaannya, yang dibacakan di hadapan MKH, Kemas mengaku upaya lobi dan suap yang dilakukannya untuk menjebak hakim tinggi. Akan tetapi, pembelaan Kemas dalam sidang MKH tidak dapat diterima. Pasalnya, hakim tinggi Mangasa Manurung, salah satu majelis PT yang mengadili kasus Faisal membenarkan upaya lobi dan suap yang dilakukan Kemas.

Atas dasar itu, Majelis dalam pertimbangannya menyimpulkan hakim Kemas terbukti berupaya mempengaruhi hakim tinggi Medan agar putusannya sama dengan vonis Pengadilan Tipikor Medan. Karenanya, hakim terlapor pantas dikenakan sanksi berat karena terbukti melangggar SKB Ketua MA dan Ketua KY Tahun 2009 dan Perba tentang KEPPH, khususnya poin kejujuran, berperilaku mandiri, dan mempengaruhi aparat pengadilan. 61

“Terlapor Kemas Ahmad Jauhari terbukti telah melanggar SKB angka 1.1.(9), angka 2.1.(1), dan angka 4.1.(1) jo Perba Pasal 5 ayat (3) huruf d, Pasal 6 ayat (2) huruf b, dan Pasal 8 ayat (2) huruf a,” lanjut Abbas.62

Analisis Hakim Kemas

Dalam kasus Hakim Kemas hal ini merupakan salah satu pelanggaran kode etik Hakim. Hal ini sejalan dengan tanggung jawab Hakim itu sendiri, yang menurut Hakim Andri Falahandika ( Hakim Pengadilan Cibinong ) mengatakan bahwa tanggung jawab hakim terhadap profesinya melekat pada diri Hakim selama 24 jam, sehingga kemanapun Hakim tersebut itu pergi jubah yang dikenakannya seolah melekat. Pada kasus hakim kemas terlihat jelas bahwa yang dilakukannya adalah menunjukan bahwa ia telah melanggar salah satu sifat Hakim yang terdapat dalam pasal 3 kode etik Hakim yaitu Sari ( berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela).

61 ASH, “Terlibat Suap, Hakim Ad Hoc Tipikor Medan Dipecat,“http://

www.hukumonline.com/berita/baca/lt54da2dbcc1798/terlibat-suap--hakim-ad-hoc-tipikor-medan-dipecat diunduh pada 23 Maret 2016

62 http://nasional.sindonews.com/read/962934/149/hakim-tipikor-medan-dipecat-tanpa-hormat-1423633565 diunduh pada 23 Maret 2016

Karena pada fakta kasus ini bahwa Hakim Kemas mencoba menyuap hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Medan sebesar Rp500 juta, merupakan salah satu perbuatan tercela. Tindakan menyuap adalah suatu tindakan yang diarang di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2001 atas perubahan Undang-Undang 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Adapun pasal-pasal lain yang terbukti telah dilanggar oleh Kemas Jauhari adalah Surat Keputusan Bersama angka 1.1.(9)63 Hakim dilarang menyuruh / mengizinkan pegawai pengadilan atau pihak- pihak lain untuk mempengaruhi, mengarahkan, atau mengontrol jalannya sidang, sehingga menimbulkan perbedaan perlakuan terhadap para pihak yang terkait dengan perkara. Selanjutnya angka 2.1.(1)64 Hakim harus berperilaku jujur (fair) dan menghindari perbuatan yang tercela atau yang dapat menimbulkan kesan tercela, dan angka 4.1.(1)65 Hakim harus menjalankan fungsi peradilan secara mandiri dan bebas dari pengaruh, tekanan, ancaman atau bujukan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun. Juncto Peraturan bersama Pasal 5 ayat (3) huruf d66 larangan bagi hakim dalam penerapan berperilaku adil adalah Hakim dilarang menyuruh/mengizinkan pegawai pengadilan atau pihak-pihak lain untuk mempengaruhi, mengarahkan, atau mengontrol jalannya sidang, sehingga menimbulkan perbedaan perlakuan terhadap para pihak yang terkait dengan perkara. Selanjutnya, Pasal 6 ayat (2) huruf b67 kewajiban hakim dalam berperilaku jujur adalah hakim harus berperilaku jujur (fair) dan menghindari perbuatan yang dapat menimbulkan kesan tercela dan Pasal 8 ayat (2) huruf a68 kewajiban hakim dalam penerapan berperilaku mandiri adalah hakim harus menjalankan fungsi

63 Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, Surat Keputusan Bersama Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, 047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009, pasal 1.1 (9)

64 Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, Surat Keputusan Bersama Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, 047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009, pasal 2.1(1)

65 Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, Surat Keputusan Bersama Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, 047/KMA/SKB/IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009, pasal 4.1(1)

66 Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, Peraturan Bersama Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012, pasal 5 ayat (3) huruf d

67 Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, Peraturan Bersama Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012, pasal 6 ayat (2) huruf b

68 Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, Peraturan Bersama Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, 02/PB/MA/IX/2012 dan 02/PB/P.KY/09/2012, pasal 8 ayat (2) huruf a

peradilan secraa mandiri dan bebas dari pengaruh , tekanan, ancaman dan bujukan baik bersifat langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun.

Terkait dengan fakta yang ada dalam kasus ini jelas perbuatan yang dilakukan oleh Kemas mencoba melobi-lobi majelis hakim tinggi dengan iming-iming uang suap Rp500 juta. Yang dimaksudkan agar putusan pengadilan tinggi sama dengan vonis Pengadilan Tipikor Medan. Namun PT Medan justru memperberat vonis Faisal dari 1,5 tahun menjadi 12 tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider 6 bulan kurungan, disertai kewajiban membayar uang pengganti sebesar Rp 98 miliar subsider 5 tahun penjara. Menunjukan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Kemas telah memenuhi unsur-unsur pasal yang dipersalahkan atas perbuatannya tersebut, yangmana Hakim Kemas memiliki tujuan untuk mempengaruhi isi putusan hakim tinggi yang hal ini telah memenuhi unsur mengenai larangan mempengaruhi, mengarahkan isi perkara untuk itu unsur ini terpenuhi, selain itu dengan melakukan percobaan penyuapan telah memenuhi unsur bahwa terdapat larangan seorang hakim melakukan perbuatan tercela, dan dengan terbuktinya fakta yang terungkap sehingga Kemas juga melanggar bahwa ia telah melakukan suatu bujukan yangmana hal ini tidak boleh dilakukan karena peradilan harus bersifat mandiri.

Sehingga dengan dilanggarnya ketentuan mengenai Kode etik perilaku Hakim tersebut, menurut Hakim Bambang ( Hakim Pengadilan Negeri Cibinong ) mengatakan bahwa mengenai pengawasan Hakim terdapat dua mekanisme yang pertama pengawasan internal yang dilakukan oleh Badan Pengawas (Bawas) Mahkamah Agung namun, apabila Bawas tidak dapat menjangkau daerah tersebut laporan akan diterima melalui Pengadilan Tinggi, yang kedua adalah pengawasan Eksternal yang berasal dari Komisi Yudisial. Mekanisme yang dilakukan oleh Komisi Yudisial terhadap terlapor adalah memberikan rekomendasi mengenai Hakim yang bersangkutan. Dalam kasus ini Kemas direkomendasikan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat oleh Komisi Yudisial (KY) lantaran diduga menerima suap mengenai kasus korupsi Faisal. Dengan demikian, Majelis Kehormatan Hakim menjatuhkan sanksi berat kepada hakim terlapor berupa pemberhentian dengan tidak hormat.

Selain itu, sebelum dijatuhkan sanksi menurut Hakim Eko Julianto ( Hakim Pengadilan Negeri Cibinong) terdapat mekanisme Yudisial yaitu, bahwa terlapor akan diperiksa terlebih dahulu. Yang selanjutnya Hakim Bambang mengatakan apabila telah diperiksa maka akan dibentuk Majelis Kehormatan Hakim disana

terlapor dapat melakukan pembelaan terhadap apa yang dipersalahkan terhadapnya. Dalam kasus ini Kemas mencoba melobi-lobi majelis hakim tinggi dengan iming-iming uang suap Rp500 juta yang dalam pembelaannnya menyatakan bahwa hal ini ia lakukan untuk menjebak hakim tinggi. Menurut analisis kami, sebenarnya perilaku yang telah dilakukan Kemas ini juga telah melanggar pasal 4.B(4) Kode Etik Hakim bahwa setiap Hakim Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku yang harus dipedomaninya terhadap sesame rekan harus menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar kedinasan. Sehingga dalam kasus ini Kemas dengan pembelaannya yang menyatakan bahwa ia ingin menjebak hakim tinggi telah melanggar pasal ini.

Terkait dengan sanksi yang dijatuhkan terhadap Hakim Kemas adalah Sanksi berat yang diatur dalam pasal 21 (c)69 Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial mengenai panduan penegakan kode etik dan pedoman perilaku hakim , tingkat dan jenis sanksi yang berlaku bagi hakim ad hoc adalah sanksi berat berupa pemberhentian tidak dengan hormat dari jabatan hakim. Hal ini dijatuhkan terhadap Kemas karena berdasarkan pasal 18 70 pelanggaran yang dilakukan oleh Kemas termasuk dalam klasifikasi pelanggaran berat yangmana Pasal 5 ayat (3) huruf d tercantum dalam pasal 18 huruf b. Sehingga dengan terpenuhi unsur yang dimaksud dalam klasifikasi pelanggaran berat Kemas dijatuhkan Sanksi berat berdasarkan peraturan bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial.

Dalam dokumen TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM DALAM MENJA (Halaman 46-50)

Dokumen terkait