• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep. Oleh : Maulina Oktavia 3608100060 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012.

(2) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryana (2005), Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi. Kuznets (1964), pertanian di negaranegara sedang berkembang merupakan ekonomi yang sangat potensial thd pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional. Perlu adanya pengembangan wilayah Kab. Sumenep melalui pengembangan industri berbasis pertanan untuk menigkatkan permintaan pasar, baik lokal, domestik, maupun mancanegara. Kebijakan umum pembangunan bidang pertanian Kab sumenep : merevitalisasi sektor pertanian melalui peningkatan produktifitas, daya saing, dan nilai tambah produk pertanian. (RPJMD Kab. Sumenep 2011-2015). Prosentase rata-rata sektor pertanian terhadap PDRB Kab. Sumenep mencapai 50%, namun untuk industri pengolahan hasil pertanian rata-rata hanya 1.85%. (BPS Kab. Sumenep 2011).

(3) 1.2. Rumusan Masalah.  Apa saja faktor-faktor pengembangan agroindustri dalam kaitannya. dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Sumenep?  Bagaimana arahan yang tepat dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep?. 1.3. Tujuan dan Sasaran. mer umuskan ar ahan pengembangan wilayah ber basis agroindustr i di Kab. Sumenep . Tujuan. penelitian. ini. adalah. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan komoditas unggulan pada tiap-tiap kecamatan di Kab. Sumenep. 2. Menentukan prioritas pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kab. Sumenep. 3. Mengelompokkan kecamatan-kecamatan dalam cluster-cluster agroindustri di wilayah Kab. Sumenep. 4. Merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kab. Sumenep pada masing-masing tipologi..

(4) 1.4 1.4.1. Ruang Lingkup Penelitian. Lingkup Wilayah Studi Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Sumenep dengan luas sekitar 2.506,91 km2. Kab. Sumenep mempunyai wilayah daratan dan kepulauan. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut:  Sebelah Utara : laut jawa,  Sebelah Timur : Laut Jawa/Laut Flores,  Sebelah Selatan : Selat madura, dan  Sebelah Barat : Kabupaten Pamekasan. Wilayah Kabupaten Sumenep secara keseluruhan (daratan dan kepulauan) dapat dilihat pada peta di bawah ini :.

(5) Peta administrasi wilayah Kabupaten Sumenep.

(6) 1.4.2. Pembahasan. Ruang lingkup pembahasan dalam studi ini adalah materi yang berkaitan dengan pengembangan wilayah. Indikatorindikator yang digunakan disesuaikan dengan komponenkomponen komponen pengembangan wilayah (khususnya yang berhubungan dengan agroindustri). Basis Industri tersebut disesuaikan dengan komoditas unggulan yang didapatkan dari pengembangan sektor pertanian. Jadi variabel-variabel yang digunakan akan berhubungan dengan komoditas unggulan sektor pertanian, pengembangan industri, dalam satu kerangka konsep pengembangan wilayah 1.4.3. Lingkup Substansi. Substansi ilmu yang digunakan pada penelitian ini sebagai landasan teori yaitu konsep/ilmu pengembangan wilayah dan agroindustri..

(7) 1.5 1.5.1. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis. Penelitian ini ber manfaat untuk memperkaya pengetahuan tentang pengembangan wilayah berbasis agropolitan dan bagaimana prinsip-prinsip agroindustri sebagai upaya pengembangan wilayah/agropolitan melalui peningkatan ekonomi wilayah di Kab. Sumenep. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk melengkapi penelitian – penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. 1.5.2. Manfaat Praksis. Manfaat pr aksis dar i penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, arahan atau panduan oleh pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait pengembangan kawasan agropolitan yang ada di Kabupaten Sumenep serta untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep terkait dengan pengembangan sektor pertanian sebagai leading sector dan peningkatan produktifitas komoditas unggulan yang menjadi leading sector..

(8) BAB Ii KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Wilayah Berdasarakan beberapa pengertian pengembangan wilayah, dapat dikaji bahwa pada intinya pengembangan wilayah merupakan suatu upaya pembangunan suatu wilayah melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki wilayah tersebut untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih bagi kepentingan masyarakat di wilayah itu sendiri dengan memperhatikan azas sosial, ekonomi, serta azas wawasan lingkungan. Berdasarkan beberapa pengertian tentang agroindustri dapat dikaji bahwa sasaran agroindustri adalah meningkatnya produktifitas, daya saing produk agroindustri, nilai tambah produk pertanian, penciptaan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penyerapan tenaga kerja baru..

(9) Tabel Sintesa Tinjauan Pustaka.

(10)

(11) Diagram Kerangka Teori.

(12) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan r asionalisme yang bersumber pada teori dan kebenaran etik karena pada dasarnya topik yang berkaitan dengan pengembangan wilayah berbasis agroindustri tidak dapat berdiri sendiri karena adanya keterkaitan antara faktor-faktor didalamnya.. 3.2. Jenis Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data yang bersifat ratio (angka), sehingga dapat dikatakan penelitian ini bersifat deskr iptif kuantitatif..

(13) 3.3. Variabel Penelitian.

(14) Lanjutan….

(15) 3.4. Populasi dan Sampel.  Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran. penelitian. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat, Pemerintah Kab. Sumenep selaku pemegang kebijakan, pihak swasta sebagai pengemban, dan para pakar atau ahli yang berada di selur uh kecamatan di Kabupaten Sumenep ..  Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan. adalah teknik non-probability sampling dengan menggunakan purposive sampling (sengaja). Pur posive sampling bertujuan untuk mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Sampel penelitian merupakan stakeholder yaitu pihak yang ahli atau mengerti benar terkait penentuanpengembangan agroindustri di Kab. Sumenep..

(16) 3.5. Metode Penelitian. 3.5.1 Jenis Data - Data Primer - Data Sekunder 3.5.2 Teknik Pengumpulan Data - Survey Data Primer - Survey Data Sekunder.

(17)

(18) 3.7 Tahapan Penelitian.

(19) BAB IV hasil dan pembahasan 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sumenep 4.1.1 Aspek geografis dan Administratif Secara administratif terdiri atas 27 wilayah kecamatan, 328 desa dan 4 kelurahan. Wilayah Kabupaten Sumenep dibagi menjadi dua kategori, yaitu wilayah daratan dan kepulauan.. 4.1.2. Demografi Dari hasil estimasi SUSENAS tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Sumenep dilaporkan sekitar 1.079.332 jiwa dengan pertumbuhan sekitar 0,09%. Struktur ketenagakerjaan di Kabupaten Sumenep pada tahun 2010 sektor pertanian masih mendominasi (26,18 %) atau 93.149 jiwa dari total tenaga kerja. Sektor lain yang juga cukup besar diminati oleh pekerja adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Yaitu 34,74% atau 110.923 jiwa..

(20) 4.1.3. Hidrologi dan Sumber Daya Air Di Kabupaten Sumenep terdapat sumur pantek sebanyak 35 buah yang berfungsi untuk mengairi sawah penduduk. Sumur tersebut tersebar di 35 lokasi yang terdapat di 34 desa (dalam 16 kecamatan). Masing-masing sumur mampu mengairi lahan seluas 5 Ha, sehingga total kemampuannya menjadi 175 Ha. Selain dari sumur, kebutuhan air untuk sawah dapat dipenuhi melalui beberapa sungai dan sistem irigasi. Potensi hidrologi di Kabupaten Sumenep juga dipenuhi oleh adanya bendungan-bendungan yang tersebar di 14 lokasi pada 9 kecamatan. Selain bendungan, kebutuhan air bersih juga dapat dipenuhi dari adanya sumber mata air sebanyak 40 titik di seluruh wiayah kabupaten..

(21) 4.1.4 Sistem Jaringan Transportasi Prasarana wilayah di Kabupaten Sumenep khususnya transportasi di Kabupaten Sumenep memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan Provinsi yang didukung oleh sistem jalan arteri primer yang merupakan jalur lintas Pulau Madura-Jawa yaitu Kamal – Bangkalan – Sampang – Pamekasan – Sumenep – Kalianget..

(22) 4.1.6 Ekonomi Regional 4.1.6.1 Kab. Sumenep dalam Konstelasi Ekonomi Provinsi Jawa Timur Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep pada 2009 sebesar 3,43 persen, sedangkan Jawa Timur 5,01 persen. Sedangkan PDRB per kapita sebesar Rp. 10,64 juta, sedangkan Jawa Timur mencapai Rp. 18,35 juta. Berdasar data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, Kabupaten Sumenep merupakan daerah dengan PDRB perkapita sedang, tetapi pertumbuhan ekonominya masih rendah. 4.1.6.2 Perkembangan Sektor Pertanian dalam PDRB kabupaten Sumenep. Pembentukan PDRB menurut harga konstan tahun 2006-2010 paling besar disokong oleh sektor pertanian yang meliputi; tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2008 sektor ini menyumbang PDRB atas harga berlaku mencapai sebesar 50,70%, tahun 2009 menurun menjadi 49,72% dan tahun 2010 sebesar 48,24%. Selain itu sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan kedua setelah pertanian, yaitu menyumbang sebesar 18,83% tahun 2008, 19,63 tahun 2009 dan pada tahun 2010 sedikit mengalami kenaikan menjadi sebesar 21,21% . Terlihat dalam kurun waktu 3 tahun kontribusi sektor ini terhadap PDRB atas dasar harga konstan senantiasa mengalami peningkatan..

(23) Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Konstan Tahun 2008-2010.

(24) 4.1.7 Produktifitas Sektor Pertanian Kabupaten Sumenep 4.1.7.1 Sub sektor Tanaman Pangan.

(25) 4.1.7.2. Sub Sektor Tanaman Perkebunana.

(26) 4.1.7.3. Sub sektor Tanaman Peternakan.

(27) 4.1.7.4. Sub sektor Tanaman Kehutanan.

(28) 4.1.7.5. Sub sektor Tanaman Perikanan.

(29) 4.1.8. Industri Pengolahan Industri pengolahan di Kabupaten sumenep didominasi oleh industri kecil dan menengah. Industri tersebut kebanyakan merupakan kerajinan rakyat baik formal maupun non formal. Dibawah ini disajikan tabel jenis, jumlah unit, dan tenaga kerja industri yang ada di Kabupaten Sumenep..

(30) 4.1.9 4.1.9.1. Infrastruktur Wilayah Jaringan Listrik Pembangkit Listrik yang ada di wilayah penelitian adalah suply listrik dari PT. PJB unit pembangkit listrik (PLN Distribusi Jawa Bali) sebesar 60 Juta kaki kubik, masing-masing di pasok oleh PT. EMP Kangean. Masalah Pembangkit Listrik yang ada di wilayah penelitian adalah Lokasi pembangkit yang ada sekarang ini masih terlalu jauh dan aksesbilitasnya masih terbatas untuk pendistribusian wilayah daratan dan sekitarnya. Kebutuhan listrik di wilayah penelitian hingga kini masih dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan industri, permukiman dan kebutuhan lainnya. 4.1.9.2. Jaringan Air Bersih. Waduk di Kabupaten Sumenep tersebar di 14 lokasi pada 9 kecamatan. Kecamatan Ganding merupakan wilayah kecamatan yang memiliki jumlah waduk terbanyak yaitu 4 unit. Waduk-waduk ini berpotensi sebagai sistem pengairan untuk pertanian..

(31) 4.1.9.3 Jaringan Telekomunikasi Telekomunikasi dan informasi (Telematika) memiliki peranan penting untuk mendorong perkembangan suatu wilayah. Jaringan telekomunikasi pada wilayah penenlitian meliputi beberapa prasarana telematika yang telah menjangkau ke berbagai pelosok. 4.1.9.4 Pasar a. Sistem Pemasaran. Bagan sistem pemasaran hasil pertanian di Kab. Sumenep:.

(32) b. Sarana Pemasaran Sarana pemasaran yang tersedia di wilayah penelitian berupa terminal dan pasar khusus untuk produk hasil-hasil pertanian maupun perkebunan, sehingga dapat menunjang sistem pemasaran dan pengangkutan produk hasil-hasil pertanian maupun perkebunan petani setempat. Selain itu juga setiap petani yang berkelompok maupun secara individual sudah memiliki kendaraan untuk mengangkut hasil pertanian maupun hasil olahan komoditas hasil-hasil pertanian maupun perkebunan.. c. Informasi Pasar Para petani di Kabupaten Sumenep belum mendapatkan pengetahuan mengenai informasi pasar seperti harga jual produk olahan di pasaran sehinnga keuntungan yang diperoleh para petani sangat kecil. Hal ini disebabkan karena keterbatasan fungsi, peran maupun pengaruh system kelembagaan menyebabkan kurangnya informasi pasar yang diperoleh para petani..

(33) 4.2. Analisis dan Pembahasan.

(34) 4.2.1. Analisis LQ. Dari hasil analisis LQ didapatkan bahwa tiap kecamatan memiliki lebih dari satu komoditas basis pertanian. Untuk Koditas pada subsektor perikanan dihitung 1 komoditas walaupun berada pada perairan yang berbeda atau pada nomor 23,24,25,26. Komoditas basis pertanian paling sedikit terdapat pada Kecamatan Talango, Raas, dan Masalembu yang hanya memiliki 7 komoditas basis, sedangkan terbanyak pada Kecamatan Batu Putih dengan 13 komoditas basis..

(35) 4.2.2 1.. Analisis Shift Share. Analisis PPW (Daya Saing) Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diketahui bahwa masing-masing komoditas pertanian memiliki memiliki kemampuan daya saing yang berbeda-beda pada tiap Kecamatan. Dalam analisis ini tiap kecamatan memiliki lebih dari satu komoditas yang berdaya saing. Kecamatan dengan komoditas daya saing terbanyak terdapat pada Kecamatan Gapura dengan 12 komoditas pertanian, sedangkan paling sedikit adalah Kecamatan Nonggunong dan Kec. Arjasa yaitu hanya 3 komoditas pertanian yang berdaya saing. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan setiap komoditas pertanian pada masing-masing kecamatan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat pertumbuhan (PP).

(36) 2. Analisis PP (Tinglat Pertumbuhan) Setiap kecamatan pada analisis tingkat pertumbuhan ini juga memiliki lebih dari satu komoditas unggulan yang memiliki tingkat pertumbuhan baik. Rata-rata setiap kecamatan memiliki 11 komoditas pertanian unggulan yang mempunyai tingkat pertumbuhan baik. Untuk mengetahui tingkat progesifitas komoditas pertanian pada masingmasing kecamatan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat progesifitas (PB) 3. Analisis PB (Progresifitas) Dari hasil analisis tingkat progresifitas, setiap kecamatan mempunyai lebih dari satu komoditas pertanian yang tingkat progresifitasnya baik..

(37)

(38) 4.2.2. Penentuan Prioritas Pengembangan Wilayah berbasis Agroindustri. Output dari analisis AHP menggunakan Expert Choice 11 berdasarrkan tingkat prioritas:.

(39) 4.2.3. Pengelompokan wilayah dalam klaster-klaster Agroindustri. Alat analisis yang digunakan pada analisis ini adalah analisis cluster. Variabel yang digunakan untuk mengelompokkan wilayah ini ada 5 yaitu jaringan listrik, pasar, kuantitas tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, komoditas unggulan(kontinuitas dan kuantitas bahan baku). Untuk input kuantitas dan kontinuitas bahan baku menggunakan data yang sama, sehingga input datanya jumlah bahan baku. Dengan menggunakan Hierarchical Cluster Analysis, dalam proses penentuan tipologi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu input, proses analisis dan output analisis. Input analisis merupakan data variabel yang berjumlah 5 variabel. 5 variabel ini diperoleh berdasarkan hasil analisis sebelumnya. Penulis hanya mengunakan 5 variabel pada prioritas 5 tertinggi karena 5 variabel ini sudah mewakili 80 % dari seluruh faktor yang mempengaruhi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kab. Sumenep..

(40) Hasil Analisis Cluster CLUSTER 1 1. Kecamatan Pragaan 2. Kecamatan Bluto 3. Kecamatan Kalianget 4. Kecamatan Sumenep 5. Kecamatan Lenteng 6. Kecamatan Guluk-Guluk 7. Kecamatan Ambunten 8. Kecamatan Rubaru 9. Kecamatan Gapura 10. Kecamatan Batang-Batang 11. Kecamatan Dungkek 12. Kecamatan Arjasa CLUSTER 3 1. Kecamatan Batuan. CLUSTER 2 1. Kecamatan Saronggi 2. Kecamatan Giligenting 3. Kecamatan Talango 4. Kecamatan Ganding 5. Kecamatan Pasongsongan 6. Kecamatan Dasuk 7. Kecamatan Manding 8. Kecamatan Batuputih 9. Kecamatan Nonggunong 10 Kecamatan Gayam 11. Kecamatan Raas 12. Kecamatan Sapeken 13. Kecamatan Kangayan 14. Kecamatan Masalembu.

(41) Peta Cluster Wilayah.

(42)

(43) 4.2.4. Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kab. Sumenep. 4.2.4.1 Arahan Pengembangan untuk tipologi 1  Jenis dan bentuk pengembangan agroindustri Jenis industri yang sesuai dan prioritas untuk dikembangkan berdasarkan penelitian adalah industri yang berbahan baku hasil hutan misalnya: Garden Furniture, Housing Component (Pintu dan Kusen), Indoor Furniture, Flooring (Lantai Kayu), Raw Sawn Timber, TOP dan Produk lain sesuai pesanan. Pembentukan sentra-sentra baru diarahkan pada Kecamatan Pragaan  Wilayah pemasaran hasil produksi agroindusri Arahan wilayah pemasaran industri hasil hutan berdasarkan hasil analisis adalah lokal dan regional karena bentuk pengembangannya masih berbentuk sentra.  Linkage wilayah Pusat produksi/bahan baku : Kecamatan Kec. Bluto, Saronggi, Ganding, Guluk-guluk, Rubaru, Batuputih, dan Gapura. Pusat Pengolahan : Kec. Pragaan karena pada kecamatan ini terdapat sentra industri pengolahan hasil hutan. Pusat pemasaran : Kec. Pragaan. Kecamatan Sumenep Kec. Kalianget  Infrastruktur (listrik dan air bersih) Diperlukan penambahan jaringan-jaringan infrastruktur secara signifikan, terutama pada wilayahwilayah yang mempunyai tingkat pelayanan jaringan listrik yang sangat rendah bahkan belum ada, misalnya : Kec. Pasongsongan, ambunten, Rubaru, Dasuk, dan Batuputih.  Aksesibilitas (Jaringan jalan) Peningkatan dan perbaikan jaringan jalan pada Kecamatan Ambunten, Gapura, dan Batang-batang..

(44) 4.2.4 4.2.4.2. Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kab. Sumenep Arahan Pengembangan untuk tipologi 2.  Jenis dan bentuk pengembangan agroindustri. . . . . Arahan pengembangan yang tepat dalam pengembangan industri pada tipologi ini adalah sentra industri keripik singkong dan sentra industri berbahan baku ikan. Wilayah pemasaran hasil produksi agroindusri Wilayah pemasaran hasil produksi industri ikan dan industri ketela pohon pada tipologi ini adalah tempat-tempat wisata di Kabupaten Sumenep, lokal dan regional Linkage wilayah Pusat produksi/bahan baku: Kec. Giligenting, Talango, Gayam, Raas, dan Kangayan. Pusat Pengolahan : Kecamatan Manding dan Nonggunong. Pusat Pemasaran : Kec. Sapeken dan Masalembu. Infrastruktur (listrik dan air bersih) Dalam pengembangan industri, pada tipologi ini hanya diperlukan penambahan infrastruktur jaringan listrik di wilayah yang ketersediannya paling rendah diantara yang lain yaitu pada Kec. Manding, Raas, Sapeken, kangayan, dan Masalembu. Aksesibilitas (Jaringan jalan) Penambahan sarana transportasi seperti terminal untuk memudahkan perpindahan orang dan barang dan untuk memudahkan pendistribusian hasil produksi agroindustri perikanan dan hasil olahan berbahan baku ketela pohon..

(45) 4.2.4. Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kab. Sumenep. 4.2.4.1. Arahan Pengembangan untuk tipologi 3.  Jenis dan bentuk pengembangan agroindustri. . . . . Jenis industri yang paling sesuai dan prioritas untuk dikembangkan berdasarkan hasil analisis, adalah sentra industri berbahan baku jagung dan kacang tanah. Wilayah pemasaran hasil produksi agroindusri Arahan pemasaran produk-produk industri berbasis agro dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, Kabupaten Sumenep dan Propinsi Jawa Timur. Khusus untuk produk yang menunjang wisata Sumenep, dipasarkan di seluruh tempat-tempat wisata strtategis yang terdapat di Kabupaten Sumenep. Linkage wilayah Arahan yang tepat untuk pengembangan pada tipologi ini adalah sebagai tempat industri pengolahan jagung dan kacang tanah dalam bentuk industri skala besar, karena wilayah ini memiliki potensi ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana yang cukup tinggi. Hal ini tampak dari tingkat pelayanan jaringan listrik pada Kec. Batuan tergolong cukup tinggi. Selain itu, akses menuju pusat kota cukup dekat yang merupakan potensi untuk mendistribusikan hasil olahan industri pengolahan jagung dan kacang tanah. Infrastruktur (listrik dan air bersih) Karakteristik pada tipologi 3 memiliki potensi pengembangan industri yang besar, karena wilayah ini memiliki potensi ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup tinggi. Untuk prasarana jaringan air bersih untuk kebutuhan agroindustri sudah cukup memadai. Aksesibilitas (Jaringan jalan) Arahan pengembangan aksesibilitas hanya perlu dilakukan dengan pelebaran jalan atau pengaturan jalan satu arah ke pusat kota di Kabupaten Sumenep serta pembukaan jalan-jalan alternatif baru menuju pusat kota Sumenep untuk memudahkan aksesibilitas..

(46) Kesimpulan  Dari hasil penelitian ini dihasilkan 12 komoditas pertanian yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sumenep. Komoditas tersebut adalah : jagung, kedelai, kacang tanah, ketela pohon, kelapa, cabe jamu, rimba (hasil hutan), kambing, ayam kampung, ayam ras, itik, dan perikanan laut. Komoditas-komoditas tersebut digunakan sebagai bahan baku agroindustri yang akan dikembangkan di Kabupaten Sumenep.  Faktor yang menjadi prioritas pengembangan wilayah berbasis agroindustri adalah faktor bahan baku, faktor tenaga kerja untuk agroindustri, faktor jaringan listrik, dan faktor ketersediaan pasar sebagai tempat pendistribusian hasil produk-produk agroindustri.  Pengelompokan wilayah dikelompokkan menjadi 3 cluster, yaitu tipologi 1, tipologi 2, dan tipologi 3. Tipologi 1 merupakan wilayah yang memiliki potensi pengembangan industri besar dengan jumlah tenaga kerja paling banyak. Tipologi 2 merupakan Wilayah yang memiliki cukup potensi pengembangan industri dengan tingkat kecukupan jumlah tenaga kerja, dan tipologi 3 merupakan wilayah yang memiliki potensi pengembangan industri dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit.  Arahan bentuk dan jenis pengembangan wilayah berbasis agroindustri yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Sumenep yang disesuikan dengan tujuan dari agroindustri. Berikut merupakan kesimpulan arahan untuk pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep pada masing-masing tipologi:.

(47) Saran Dari hasil penelitian ini, maka didapatkan saran sebagai berikut:  Sebaiknya dilakukan penetuan jenis industri sesuai komoditas. unggulan pada masing-masing tipologi pada penelitian selanjutnya. Misalnya saja, untuk komoditas unggulan berbahan baku jagung dengan jenis industri pembuatan tepung, industri berbahan baku ikan dengan jenis industri kerupukikan, dan lain sebagainya..  Saran untuk pemerintah Kabupaten Sumenep khususnya, dalam. pengimplementasian jenis industri yang menghasilkan limbah harus memeperhatikan lingkungan sekitar lokasi industri, misalnya menyediakan tempat untuk pembuanagan hasil industri tersebut..  Untuk mempermudah pembentukan sentra atau klaster industri,. pembangunan industri berbasis pertanian di Kabupaten Sumenep bisa dimulai dengan pembentukan KUB (Kelompok Usaha Bersama) yang beranggotakan 5-10 orang, kemudian diikuti pengembangan awal industri rumah tangga (home industry), pengembangan industri skala menengah dan industri skala besar..

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar, implementasi cloud computing pada Universitas Semarang berjalan dengan baik, infrastruktur cloud yang dibangun telah mampu menjalankan aplikasi

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika perkembangan gerakan serikat pekerja di Indonesia pada masa kolonial sampai masa pergerakan sangat dipengaruhi

asper jantan di kawasan Universitas Riau yang memiliki korelasi sedang adalah Pab, PJ1KD dan korelasi lemah pada PJ3KD sedangkan di Desa Bencah Kelubi yang

Pengujian Tambah Data User Kondisi Hasil yang diharapkan et NIS/NIP/Id Kursor kembali pada kolom orang tua NIS/NIP/Id orang tua kosong NIS/NIP/Id Selain angka tidak bisa

Pada menu File terdapat perintah-perintah yang digunakan untuk semua proses utama yang berhubungan dengan file data dan aplikasi, seperti melakukan pengiriman file dari linux

Sedangkan hasil nilai SSE yang dihasilkan pada data total batubara yang telah di proses preprocessing dapat dilihat pada Tabel 2 dan disajikan dalam bentuk

Penonton tidak hanya di sajikan cerita dengan dramatik serta adegan yang kuat di film televisi “Jalan Pulang” namun diberikan pengalaman menonton yang berbeda dari segi visual

Hasil fraksi ekstrak n-heksan dan etil asetat kulit buah muda pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) memiliki aktivitas teraktif terhadap bakteri