• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggung Jawaban atas Pemblokiran Rekening Nasabah Bank (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.43 K/Pdt.Sus/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggung Jawaban atas Pemblokiran Rekening Nasabah Bank (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.43 K/Pdt.Sus/2013)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank

telah berkembang sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan sektor

perekonomian di Indonesia yang semakin cepat. Menurut Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan) disebutkan bahwa

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.

Bank dalam melakukan kegiatan perbankan harus mampu memenuhi

semua kewajibannya dengan baik, dengan cara-cara yang diatur dalam peraturan

perbankan yang berlaku. Bank juga harus mempunyai kemampuan untuk

menghimpun dana dari masyarakat, kemampuan untuk mengelola dana, dan

kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

Bank mempunyai tugas utama dalam kegiatan usahanya yaitu

penghimpunan dana dan penyaluran dana. Penyaluran dana hanya dapat terjadi

apabila dana telah dihimpun. Bank dalam melakukan penghimpunan dana

dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat pada bank, dengan adanya kepercayaan

masyarakat terhadap suatu bank maka nasabah akan lebih percaya untuk

(2)

berpengaruh karena dengan adanya pelayanan yang baik kepada penyimpan dana

maka penyimpan dana akan merasa dihormati sehingga penyimpan dana merasa

senang untuk menyimpan dananya pada bank tersebut.

Bank adalah sebagai lembaga intermediasi, dimana proses pemberian dana

dari unit surplus (penabung) untuk selanjutnya disalurkan kepada unit defisit

(peminjam) yang terdiri dari sektor usaha, pemerintah dan individu/rumah

tangga.1

Sejalan dengan perkembangan waktu maka kebutuhan masyarakat

terhadap jumlah barang dan jasa juga semakin meningkat, kegiatan transaksi tidak

dapat lagi dilakukan dengan pertemuan langsung oleh para pihak setiap hari

sehingga memerlukan pihak perantara untuk mempermudah transaksi tersebut.

Perantara dalam hal ini disebut dengan lembaga keuangan.2

Lembaga keuangan mempunyai peran penting terhadap kegiatan

perekonomian yang terjadi pada masyarakat. Lembaga keuangan merupakan

lembaga perantara keuangan yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat secara efektif untuk memberikan kelancaran dalam perekonomian.

Lembaga keuangan sebagai suatu perantara keuangan dapat memungkinkan

terjadinya suatu aliran dana dari pihak yang kelebihan dana sebagai pemberi

pinjaman kepada pihak yang kekurangan dana sebagai peminjam.3

Bank merupakan lembaga keuangan yang dalam usahanya dapat

memberikan kredit dan jasa-jasa dalam peredaran uang. Sedangkan pengertian

lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di

      

1

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan

(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005), hlm. 6. 2

Y. Stri Susilo, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hlm. 4.

3

(3)

bidang keuangan, menarik uang dari masyarakat dan menyalurkan kepada

masyarakat. Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berusaha dalam bidang

penerimaan-penerimaan kewajiban keuangan, sehingga dapat meluaskan

pemberian kredit. Tujuan bank sebagai penghimpun dan penyalur dana dalam

masyarakat adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka

untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Selain dari fungsi penting bank, terdapat pula jenis-jenis layanan bank

yang diberikan kepada masyarakat, yang salah satunya adalah Pemindahan uang.

Bank umum menjalankan usaha memindahkan uang baik untuk kepentingan

sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.4 Pemindahan uang ini disebut juga

dengan kegiatan transfer dana.

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana

(selanjutnya disebut UU Transfer Dana), transfer dana adalah rangkaian kegiatan

yang dimulai dengan perintah dari pengirim asal yang bertujuan memindahkan

sejumlah dana kepada penerima yang disebutkan dalam perintah transfer dana

sampai dengan diterimanya dana oleh penerima. Transfer dana adalah bentuk

fasilitas jasa yang diberikan bank kepada nasabah dalam hal mempermudah

mengirim uang dengan cara elektronik. Penggunaan jasa transfer dana yang

diberikan oleh bank tentu saja dapat mempermudah nasabah dalam melakukan

kegiatan usahanya dan dengan adanya kecanggihan teknologi yang dimiliki bank,

nasabah dapat terlayani dengan baik. Akan tetapi pada kenyataannya penggunaan

transfer dana sering terjadi kesalahan sehingga dapat merugikan nasabah.

      

4

(4)

Ketentuan penyelenggara transfer dana juga telah ditentukan di dalam

Pasal 1 angka 2 UU Transfer Dana yang menyebutkan Penyelenggara Transfer

Dana, yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah Bank dan badan usaha

berbadan hukum Indonesia bukan Bank yang menyelenggarakan kegiatan

Transfer Dana.

Dengan adanya jasa transfer dana yang disediakan oleh bank maka

nasabah memperoleh keuntungan untuk dapat melakukan transaksi perdagangan

yang lancar dengan pihak lain, memudahkan transaksi pembayaran kepada pihak

lain, dan yang terpenting keamanan nasabah dalam melakukan pemindahan uang

lebih terjamin dikarenakan kegiatan transfer dana dilakukan secara elektronik.5

Keuntungan yang didapat dari transfer dana dan penggunaannya yang

mudah dilakukan oleh nasabah membuat jasa transfer dana ini menjadi suatu

kebutuhan tertentu. Tetapi pada kenyataannya transfer dana juga menimbulkan

sedikit masalah atau timbulnya keluhan dari nasabah ketika mesin yang digunakan

untuk melakukan transfer dana tersebut mengalami gangguan seperti offline, rusak

bahkan dapat terjadinya pemblokiran rekening yang dilakukan oleh pihak bank.

Permasalahan ini sudah menjadi umum bagi kalangan nasabah akan tetapi

kerugian yang ditimbulkan kepada nasabah sering kali dikarenakan adanya

pemblokiran rekening dari pihak bank sendiri.

Pemblokiran rekening nasabah oleh pihak bank cukup memiliki kesalahan,

bisa saja dari kepentingan bank misalnya terjadi suatu tindak pidana pencucian

uang sehingga rekening nasabah tersebut harus diblokir oleh pihak bank dan bisa

saja dari kepentingan nasabah itu sendiri, yang dikarenakan adanya pembobolan

      

5

(5)

rekening sehingga rekening nasabah juga diblokir. Alasan pihak bank untuk

melakukan pemblokiran dengan argumen hukum adalah alasan yang cukup kuat,

namun apabila pemblokiran tersebut dilakukan tanpa ada argumen hukum yang

jelas maka hanya akan merugikan nasabah bahkan dapat menimbulkan sejumlah

kerugian dari segi lain, apalagi pemblokiran tersebut dilakukan oleh pihak bank

tanpa adanya pemberitahuan kepada pemilik rekening atau nasabah. Dengan

adanya pemblokiran rekening maka kerugian yang dialami nasabah pastinya

berdampak domino, tidak bisa melakukan penarikan dana, melakukan

pen-transferan dana, apalagi melakukan penyimpanan dana. Tidak ada pihak yang mau

disalahkan, namun dengan jalur hukum para pihak dapat menentukan siapa yang

telah melakukan kesalahan apakah bank yang sepihak melakukan pemblokiran

atau nasabah yang telah mengalami kerugian akibat adanya pemblokiran rekening.

Pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap jasa yang diberikan kepada

konsumen pada prinsipnya harus dilaksanakan dengan baik akan tetapi pelaku

usaha tersebut dapat melepaskan tanggung jawabnya karena keadaan-keadaan

tertentu yang pada akhirnya pelaku usaha tidak harus bertanggungjawab atas

kerugian yang ditimbulkan kepada konsumen. Nasabah/konsumen dalam hal ini

yang mengalami kerugian akibat terjadinya pemblokiran rekening, sebenarnya

merupakan tanggung jawab bank/pelaku usaha, akan tetapi pada awal pembukaan

rekening tentu saja bank memberikan syarat-syarat tertentu.

Terkait dengan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kegiatan

transfer dana ini, baik yang disebabkan oleh pihak bank sendiri maupun oleh

(6)

Niaga Syariah, Tbk dengan Rosman M dalam perkara di Badan Penyelesain

Sengketa Konsumen (BPSK) yang kemudian berakhir di pengadilan.

Adapun perkara tersebut adalah mengenai kerugian yang dialami oleh

Rosman M dikarenakan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan

akibat adanya pemblokiran rekening. Rosman M awalnya telah menyelesaikan

sengketa ini melalui BPSK akan tetapi Rosman M tidak puas dengan putusan

yang telah ditetapkan oleh BPSK dan Pengadilan Negeri. Oleh karena itu Rosman

M mengajukan kasasi sehingga dalam hal ini Rosman M menjadi Pemohon

Kasasi dan PT. Bank Cimb Niaga menjadi Termohon Kasasi.

Masalah-masalah yang muncul atas pemblokiran rekening milik nasabah

pada putusan Mahkamah Agung Nomor: 43 K/Pdt.Sus/2013 ini tentu saja menjadi

kajian yang menarik, sehingga penting dan perlu diteliti untuk melihat sejauh

mana peraturan-peraturan yang ada dapat memberikan kepastian hukum atas

dampak kerugian yang ditimbulkan dan juga untuk mengetahui sejauh mana

peraturan-peraturan yang ada dapat memberikan perlindungan hukum terhadap

dana milik nasabah.

B. Rumusan Masalah

Adapun 3 permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini, yaitu:

1. Bagaimanakah perlindungan konsumen dalam penggunaan jasa perbankan?

2. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha jasa kepada

konsumen atas kerugian yang dialami akibat pemakaian jasa?

3. Bagaimanakah tanggung jawab bank atas pemblokiran rekening nasabah secara

(7)

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Adapun tujuan dari tulisan ini diangkat adalah:

1. Untuk mengetahui perlindungan konsumen dalam penggunaan jasa perbankan.

2. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha jasa kepada

konsumen atas kerugian yang dialami akibat pemakaian jasa.

3. Untuk mengetahui tanggung jawab bank atas pemblokiran rekening nasabah

secara sepihak dalam putusan Mahkamah Agung No.43 K/Pdt.Sus/2013.

Adapun manfaat dari tulisan ini diangkat adalah:

1. Manfaat teoritis

Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai

pertanggungjawaban bank atas pemblokiran rekening nasabah bank di

Indonesia serta dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu

hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan hukum perlindungan

konsumen.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan kontribusi terhadap masyarakat untuk dapat mengetahui

pertanggungjawaban bank atas pemblokiran rekening nasabah bank;

b. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman pada

pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan juga

(8)

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “Pertanggungjawaban Bank Atas Pemblokiran

Rekening Nasabah Bank (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.43

K/Pdt.Sus/2013)” ini disusun berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa

bahan pustaka, undang-undang, peraturan perlindungan konsumen, maupun

peraturan lainnya yang berkaitan dengan perlindungan konsumen dan lembaga

lainnya, yang diperoleh dari perpustakaan, media cetak, serta media elektronik.

Sehubungan dengan keaslian judul ini, penulis telah melakukan pemeriksaan pada

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan

bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan

Universitas Sumatera Utara maupun di lingkungan universitas/perguruan tinggi

lainnya dalam wilayah Republik Indonesia. Apabila di kemudian hari, ternyata

terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat

kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan

pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan

Tujuan perlindungan konsumen diatur pada Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut

UUPK) menyatakan bahwa perlindungan konsumen bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

(9)

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi;

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan konsumen.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

juga mengatur hak-hak konsumen, dalam hal ini tentunya menyangkut tentang

hak-hak asasi konsumen. Penegakan Hak Asasi Manusia bukan semata-mata

untuk kepentingan manusia sendiri akan tetapi yang terpenting adalah diakui dan

dihormatinya martabat kemanusiaan setiap manusia, tanpa membedakan strata

sosial, status sosial, status politik, etnik, agama, keyakinan politik, budaya ras,

golongan dan sejenisnya.6 Hal ini terlihat jelas dalam mukadimanya, yaitu:7

”bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan

kesadaran pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang

bertanggung jawab.” Selanjutnya tujuan perlindungan konsumen, adalah untuk

      

6

Wulanmas Frederik, Aktualisasi Hukum Perlindungan Konsumen (Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro, 2010), hlm. 14.

7

(10)

mengangkat harkat hidup dan martabat konsumen, yaitu dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan atau jasa.8

Menurut Pasal 1 angka 1 UUPK yang dimaksud perlindungan konsumen

adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen. Dalam ruang lingkup perlindungan konsumen

terdapat dua pihak yang melakukan hubungan hukum yaitu konsumen dengan

pelaku usaha. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.9 Sedangkan

pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.10

Pasal 1 angka 4 UUPK menyatakan bahwa barang adalah setiap benda

baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak,

dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa

adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi

masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.11

      

8

Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 48. 9

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 angka 2.

10

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 angka 3.

11

(11)

Menurut Pasal 1 angka 1 UU Perbankan yang dimaksud dengan perbankan

adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Perbankan mempunyai fungsi utama yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat.12

Bank selain melakukan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga

menyediakan beberapa layanan jasa perbankan. Bentuk jasa perbankan salah

satunya adalah jasa pemindahan uang, yaitu dengan adanya perintah dari si

pemilik dana untuk mengirimkan sejumlah dana kepada si penerima. Pemindahan

uang dalam hal ini disebut juga dengan transfer dana.

Di dalam transfer ada berupa dana yang dikirimkan dari satu pihak ke

pihak lain, dana ini juga sering disebut dengan uang dalam jumlah nominal

tertentu. Pasal 1 angka 4 UU Transfer Dana, menyebutkan dana adalah:

1. Uang tunai yang diserahkan oleh pengirim kepada penyelenggara penerima;

2. Uang yang tersimpan dalam rekening pengirim pada penyelenggara penerima;

3. Uang yang tersimpan dalam rekening penyelenggara penerima pada

penyelenggara penerima lain;

4. Uang yang tersimpan dalam rekening penerima pada penyelenggara penerima

akhir;

5. Uang yang tersimpan dalam rekening penyelenggara penerima yang

dialokasikan untuk kepentingan penerima yang tidak mempunyai rekening

pada penyelenggara tersebut dan/atau;

      

12

(12)

6. Fasilitas cerukan (overdraft) atau fasilitas kredit yang diberikan penyelenggara

kepada pengirim.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah mengatur upaya

penyelesaian yang dapat ditempuh oleh pelaku usaha dan konsumen yang

bersengketa baik melalui pengadilan maupun diluar pengadilan yaitu melalui

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (selanjutnya disebut BPSK). Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan

menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.13

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis

dan kontruksi yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan konsisten.

Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah

berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.14

Adapun penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian sistematik hukum

sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian

pokok/dasar dalam hukum, yakni pertanggung jawaban bank atas pemblokiran

      

13

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 angka 11.

14

(13)

rekening nasabah bank.15 Metode penelitian hukum normatif adalah untuk

mengetahui atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai

suatu masalah yang tertentu. Penelitian ini juga dapat menjelaskan dan

menerangkan kepada orang lain dan bagaimana hukumnya mengenai peristiwa

atau masalah tertentu.16

Adapun sifat penelitian skripsi ini bersifat deskriptif analitis yang

merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan

menganalisis suatu peraturan hukum.17 Penelitian akan menguji, mengkaji

ketentuan-ketentuan penerapan peraturan yang mengatur tentang

pertanggungjawaban bank atas pemblokiran rekening nasabah bank. Jenis

penelitian ini mempergunakan metode yuridis normatif, dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian dengan penelusuran

dokumen atau lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang

ada di perpustakaan.

2. Data penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.18 Sumber data

di dapat dari Data Primer dan Data Sekunder. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara

tidak langsung.

a. Bahan hukum primer

      

15

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajawali, 1985), hlm. 15.

16

C. F. G Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir abad ke-20

(Bandung: Alumni, 1994), hlm. 140. 17

Soerjono Seokanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 63. 18

(14)

Diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder berupa karya-karya ilmiah, berita-berita serta

tulisan dan buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang

diajukan.

c. Bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain

sebagainya.

3. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah

dengan studi dokumen melalui penelusuran pustaka (library research) yaitu

mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga

perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian. Menurut M. Nazil

studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.19

4. Analisis data

      

19

(15)

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data

berikut dengan analisisnya.20 Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan

metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode

penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan

secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui

dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih

khusus.21 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal

dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada

skesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.22

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan ilmiah yang baik, maka penulisan skripsi ini

diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab-bab

yang saling berkaitan satu sama lain.

Adapaun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengenai latar belakang penelitian, yang berisi alasan-alasan

penulis mengambil judul sebagaimana tercantum diatas. Uraian-uraian

dalam bab ini ditujukan sebagai penjelasan awal mengenai

terminologi-terminologi yang digunakan untuk mengemukakan

      

20

Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 69. 21

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.

22

(16)

permasalahan dalam mengidentifikasi masalah sebagai proses

signifikasi pembahasan. Disamping itu untuk mempertegas

pembahasan dicantum pula maksud dan tujuan serta kegunaan

penelitian.

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN JASA

PERBANKAN

Bab ini menjelaskan bagaimana pengaturan perlindungan konsumen

dalam penggunaan jasa perbankan menurut Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia. Dalam

bab ini akan membahas secara normatif bagaimana landasan hukum

pengaturan perlindungan konsumen serta hak dan kewajiban

konsumen dan pelaku usaha, perbuatan yang dilarang bagi pelaku

usaha, dan pencantuman klausula baku di Indonesia.

BAB III BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA JASA

KEPADA KONSUMEN ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI

AKIBAT PEMAKAIAN JASA

Bab ini menjelaskan bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha jasa

kepada konsumen atas kerugian yang dialami akibat pemakaian jasa

menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen serta upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen atas

kerugian yang muncul akibat pemblokiran rekening tersebut.

BAB IV TANGGUNG JAWAB BANK ATAS PEMBLOKIRAN REKENING

NASABAH SECARA SEPIHAK DALAM PUTUSAN

(17)

Bab ini menjelaskan tanggung jawab bank atas pemblokiran rekening

nasabah secara sepihak dalam putusan Mahkamah Agung No.43

K/Pdt.Sus/2013. Bab ini juga berisi kewenangan bank Persero dalam

melakukan pemblokiran atas rekening milik nasabah, serta bagaimana

tanggung jawab bank atas kerugian yang dialami nasabah akibat

adanya pemblokiran rekening tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan

permasalahan yang telah dibahas dan dianalisis, dalam bab ini juga

dikemukakan berbagai saran dari penulis sesuai dengan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kreativitas mengajar guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika. Subjek untuk data

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

b. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang,

TESIS PEMBATALAN PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH NEGARA DEWI HANDAYANI SUDANA... ADLN Perpustakaan

Kerangka Penerapan Hasil Analisis Pengaruh Kompensasi, Iklim Kerja, dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada

Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dnegan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang

Tabel 4.21 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Citra Merek Produk EIGER di Kota Bandung