Ikhsan Sanjaya Saputra, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran di kelas, yaitu kesulitan dalam menemukan metode yang menarik
dan menyenangkan khususnya pada pembelajaran menulis teks eksposisi.
Penelitian ini bermaksud untuk mengujicobakan keefektifan model Blended
Learning dalam pembelajaran menulis teks eksposisi dengan mengetahui hal-hal berikut ini: 1) kemampuan menulis teks eksposisi siswa di kelas eksperimen dan
kelas kontrol, 2) perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks
eksposisi pada siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran
Blended Learning. Penelitian ini dilakukan di SMAN 13 Bandung dengan subjek penelitian kelas X yang berjumlah 31 orang di kelas eksperimen dan 31 orang di
kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data di kelas eksperimen, model
pembelajaran Blended Learning tergolong efektif karena dapat meningkatkan
Ikhsan Sanjaya Saputra, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Ikhsan Sanjaya Saputra, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
IHWAL MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING, DAN
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI
A. Model Pembelajaran
Agar proses pembelajaran berjalan baik maka seorang guru harus dapat
menentukan model pembelajaran yang cocok. Oleh karena itu, pemilihan model harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh karena dapat menentukan tercapai atau tidaknya
sebuah tujuan pembelajaran. Aunurrahman, (2013 : 140). mengemukakan bahwa
model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana
atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran dikelas atau ditempat lain yang melaksanakan
aktivitas pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung kepada model
pembelajaran yang digunakan guru karena model pembelajaran memuat rencana yang
akan guru lakukan di dalam kelas. Seiring dengan berjalannya waktu dan munculnya
berbagai macam inovasi dalam dunia pendidikan maka banyak model-model
pembelajaran yang lahir demi terwujudnya tujuan belajar yang baik.
Salah satu contoh model pembelajaran yang dinilai berhasil dalam proses
pembelajaran menulis teks eksposisi adalah penggunaan model CORE (Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending) yang telah diterapkan oleh Wenie Arsita. Menurut Arsita, (2014:160) terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis
teks eksposisi peserta didik di kelas eksperimen dan kemampuan menulis teks
eksposisi peserta didik di kelas kontrol setelah menggunakan model CORE. Oleh
apakah dapat berhasil diterapkan dalam proses pembelajaran menulis teks eksposisi
atau tidak.
1. Ihwal Model Blended Learning
Salah satu contoh inovasi di dunia pendidikan adalah hadirnya model Blended
Learning. Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended artinya campuran atau
kombinasi yang baik (Husamah, 2014:11).
Bielawski dan Metcalf (dalam Husamah, 2014 : 16) mengemukakan bahwa ‘Blended Learning adalah sebuah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran dimana pengajaran yang disampaikan melalui gabungan pembelajaran online dan tatap muka yang dalam pelaksaannya dilakukan oleh instruktur atau pengajar’.
Selain itu, Chaeruman (dalam Husamah, 2014 : 19) juga berpendapat bahwa
Blended Learning seharusnya mengombinasikan antara potensi pertemuan tatap muka serta teknologi informasi dan komunikasi secara arif, relevan dan tepat sehingga
memungkinkan :
1. terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran yang dulunya lebih terpusat
kepada pendidik (teacher-centered learning) kearah paradigma baru yang
terpusat kepada siswa (student-centered learning;
2. terjadinya peningkatan interaksi antara siswa dengan pendidik/guru, siswa
dengan siswa, siswa dengan konten, siswa dengan sumber belajar lainnya;
dan
3. terjadinya konvergensi antar berbagai metode, media, sumber belajar serta
lingkungan belajar yang relevan
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Blended Learning
adalah perpaduan antara pembelajaran konvensional (tatap muka di dalam kelas)
dengan pembelajaran online (daring).
Penggunaan model Blended Learning menurut (Husamah, 2014 : 225)
1. proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya;
2. mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara
pengajar dan peserta didik;
3. peserta didik dan pendidik dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar; dan
4. membantu proses percepatan pengajaran.
Selain itu, menurut Husamah (2014 : 226) tujuan diterapkannya Blended
Learning adalah sebagai berikut:
1. membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses
belajar sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar;
2. menyediakan peluang yang praktis dan realistis bagi pengajar dan peserta
didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat dan terus berkembang;
dan
3. peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan
menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan pembelajaran online.
Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para peserta didik
dalam pengalaman interaktif, sedangkan kelas online memberikan para
peserta didik dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada
setiap saat, dan di mana saja selama peserta didik memiliki akses internet.
Untuk mengembangkan Blended Learning, Carmen (dalam Husamah, 2014 :
227) menyebutkan ada lima kunci. Adapun kelima kunci dalam mengembangkan
blended learning tersebut yaitu:
1. Live-Event yakni pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkron dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom).
2. Self-Paced Learning, mengombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan pembelajar
belajar kapan saja dan di mana saja dengan menggunakan berbagai bahan
text-based maupun multimedia-text-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya).
3. Collaboration, mengombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa bersifat
lintas sekolah/kampus.
4. Assessment, cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik asesmen). Dalam Blended Learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis
asesmen baik yang bersifat tes maupun nontes, atau tes yang lebih bersifat
otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk proyek, produk dan
lain sebagainya. Di samping itu, bentuk-bentuk asesmen online dan asesmen
offline perlu dipertimbangkan agar memberikan kemudahan dan fleksibilitas kepada peserta belajar untuk mengikuti atau melakukan assessment tersebut.
5. Performance Support Materials (materi pendukung kinerja). Jika kita ingin mengombinasikan pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka
virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut telah
dipersiapkan. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan
belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline maupun
secara online (via website tertentu). Atau, jika pembelajaran online dibantu
dengan suatu Learning Content Management System (LCMS), pastikan juga
bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan
lain sebagainya.
2. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
Inovasi dalam dunia pendidikan tidak luput dari yang namanya kelebihan dan
kekurangan. Fenomena tersebut muncul karena inovasi merupakan pembaruan
terhadap hal tertentu. Sama halnya dengan Blended Learning menurut Husamah
(2014, 36) kelebihan dari Blended Learning adalah sebagai berikut :
1. peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri
2. peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau peserta didik
lain diluar jam tatap muka;
3. kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik diluar jam tatap muka
dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar;
4. pengajar dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet;
5. pengajar dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes
yang dilakukan sebelum pembelajaran;
6. pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan dan
memanfaatkan hasil tes dengan efektif;
7. peserta didik dapat saling berbagi file dengan peserta didik lain;
8. dan masih banyak keuntungan lain dengan memanfaatkan kelebihan
pembelajaran berbasis internet.
Noer (dalam Husamah, 2014 : 36) mengemukakan beberapa kekurangan
blended learning sebagai berikut :
1. media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila
sarana dan prasarana tidak mendukung;
2. tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan
akses internet. Padahal, blended learning memerlukan akses internet yang
memadai, itu tentu akan menyulitkan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran mandiri via online; dan
3. kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik
dan orang tua) terhadap penggunaan teknologi.
Selanjutnya, Kusni (dalam Husamah, 2014 : 37) mengungkapkan bahwa
blended learning juga menyebabkan berbagai masalah terutama bagi pengajar, antara lain :
1. pengajar perlu memiliki keterampulan dalam menyelenggarakan e-learning;
2. pengajar perlu menyiapkan referensi digital yang dapat menjadi acuan bagi
3. pengajar perlu merancang referensi yang sesuai atau terintegrasi dengan
tatap muka; dan
4. pengajar perlu menyiapkan waktu untuk mengelola pembelajaran berbasis
internet, misalnya untuk mengembangkan materi, mengembangkan
instrumen asesmen dan menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan
peserta didik.
B. Ihwal Menulis
1. Pengertian Menulis
Menulis adalah proses menuangkan gagasan atau pendapat dengan sistem
bahasa tertentu agar maksud dan tujuan penulis tersebut tersampaikan. Semi
(2007:14) mengatakan bahwa :
Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan kedalam
lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis itu memiliki tiga aspek
utama. Yang pertama adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai.
Kedua, adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga,
adanya sistem pemindahan gagasan itu yang berupa sistem bahasa.
2. Tujuan Menulis
Tujuan menulis menurut Chaedar (2007:111) adalah menyampaikan pesan
kepada pembaca. Bila tidak dibaca kegiatan menulis akan menjadi sia-sia. Mengajar
menulis antara lain adalah membangun kesadaran bahwa menulis itu bergantung pada
pembaca (reader-dependent) dan kualitas respon pembaca menentukan keberhasilan
komunikasi tulis.
Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 25) merumuskan tujuan menulis adalah
sebagai berikut:
1. tujuan penugasan, ini sebenarnya tidak memilki tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para
siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris yang ditugaskan membuat
2. tujuan altruisti, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan
kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai
perasaan, dan penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan
lebih menyenangkan dengan karyanya itu;
3. tujuan persuasif bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan;
4. tujuan informasional, tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca. Dalam teks eksposisi, tujuan
informasional menjadi sangat penting. Teks eksposisi memberikan informasi
kepada pembaca yang diperkuat dengan fakta atau data yang disajikan oleh
penulis;
5. tujuan pernyataan diri, tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan
diri sang pengarang kepada para pembaca;
6. tujuan kreatif, tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.
Tulisan yang bertujan mencapai nilai- nilai artistik, nilai-nilai kesenian; dan
7. tujuan pemecahan masalah, dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan
masalah yang dihadapi.
C. Ihwal Teks Eksposisi
1. Pengertian Teks Eksposisi
Eksposisi menurut Semi (2007:61) ialah “Tulisan yang bertujuan memberikan informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan dan bagaimana”. Keraf (1982 : 3) mengatakan bahwa eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan
menguraikan suatu pokok pikiran. Tujuan utama dari eksposisi adalah memperluas
pandangan dan pengetahuan seseorang. Ekposisi merupakan bentuk retorika yang
sering dipergunakan dalam menyampaikan uraian-uraian yang tidak berusaha
pendapat penulis. Setiap pembaca memiliki persepsi sendiri, boleh menerima atau
menolak tetapi setidaknya pembaca sudaj mengetahui bahwa ada orang yang
berpendapat demikian. Menurut Chaedar (2007:111) eksposisi adalah tulisan yang
tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik atau mengevalusi sebuah
persoalan. Penulis berniat untuk memberikan informasi atau memberi petunjuk
kepada pembaca.Sehinggga dapat disimpulkan bahwa teks eksposisi merupakan teks
yang berisi pemaparan maupun penjelasan mengenai suatu permasalahan.
Selain itu menurut Kosasih (2014 : 25) teks eksposisi merupakan “Teks yang
menyajikan pendapat atau gagasan yang dilihat dari sudut pandang penulisnya dan
berfungsi untuk meyakinkan pihak lain bahwa argumen-argumen yang
disampaikannya itu benar dan berdasarkan fakta-fakta”.
Dari pengertian teks eksposisi di atas dapat disimpulkan bahwa teks eksposisi
adalah teks yang memberikan informasi kepada pembaca yang diperkuat dengan
fakta atau data yang disajikan oleh penulis.
2. Ciri-ciri Teks Eksposisi
Semi (2007 : 61) mengatakan bahwa hampir semua tulisan tulisan narasi, dapat
digolongkan ke dalam tulisan eksposisi. Sebenarnya, tulisan deskripsi dan
argumentasi adalah bagian dari tulisan eksposisi, karena kedua tulisan ini juga
memberikan pengetahuan, informasi, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan
dan bagaimana. Akan tetapi karena ada sifat khusus yang dimilikinya maka
dinamakan deskripsi dan argumentasi. Ciri-ciri tulisan eksposisi ialah sebagai berikut.
a. Tulisan bertujuan memberikan informasi, pengertian dan pengetahuan.
b. Tulisan itu bersifat menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan dan
bagaimana.
c. Disampaikan dengan gaya yang lugas dan menggunakan bahasa baku.
d. Umumnya disajikan dengan menggunakan susunan logis.
e. Disajikan dengan nada netral tidak memancinng emosi, tidak memihak dan
3. Fungsi Teks Eksposisi
Menurut Kosasih (2014 : 24) berdasarkan fungsi atau tujuan penyampaiannya,
eksposisi tergolong ke dalam jenis teks yang argumentatif. Pembaca atau
pendengarnya diharapkan mendapatkan pengertian ataupun kesadaran tertentu dari
teks tersebut. Tidak sekadar pengetahuan ataupun wawasan baru, tetapi lebih dari itu,
yakni berupa perubahan sikap atau sekurang-kurangnya berupa persetujuan atas
pernyataan-pernyataan di dalam teks tersebut.
4. Struktur Teks Eksposisi
Menurut Kosasih (2014:24) teks eksposisi dibentuk oleh tiga bagian, yakni
sebagai berikut.
a. Tesis, bagian yang memperkenalkan persoalan, isu, atau pendapat umum yang
merangkum keseluruhan isi tulisan. Pendapat tesebut biasanya sudah menjadi
kebenaran umum yang tidak terbantahkan lagi.
b. Rangkaian argumen, yang berisi sejumlah pendapat dan fakta-fakta yang
mendukung tesis.
c. Kesimpulan, yang berisi penegasan kembali tesis yang diungkapkan pada bagian
awal.
Berikut merupakan contoh teks eksposisi.
Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan
International Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012 Tokyo, 9—14 Oktober
2012 lalu. Newsletter resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang
mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. Media itu mengangkat hasil riset
dari McKinsey dan Standard Chartered yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia
akan melampaui Jerman dan Inggris pada tahun 2030.
Keyakinan itu tentu beralasan. Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 90 juta
orang yang berada di kelompok consuming class. Angka ini adalah angka terbesar di
dunia setelah Cina dan India. Dengan kekuatan itu pula, pada tahun 2030 Indonesia
akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia dengan nilai pendapatan nasional
Indonesia saat ini sedang berada pada laju transformasi yang pesat menuju ke
arah tersebut. Saat ini, ekonomi Indonesia berada pada posisi 16 dunia dengan
pendapatan domestik nasional sebesar 846 miliar dolar AS tahun 2011. Angka itu
akan terus tumbuh hingga mencapai 1,8 triliun dolar AS mulai tahun 2017. Pada
tahun 2030 hanya Amerika Serikat, Cina, India, Jepang, Brasil, dan Rusia, yang
berada di atas ekonomi Indonesia.
Kekuatan terbesar ekonomi Indonesia tidak hanya berupa ekspor yang didukung
oleh kekuatan tenaga kerja dan komoditas, tetapi juga kekuatan konsumsi domestik
dan jasa-jasa, yang menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Melihat potensi yang
sedemikian besar, dalam beberapa side meeting siding IMF yang sempat saya ikuti,
para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia.
Harapan para investor tersebut tentu merupakan peluang dan tantangan bagi
Indonesia. Upaya melakukan pendalaman pasar keuangan (Financial deepening)
menjadi penting dalam memberikan ragam pilihan investasi bagi para investor. Di sisi
lain, pembenahan di sektor riil dan infrastruktur perlu terus dilakukan secara serius
guna mendukung arah untuk menjadikan ekonomi Indonesia yang terbesar di Asia
Tenggara.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada kisaran5 persen
hingga 6 persen, apabila dapat terus dipertahankan, akan menambah jumlah
masyarakat kelas menengah hingga 90 juta orang dengan pendapatan per kapita lebih
dari 3.600 dolar AS. Apabila kita mampu mendorong pertumbuhan hingga 7 persen,
jumlah itu bertambah lagi dengan masyarakat menengah mencapai 170 juta orang.
Berbagai perkembangan dari sidang akbar IMF di Tokyo pekan lalu kembali
mengingatkan kita tentang besarnya potensi Indonesia dan sempitnya momentum
yang sedang kita lalui saat ini.
Apabila potensi itu tidak diwujudkan dalam aksi dan momentum yang baik
dilewatkan begitu saja karena kita begitu asyik dengan urusan lain, prediksi para
investor tersebut tidak akan menjadi kenyataan. Tentunya pilihan ada di tangan kita
semua saat ini.
1) Pernyataan pendapat (tesis)
Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan
International Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012 Tokyo, 9-14 Oktober
2012 lalu. Newsletter resmi yang dibagikan IMF pada seluruh peserta sidang
mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. Media itu mengangkat hasil
riset dari McKinsey dan Standard Chartered yang mengatakan bahwa ekonomi
Indonesia akan melampaui Jerman dan Inggris pada tahun 2030.
2) Argumentasi
Keyakinan itu tentu beralasan. Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 90 juta
orang yang berada di kelompok consuming class. Angka itu adalah angka terbesar
di dunia setelah Cina dan India. Dengan kekuatan itu pula, pada tahun 2030 Indonesia
akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia dengan nilai pendapatan nasional
sebesar 1,8 triliun dolar AS dari sektor pertanian, konsumsi, dan energi.
Indonesia saat ini sedang berada pada laju transformasi yang pesat menuju
ke arah tersebut. Saat ini, ekonomi Indonesia berada pada posisi 16 dunia
dengan pendapatan domestik nasional sebesar 846 miliar dolar AS tahun 2011.
Angka itu akan terus tumbuh hingga mencapai 1,8 triliun dolar AS mulai tahun 2017.
Pada tahun 2030, hanya Amerika Serikat, Cina, India, Jepang, Brasil, dan Rusia, yang
berada di atas ekonomi Indonesia.
Kekuatan terbesar ekonomi Indonesia tidak hanya berupa ekspor yang
didukung oleh kekuatan tenaga kerja dan komoditas, tetapi juga kekuatan
konsumsi domestik dan jasa-jasa, yang menjadi motor penggerak ekonomi
nasional. Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting
sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing mengharapkan makin banyak
pilihan investasi di Indonesia.
Harapan para investor tersebut tentu merupakan peluang dan tantangan bagi
Indonesia. Upaya melakukan pendalaman pasar keuangan (Financial deepening)
menjadi penting dalam memberikan ragam pilihan investasi bagi para investor. Di sisi
guna mendukung arah untuk menjadikan ekonomi Indonesia yang terbesar di Asia
Tenggara.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada kisaran 5
persen hingga 6 persen, apabila dapat terus dipertahankan, akan menambah
jumlah masyarakat kelas menengah hingga 90 juta orang dengan pendapatan
per kapita lebih dari 3600 dolar AS. Apabila kita mampu mendorong pertumbuhan
hingga 7 persen, jumlah itu bertambah lagi dengan masyarakat menengah mencapai
170 juta orang.
3) Penegasan ulang pendapat
Berbagai perkembangan dari sidang akbar IMF di Tokyo pekan lalu kembali
mengingatkan kita tentang besarnya potensi Indonesia dan sempitnya momentum
yang sedang kita lalui saat ini.
Apabila potensi itu tidak diwujudkan dalam aksi dan momentum yang baik
dilewatkan begitu saja karena kita begitu asyik dengan urusan lain, prediksi
para investor tersebut tidak akan menjadi kenyataan. Tentunya pilihan ada di
tangan kita semua saat ini.
D. Anggapan Dasar
Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada anggapan dasar sebagai berikut.
1. Menulis karangan eksposisi merupakan salah satu bagian kompetensi dasar
dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang terdapat dalam kurikulum
2013 di tingkat SMA.
2. Pembelajaran online dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana
saja selama dapat mengakses internet.
E. Definisi Operasional
Berikut merupakan uraian definisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Penerapan model Blended Learning dalam pembelajaran menulis teks
pengorganisasian karangan, penggunaan kalimat efektif, pemilihan kata yang
tepat serta penggunaan ejaan yang benar melalui proses yang
mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan sumber belajar online maupun offline dan beragam pilihan
komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa.
2. Teks eksposisi dapat dikatakan sebagai teks yang memberikan informasi
kepada pembaca yang diperkuat dengan fakta atau data yang disajikan oleh
penulis.
3. Kemampuan menulis teks eksposisi adalah kemampuan siswa SMAN 13 Kota
Bandung dalam menulis karangan eksposisi dengan kualitas yang maksimal
dilihat dari kemampuan dalam mengorganisasikan karangan, penggunaan
kalimat efektif, pemilihan kata yang tepat serta penggunaan ejaan yang benar.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah rumusan jawaban atau kesimpulan sementara/masih bersifat
praduga yang harus diuji dengan data yang terkumpul melalui kegiatan penelitian.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2012 : 70).
Berdasarkan dengan tujuan, permasalahan, dan landasan teori dalam penelitian ini maka hipotesis yang dapat dirumuskan oleh peneliti adalah “Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menerapkan model
pembelajaran Blended Learning dengan hasil belajar siswa kelas kontrol yang tidak
Ikhsan Sanjaya Saputra, 2015
Penerapan Model Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Eksperimental
Menurut Syamsuddin dan Vismaia (2011:150) penelitian eksperimental
merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan : “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, apakah yang akan terjadi?” Dalam hal ini peneliti memanipulasikan suatu perlakuan,
stimulus, atau kondisi-kondisi tertentu, kemudian mengamati pengaruh atau
perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan secara sengaja tadi.
Untuk mendapatkan pengaruh yang benar-benar bersih dari faktor-faktor yang tidak
diteliti maka peneliti perlu melakukan kontrol yang cermat terhadap kemungkinan
masuknya pengaruh faktor lain.
Penelitian dengan pendekatan percobaan atau eksperimen dimaksudkan untuk
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship),
dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih
kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol
yang tidak dikenai perlakuan (Danim dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2002).
1. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen
Menurut Syamsuddin dan Vismaia (2011:154), penelitian eksperimen biasanya
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan;
b. mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah;
c. melakukan studi literatur dari berbagai sumber yang relevan,
memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan
merumuskan definisi operasional dan definisi istilah;
d. membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
1) mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi
2) menentukan cara mengontrol;
3) memilih rancangan penelitian yang tepat;
4) menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta
memilih sejumlah subjek penelitian;
5) membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen;
6) membuat instrumen, memvalidasi instrumen, dan melakukan studi
pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk
mengambil data yang diperlukan; dan
7) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis.
e. melaksanakan eksperimen;
f. mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen;
g. mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang
telah ditentukan;
h. menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika
yang relevan untuk menentukan tahap signifikansi hasilnya; dan
i. menginterprestasikan hasil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan
pembuatan laporan.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian control group
pre-test-post-test (Arikunto, 2006:86).
E O1 X O2
K O3 C O4
Gambar 3.1 Desain penelitian
Keterangan :
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
O2 : Tes akhir pada kelas eksperimen
O3 : Tes awal pada kelas kontrol
O4 : Tes akhir pada kelas kontrol
X : perlakuan atau treatment pada kelas eksperimen
C : perlakuan pada kelas kontrol
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012 : 90). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X IIS SMAN 13 Bandung tahun ajaran
2014/2015.
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas X
Jurusan IIS SMAN 13 Bandung Tahun ajaran 2014/2015
Kelas Jumlah Siswa
X IIS 1 35
X IIS 2 31
X IIS 3 31
X IIS 4 34
Jumlah 135
(Sumber: Data SMAN 13 Bandung)
2. Sampel
Menurut Margono (2004: 121) “Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Dalam
pengambilan sampel peneliti menggunakan non random sampling yaitu
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive Sampling adalah penentuan
sampel yang dilakukan dengan cara mengambil sampel yang memiliki ciri-ciri
sehubungan dengan masalah penelitian (Siswanto, 2012 : 48). Oleh karena itu,
eksperimen dan X IIS 3 sebagai kelas kontrol. Dua kelas tersebut dinilai memiliki
ciri-ciri dan karakteristik yang berhubungan dengan masalah penelitian. Selain itu,
pemilihan tersebut didasari bahwa materi menulis teks eksposisi dipelajari pada kelas
X. Selain itu, pemilihan kelas X IIS 2 sebagai kelas eksperimen karena penerapan
model Blended Learning menggunakan teknologi atau gadget dalam pelaksanaannya
dan kelas X IIS 2 dinilai paling siap dalam hal itu.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui hasil belajar siswa peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes. Menurut Arikunto (2011 : 53) “Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Berdasakan rumusan masalah yang telah
disinggung di awal mengenai apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Blended
Learning dengan hasil belajar siswa kelas kontrol yang tidak menerapkan model Blended Learning dalam pembelajaran menulis teks eksposisi? Maka peneliti menyimpulkan instrumen yang akan dipakai sebagai berikut.
Soal prates dan pascates
1. Buatlah karangan eksposisi bertema ekonomi berdasarkan ketentuan berikut
ini.
a. Judul sesuai dengan isi karangan
b. Menggunakan struktur teks eksposisi sebagai berikut
1) Tesis
2) Rangkaian argumentasi
3) Kesimpulan
1) Kriteria Penilaian
Tabel 3.2
Profil Penilaian Kegiatan Siswa Dalam Menulis Teks Eksposisi
PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA
DALAM MENULIS TEKS EKSPOSISI
Nama :
Judul :
Skor Kriteria Komentar
ISI
27—30
Sangat baik—sempurna:
menguasai topik tulisan;
substantif; pengembangan
pernyataan pendapat (tesis),
argumentasi, penegasan ulang
pendapat secara lengkap;
relevan dengan topik yang
dibahas
22—26
Cukup—baik:
cukup menguasai permasalahan;
cukup memadai; pengembangan
tesis terbatas;
relevan dengan topik, tetapi
kurang terperinci
17—21
Sedang—cukup:
penguasaan permasalahan
terbatas; substansi kurang;
pengembangan topik tidak
13—16
Sangat kurang—kurang:
tidak menguasai permasalahan;
tidak ada substansi; tidak
relevan; tidak layak dinilai
STRUKTUR
KARANGAN
TEKS
EKSPOSISI
18—20
Sangat baik—sempurna:
ekspresi lancar; gagasan
terungkap padat, dan jelas;
tertata dengan baik; urutan logis
(pernyataan pendapat (tesis),
argumentasi, penegasan ulang
pendapat); kohesif
14—17
Cukup—baik:
kurang lancar; kurang
terorganisasi, tetapi ide utama
ternyatakan; pendukung
terbatas; logis, tetapi tidak
lengkap
10—13
Sedang—cukup:
tidak lancar; gagasan kacau atau
tidak terkait; urutan dan
pengembangan kurang logis
7—9
Sangat kurang—kurang:
tidak komunikatif; tidak
terorganisasi; tidak layak dinilai
18—20
Sangat baik—sempurna:
pilihan kata dan ungkapan
efektif; menguasai pembentukan
kata; penggunaan register tepat;
KOSAKATA
konjungsi spasial, penambahan,
perbandingan, waktu, sebab
akibat dan penghubung
koordinatif serta subordinatif
tepat; menguasai kata dan
kelompok kata fakta dan opini,
termasuk penggunaan modalitas
dengan benar
14—17
Cukup—baik:
penguasaan kata memadai;
pilihan, bentuk, dan penggunaan
kata/ungkapan, pemarkah atau
konjungsi spasial, penambahan,
perbandingan, waktu, sebab
akibat dan penghubung
koordinatif serta subordinatif,
modalitas kadang-kadang salah,
tetapi tidak mengganggu
10—13
Sedang—cukup:
penguasaan kata terbatas; sering
terjadi kesalahan bentuk,
pilihan, dan penggunaan
kosakata/ungkapan, pemarkah
atau konjungsi spasial,
penambahan, perbandingan,
waktu, sebab akibat dan
penghubung koordinatif serta
subordinatif, dan modalitas;
tidak jelas
7—9
Sangat kurang—kurang:
pengetahuan tentang kosakata,
ungkapan, dan pembentukan
kata rendah; tidak layak nilai
KALIMAT
18—20
Sangat baik—sempurna:
konstruksi kompleks dan efektif;
terdapat hanya sedikit kesalahan
penggunaan bahasa
(urutan/fungsi kata, artikel,
pronomina, preposisi); terdapat
hanya sedikit kesalahan
penggunaan kohesi gramatikal
dan leksikal dan kalimat
simpleks dan kompleks
14—17
Cukup—baik:
konstruksi sederhana, tetapi
efektif; terdapat kesalahan kecil
pada konstruksi kompleks;
terjadi sejumlah kesalahan
penggunaan bahasa
(fungsi/urutan kata, artikel,
pronomina, preposisi); terjadi
sejumlah kesalahan penggunaan
kohesi gramatikal dan leksikal
dan kalimat simpleks dan
kompleks tetapi makna cukup
jelas
terjadi kesalahan serius dalam
konstruksi kalimat
tunggal/kompleks (sering terjadi
kesalahan pada kalimat negasi,
urutan/fungsi kata, artikel,
pronomina, kalimat fragmen,
pelesapan; terjadi kesalahan
serius dalam penggunaan
kohesi gramatikal dan leksikal
dan kalimat simpleks dan
kompleks makna
membingungkan atau kabur.
7—9
Sangat kurang—kurang:
tidak menguasai tata kalimat;
terdapat banyak kesalahan pada
konstruksi kompleks,
penggunaan kohesi gramatikal
dan leksikal dan kalimat
simpleks dan kompleks; tidak
komunikatif; tidak layak dinilai.
MEKANIK
9—10
Sangat baik—sempurna:
menguasai aturan penulisan;
terdapat sedikit kesalahan
ejaan,tanda baca, penggunaan
huruf kapital, dan penataan
paragraf.
7—8
Cukup—baik:
kadang-kadang terjadi kesalahan
huruf kapital, dan penataan
paragraf, tetapi tidak
mengaburkan makna
4—6
Sedang—cukup:
sering terjadi kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf
kapital, dan penataan paragraf;
tulisan tangan tidak jelas; makna
membingungkan atau kabur
1—3
Sangat kurang—kurang:
tidak menguasai aturan
penulisan; terdapat banyak
kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf; tulisan tidak
terbaca; tidak layak dinilai.
Diadaptasi dari Buku Guru Bahasa Indonesia Kurikulum 2013
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian
eksperimen ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
a. peneliti menentukan materi yang akan diberikan kepada kelas eksperimen dengan menerapkan model Blended Learning;
b. peneliti menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen;
c. peneliti membuat e-mail khusus yang digunakan untuk proses registrasi akun “Quipper School”;
d. peneliti membuat akun “Quipper School” untuk melakukan pembelajaran online;
f. peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk kelas kontrol yang tidak menerapkan model Blended Learning;
g. peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk kelas
eksperimen yang menerapkan model Blended Learning;
h. peneliti melakukan sosialisasi kepada siswa mengenai Blended Learning dan fungsi dari “Quipper School” dalam pelaksanaan Blended Learning; dan i. siswa melakukan pembuatan akun “Quipper School” secara bersama-sama
maupun mandiri.
2. Pelaksanaan
a. peneliti memberikan materi memproduksi teks eksposisi di dalam kelas (dilaksanakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen);
b. peneliti melakukan diskusi di dalam kelas mengenai materi memproduksi teks eksposisi (dilaksanakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen);
c. peneliti memberikan materi pembelajaran dalam akun “Quipper School” (dilaksanakan pada kelas eksperimen);
d. peneliti dan siswa melaksanaan pembelajaran online melalui akun “Quipper School” sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (dilaksanakan pada kelas eksperimen);
e. peneliti memberikan sumber belajar tambahan;
f. peneliti memantau aktivitas siswa kelas eksperimen ketika pelaksanaan blended learning dan siswa pada kelas kontrol yang tidak menerapkan model blended learning (dilaksanakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen); dan
g. peneliti melaksanakan kegiatan blended learning selama kurang lebih 6 jam pelajaran (3 pertemuan) pada kelas eksperimen.
3. Evaluasi
a. peneliti memberikan soal tes untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen;
c. peneliti membandingkan hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan atau tidak
setelah penerapan model blended learning (pada kelas eksperimen).
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data penelitian terkumpul melalui pra tes dan pasca tes,
selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus
statistik yang relevan untuk mengetahui tingkat keberhasilan hasil penelitian
yang telah dilakukan peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti
dalam mengolah data penelitiannya adalah sebagai berikut.
1. Memberikan penilaian terhadap hasil menulis teks eksposisi siswa dari setiap
aspek yang dinilai. Penilaian ini dilakukan oleh tiga orang penilai, yaitu:
a. Karnita, S. Pd, selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 13
Bandung.
b. Martha Widya R. selaku guru praktikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di
SMAN 13 Bandung
c. Ikhsan Sanjaya Saputra, selaku guru praktikan Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia di SMAN 13 Bandung.
2. Mengolah skor prates dan pascates menjadi nilai dengan rumus :
Nilai = ∑∑ � x 100
Tabel 3.3
Penilaian Karangan Eksposisi Berdasarkan Skor
No Kategori Rentang Nilai
1 Baik Sekali 86-100
2 Baik 76-85
3 Cukup 56-75
4 Kurang 10-55
3. Uji reliabilitas antarpenimbang
Uji reliabilitas antarpenimbang ini digunakan untuk mengetahui tingkat
antarpenimbang ini merupakan perangkat pengolahan data yang berfungsi agar
penilai tidak melakukan kesubjektifitasan dalam menilai hasil belajar siswa.
Berikut adalah langkah-langkah penghitungan reliabilitas antar penimbang:
a. Menghitung jumlah kuadrat siswa
SSt∑ t2 = ∑ ∑
� - ∑
��
b. Menghitung kuadrat penguji
SSp∑ p2 = ∑ ∑� - ∑��
c. Menghitung kuadrat total
SStot∑ �2t = ∑ �2 - ∑
��
d. Menghitung jumlah kekeliruan
SSkk∑ 2kk = SStot∑ �2t - SSt∑ t2
Hasil penghitungan data di atas dimasukkan ke dalam tabel ANAVA
(Analisys Of Varian)
Tabel 3.4 Format ANAVA
Variasi SS DK Varians
Siswa SSt∑ t2 N-1 SSt ∑ tN− (Vt)
Penguji SSp∑ p2 K-1 -
Kekekliruan SSkk∑ 2kk (N-1) (K-1) SSkk ∑ kk
N− K− (Vkk)
Reliabilitas antarpenimbang dihitung dengan rumus :
rxy= −�
�
keterangan:
rxy= reliabilitas yang dicari
Vt = Varian tes
Setelah itu, hasil penilaian disesuaikan dengan tabel Guilford berikut.
Tabel 3.5 Tabel Guilford
Rentang Kriteria
0,08-1,00 Korelasi reliabilitas sangat tinggi
0,60-0,80 Korelasi reliabilitas tinggi
0,40-0,60 Korelasi reliabilitas sedang
0,20-0,40 Korelasi reliabilitas rendah
0,00-0,20 Korelasi reliabilitas sangat rendah
(Subana,dkk, 2005 : 132)
4. Melakukan uji normalitas nilai hasil prates dan pascates dengan rumus
chi-kuadrat.
Berikut ini langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung Chi Kuadrat
(� menurut Sudjana (2000 : 77-169)
a. Menentukan skor terbesar dan terkecil
b. Menentukan Rentangan (R)
R = skor terbesar – skor terkecil
c. Menentukan banyaknya kelas (BK)
BK = 1+3,3 log n (Rumus Sturgess)
d. Menentukan panjang kelas (i)
i = �
��
e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No. Kelas
Interval �
Nilai Tengah
��
�� �.� �. ��
1
2
f. Menentukan rata-rata �̅
�̅ = ∑∑�.� �
g. Menentukan simpangan baku (S)
= √�. ∑ �.�� − ∑ �.� � � −
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara :
1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah
0,5.
2) Mencari nilai Z-score untuk kelas batas interval dengan rumus :
� = ��− ̅ (Sudjana, 2000 : 169)
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel Kurva Normal dari 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk kelas batas.
4) Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan mengurangkan
angka-angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka
baris kedua dikurangi angka baris ketiga dan begitu seterusnya.
Kecuali untuk angka yang berbeda pada baris tengah ditambahkan
dengan angka pada baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe). Dengan cara mengalikan
luas tiap interval dengan jumlah responden (n).
i. Mencari Chi-Kuadrat hitung (� h)
� h = ∑ − �=
(Sudjana, 2004 : 180)
j. Membandingkan (� h) dengan (� t)
Dengan kriteria keputusan :
- Jika, � h ≤ nilai � t , maka distribusi data normal
- Jika, � h> nilai � t , maka distribusi data tidak normal
Keterangan :
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan
5. Melakukan uji homogenitas
Dalam melakukan uji homogenitas, peneliti menggunakan metode Uji Varians
(Uji F). Berikut adalah langkah-langkah Uji F :
a. Menghitung varians terbesar dan varians terkecil :
� ℎ� � = � �
� � �
(Arifin, 2011 : 286)
b. Bandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel Dengan rumus :F tabel = Fα
Dan derajat kebebasan (dk) = dk � � − / dk � � � −
Kriteria pengujian :
- Jika : Fhitung <Ftabel, maka data homogen
- Jika : Fhitung Ftabel, maka data tidak homogen
6. Melakukan uji t
Dalam membandingkan perbedaan variabel yang dihipotesiskan, peneliti
menggunakan uji t. Adapun hipotesis yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
� ∶ � = � tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Blended Learning dengan
hasil belajar siswa kelas kontrol yang tidak menerapkan model Blended
Learning.
dengan hasil belajar siswa kelas kontrol yang tidak menerapkan model
pembelajaran Blended Learning.
Uji t bertujuan untuk mencari makna hubungan antar variabel. Pengujian
hipotesis (Uji t) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
= �̅ − �̅ √� + �
Yang mana :
= √ � −� + � −+ � −
(Sudjana, 2004:162)
Keterangan :
t = nilai ℎ� �
� = nilai rata rata kelas pertama
� = nilai rata rata kelas kedua
s = simpangan baku
� = jumlah sampel kelas pertama
� = jumlah sampel rata kelas pertama
Setelah mengetahui jumlah t hitung, langkah selanjutnya adalah mencari t tabel
dengan menggunakan tabel distribusi t dengan derajat kebebasan � + � −
Kriteria :
- Jika nilai ℎ� �> nilai maka � ditolak dan menerima � , artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran Blended Learning dengan hasil belajar siswa
kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran Blended Learning.
- Jika nilai ℎ� � nilai maka � diterima dan menolak � , artinya tidak
terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menerapkan
model pembelajaran Blended Learning dengan hasil belajar siswa kelas kontrol
G. Langkah Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMAN 13 BANDUNG
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X (Sepuluh) / 1 (Satu)
Topik :Budaya Berpendapat di Forum
Ekonomi dan Politik
Materi : Menulis teks eksposisi
Alokasi Waktu : 6 X 45 Menit
A. Kompetensi Inti
Sikap:
KI1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI2: Menghayati dan mengamalkan perilaku perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
Pengetahuan:
KI 3:Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
rasa prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah
Keterampilan:
KI4: Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung
B. Kompetensi Dasar
4.2 Memproduksi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, dan negosiasi yang koheren
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Membuat teks eksposisi tentang konflik sosial, politik, ekonomi, dan kebijakan
publik dengan tahapan yang benar: tesis, argument sepihak, reiterasi.
2. Menggunakan kohesi gramatikal dan leksikal dan kalimat simpleks dan
kompleks dalam mengeksposisikan konflik sosial, politik, ekonomi, dan
kebijakan publik.
3. Menggunakan pemarkah atau konjungsi spasial, penambahan, perbandingan,
waktu, sebab akibat dan penghubung koordinatif serta subordinatif dengan
benar dalam teks eksposisi.
4. Membuat kata dan kelompok kata fakta dan opini, termasuk penggunaan
modalitas dengan benar dalam mengeksposisikan konflik sosial, politik,
ekonomi, dan kebijakan publik.
D. Strategi/Metode/Pendekatan Pembelajaran
PERTEMUAN 1 ( 2 x 45 Menit)
Tahapan Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
1. Memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa,
mengecek kehadiran, dan menyiapkan siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
2. Apersepsi:
Guru melakukan apersepsi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam tema “Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik”.
Guru membangun konteks dan memberikan
pemahaman kepada siswa tentang bagaimana
cara mengajukan atau menyampaikan pendapat
dalam berbagai forum resmi, terutama di forum
politik dan ekonomi agar minat siswa tumbuh.
3. Motivasi : Guru memberikan informasi kepada
siswa mengenai kompetensi yang harus dicapai
siswa sesuai dengan materi yang akan dibahas
10 menit
Kegiatan Inti Mengamati
Siswa mengamati dan mencari informasi melalui buku pelajaran serta penjelasan dari guru tentang
materi sesuai dengan indikator yang telah ditentukan
Siswa mencari dan mengamati buku yang berisi pendapat pakar ekonomi Indonesia atau pendapat
pengamat politik Indonesia.
Siswa mengamati dan membaca teks eksposisi yang berjudul “Ekonomi Indonesia akan Melampaui Jerman dan Inggris”,
Menanya
Siswa bertanya jawab dengan siswa lain tentang fungsi teks eksposisi.
Siswa bertanya jawab dengan siswa lain tentang struktur teks eksposisi.
Siswa bertanya jawab dengan siswa lain tentang ciri kebahasaan teks eksposisi.
Menalar
Siswa berdiskusi mengidentifikasi bagian-bagian teks eksposisi.
Siswa berdiskusi tentang struktur teks eksposisi
Siswa berdiskusi tentang ciri kebahasaan teks eksposisi
Mencoba
Siswa mengurutkan isi teks eksposisi berdasarkan
struktur teks untuk mempertajam pemahaman
tentang teks eksposisi
Siswa menggunakan unsur kebahasaan untuk
kemahiran berbahasa dalam mendukung
pemahaman teks eksposisi secara lisan dan tulisan
Mengomunikasikan
Siswa menyampaikan hasil pemahaman tentang
bentuk teks eksposisi secara lisan dan tulisan
Siswa menyampaikan hasil penulisan ulang teks eksposisi
Refleksi
Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
Kegiatan
Penutup
Guru memberikan penjelasan dan pemahaman
mengenai Blended Learning
Siswa membuat email untuk dapat mengakses
akun ‘Quipper School’
Guru melakukan refleksi dengan meminta
tanggapan kepada siswa.
Evaluasi
Guru memberikan tes evaluasi lisan dalam beberapa
PERTEMUAN 2 ( 2 x 45 Menit)
Tahapan Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
1. Memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa,
mengecek kehadiran, dan menyiapkan siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
2. Apersepsi:
Guru melakukan apersepsi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam tema “Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik”.
Guru mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya yang berkaitan dengan materi pada
pertemuan hari ini, yaitu menulis teks eksposisi
Motivasi : Guru memberikan informasi kepada
siswa mengenai kompetensi yang harus dicapai
siswa sesuai dengan materi yang akan dibahas
10 menit
Kegiatan Inti Mengamati
Siswa membaca kembali teks eksposisi untuk
memahami kembali struktur teks.
Siswa membaca teks eksposisi yang lain dari berbagai sumber
Siswa membaca teks untuk memahami ciri
kebahasaan dalam teks eksposisi.
Menanya
Siswa bertanya jawab dengan siswa lain tentang cara menata dan menanggapi teks eksposisi.
Siswa bertanya jawab dengan siswa lain tentang struktur teks eksposisi.
Menalar
Siswa membuka akun “Quipper School” untuk
mendapatkan informasi dan penjelasan tentang
materi mengenai teks eksposisi
Siswa berdiskusi tentang kesesuaian isi teks eksposisi yang dibaca berdasarkan struktur dan ciri
kebahasaan teks.
Siswa berdiskusi tentang sumber-sumber yang akan dijadikan bahan tulisan teks eksposisi
Mencoba
Siswa mengurutkan kembali teks eksposisi untuk mempertajam pemahaman
Siswa menguraikan struktur teks eksposisi (yang lain) untuk mempertajam pemahaman
Siswa menyusun hal-hal penting yang akan
dituliskan dalam teks eksposisi sesuai dengan
struktur teks eksposisi.
Siswa mengidentifikasi ciri kebahasaan yang akan digunakan dalam teks eksposisi untuk mendukung
tulisan.
Siswa mengembangkan tulisan teks eksposisi
berdasarkan struktur teks
Siswa menelaah teks berdasarkan struktur
Siswa menelaah teks berdasarkan ciri kebahasaan
Siswa menata dan menanggapi teks eksposisi
Mengomunikasikan
Siswa menyampaikan hasil telaah teks eksposisi yang disusun kelompok lain berdasarkan isi dan
struktur teks eksposisi
Siswa menyampaikan hasil penataan teks eksposisi Kegiatan
Penutup
Refleksi
Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
Guru menentukan jadwal pembelajaran online
melalui “Quipper School” dan menentukan topik
yang akan dibahas yaitu menulis teks eksposisi
Guru memberikan materi dan penjelasan dalam
“Quipper School” mengenai menulis teks
eksposisi
Guru melakukan refleksi dengan meminta
tanggapan kepada siswa.
Evaluasi
Guru memberikan tes evaluasi lisan dalam beberapa
butir soal
PERTEMUAN 3 ( 2 x 45 Menit)
Tahapan Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
1. Memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa,
mengecek kehadiran, dan menyiapkan siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
2. Apersepsi:
Guru melakukan apersepsi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam tema “Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik”.
Guru mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya yang berkaitan dengan materi pada
pertemuan hari ini, yaitu menulis teks eksposisi
Motivasi : Guru memberikan informasi kepada
siswa mengenai kompetensi yang harus dicapai
siswa sesuai dengan materi yang akan dibahas
10 menit
Kegiatan Inti Mengamati
Siswa membaca kembali atau mencari contoh lain teks eksposisi
Menanya
Siswa bertanya jawab dengan siswa lain tentang penyusunan teks eksposisi untuk mempertajam
pemahaman
Menalar
Siswa mencari informasi tentang struktur teks eksposisi dari berbagai sumber termasuk dari “Quipper School”
Mencoba
Siswa menyusun teks eksposisi berdasarkan
data/informasi yang diperoleh
Mengomunikasikan
Siswa menyampaikan hasil tulisan teks eksposisi secara tulis
Siswa menanggapi saran dari teman/guru untuk perbaikan dalam penulisan teks eksposisi
Kegiatan
Penutup
Refleksi
Guru melakukan refleksi dengan meminta tanggapan
kepada siswa serta menyimpulkan materi
pembelajaran. Selanjutnya menginformasikan materi
untuk pertemuan berikutnya.