• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN SISTEM

8.1. Analisis Kebutuhan Sistem

Tahap ini, dilakukan inventarisasi kebutuhan pentingnya eco-spatial

behavior (ESB) pada penghunian permukiman rumah susun KBBK (KBBK)

dari stakeholder (pemangku kepentingan) yang terlibat, sebagai masukan dalam model. Masing-masing pemangku kepentingan memiliki kebutuhan dan pandangan terhadap permasalahan-permasalahan ESB penghunian rumah susun. Pemangku kepentingan tersebut adalah pemerintah, swasta (arsitek, developer), penghuni, perhimpunan penghuni rumah susun dan kalangan akademisi. Analisis kebutuhan penghunian rumah susun KBBK berdasarkan pendekatan ESB disajikan pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1 Analisis kebutuhan ESB penghunian permukiman rumah susun di KBBK

No. Pemangku

kepentingan Kebutuhan

 Partisipasi semua pemangku kepentingan terhadap kebutuhan ESB pada penghunian permukiman rumah susun

 Pengelolaan kawasan kumuh dapat segera diatasi  Adanya dukungan dari sektor swasta (developer) untuk ikut

berpartisipasi dalam pengembangan permukiman rumah susun di KBBK

 Terjaganya kualitas lingkungan

 Jumlah penduduk pendatang dapat dibatasi untuk menghindari semakin berkembangnya kawasan kumuh

 Minimisasi terjadinya konflik

 Penataan ruang kawasan permukiman sesuai dengan RTRW  Masyarakat mematuhi aturan-aturan tentang pemanfaatan ruang dan

lingkungan 1. Pemerintah

Swasta

 Adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah bagi sektor swasta yang ingin berinvestasi dalam pengadaan kawasan rumah susun.

 Adanya jaminan hukum atas usaha investasi pembangunan kawasan rumah susun.

 Keringanan tingkat bunga 2.

2.a. Developer

No. Pemangku

kepentingan Kebutuhan

 Terwujudnya seting spasial permukiman rumah susun yang dapat memenuhi fungsi rumah bagi penghuninya

 Terwujudnya seting spasial yang dapat menstimulus penghuni agar berperilaku ESB

 Terwujudnya seting spasial yang dapat memecahkan permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan pada permukiman rumah susun di perkotaan

 Terciptanya lingkungan permukiman layak dalam lingkungan yang sehat

2.b Arsitek/perencana lingkungan

 Memperoleh hunian rusun yang layak secara teknis dalam lingkungan yang sehat dengan harga terjangkau/tidak mahal

 Memperoleh hunian rusun sebagai tempat tinggal yang memenuhi fungsi hunian/rumah.

 Memperoleh kelengkapan fasilitas permukiman rusun seperti saranapendidikan, sarana hiburan, sarana olahraga, sarana

peribadatan, sarana kesehatan dan sarana-sarana penunjang lainnya.  Memperoleh keamanan dan kepastian hukum atas segala fasilitas

yang mereka miliki

 Tinggal dalam lokasi yang strategis letaknya seperti : dekat dengan tempat kerja, tempat pendidikan dan tempat-tempat penting lainnya terutama pasar serta kemudahan aksesibilitas dan transportasi menuju lokasi hunian dari dan ke lokasi-lokasi tujuan

3. Penghuni

 Minimisasi konflik antara pemangku kepentingan

 Adanya kepedulian dari pemerintah dan swasta mengenai pentingnya perwujudan permukiman yang layak bagi warga penghuni rumah susun

 Adanya keseriusan dari semua pihak akan pentingnya menjaga kualitas permukiman rusun dan lingkungannya

 Terpeliharanya fungsi rumah susun sebagai tempat tinggal terutama dari unsur teknis ruang dan bangunan

4. Perhimpunan Penghuni

 Adanya penyelesaian masalah terhadap segala permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi di wilayah perkotaan yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan permukiman

 Adanya tanggapan dari pemerintah dan swasta atas temuan-temuan ilimiah atau akademis yang ada selama ini untuk dapat diupayakan sebagai alat bantu pengembangan kawasan permukiman yang baik 5 Kalangan perguruan

tinggi (akademisi)

 Keterlibatan dalam pengembangan kawasan permukiman yang baik Sumber: Hasil analisis (20010)

8.2. Formulasi Masalah

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada Tabel 8.1 terlihat bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang sejalan (sinergis) dan kontradiktif. Kebutuhan pada “kualitas lingkungan terjaga (tidak adanya pencemaran lingkungan)” dan “tidak ada konflik sosial”, adalah merupakan kebutuhan yang sinergis bagi semua pelaku sistem. Sementara itu “kebutuhan akan tersedianya kawasan rumah hunian yang layak dengan harga terjangkau tersedianya fasilitas-fasilitas perumahan yang memadai yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang mendukung dan kondisi letak yang strategis” merupakan kebutuhan masyarakat setempat yang acap kali

kontradiktif dengan pemangku kepentingan lainnya. Kebutuhan yang kontradiktif dapat dikenali berdasarkan adanya perbedaan kepentingan. Adanya faktor-faktor yang merupakan kebutuhan kontradiktif yang telah teridentifikasi pada saat analisis kebutuhan ini dapat menyebabkan tujuan sistem sulit tercapai, bahkan tidak akan tercapai (Hartisari, 2007). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pemangku kepentingan, uraian permasalahan dalam model pengembangan ESBadalah sebagai berikut: 1. Pemenuhan standard teknis bangunan rumah susun;

2. Permintaan terhadap pelayanan publik dan fasilitas umum; 3. Aturan spesifik yang mengatur penghunian di rumah susun; 4. Kesesuaian peruntukan permukiman pada tata ruang (RTRW); 5. Bangunan rumah susun berfungsi penuh sebagai tempat hunian; 6. Masalah kriminalitas;

7. Seting spasial yang memenuhi kebiasaan tinggal/budaya setempat; 8. Seting spasial yang adaptabel terhadap kebutuhan keluarga; 9. Kemampuan adaptasi/coping hunian yang rendah;

10. Kondisi interaksi sosial antar manusia dalam rumah susun (kekerabatan & kebetahan);

11. Kualitas/pengelolaan lingkungan hunian yang baik; dan

12. Kesempatan meningkatkan kesejahteraan melalui mendapatkan tambahan penghasilan, meningkatnya pengetahuan, kesehatan, dan kesenangan.

Oleh karena itu, perlu dicarikan solusinya. Pendekatan yang dapat digunakan untuk itu adalah menyusun diagram lingkar sebab-akibat

(causal-loop diagram) atau diagram input-output (black box diagram).

8.3. Identifikasi Sistem

Secara garis besar ada enam kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja suatu sistem, yaitu: (1) variabel output yang dikehendaki, yang ditentukan berdasarkan hasil analisa kebutuhan, (2) variabel output yang tidak dikehendaki, (3) variabel input yang terkontrol, (4) variabel input yang tidak terkontrol, (5) variabel input lingkungan dan (6) variabel kontrol sistem (Manecth dan Park, 1977). Pada sistem pengembangan ESB penghunian rumah susun KBBK dengan pendekatan ESB, variabel-variabel yang

mempengaruhi sistem tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 8.1 berikut ini.

Pada Gambar 8.1 terlihat bahwa dalam sistem pengembangan ESB penghunian rumah susun KBBK, masukan/input yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan adalah input lingkungan, input terkontrol, dan input tak terkontrol. Input lingkungan mencakup peraturan dan perundangan. Input terkontrol merupakan input/masukan yang dapat dikendalikan/dikontrol pelaksanaan manajemennya dalam sistem pengembangan ESB permukiman rumah susun berkelanjutan, sedangkan input tidak terkontrol merupakan input/masukan yang tidak dapat dikontrol.

Variabel-variabel yang mencakup input terkontrol adalah merupakan hasil uraian analisis prioritas atas elemen permasalahan dalam membangun sistem, yaitu Pola perilaku ekslusivisme permukiman kota, tingkat kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat kota, permintaan terhadap pelayanan publik, penataan ruang yang tidak teratur berdampak terhadap tekanan Ruang Terbuka Hijau, masalah kriminalitas, kurangnya pelayanan infrastruktur dan permukiman kemampuan adaptasi yang rendah, kondisi interaksi sosial antar manusia dalam rumah susun, kondisi penghuni belum dibekali oleh sikap dan kesiapan mental maupun perilaku yang cocok untuk hidup di rumah susun, dan pola kebiasaan perilaku yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan rumah susun

Variabel-variabel yang termasuk input tidak terkontrol yaitu kondisi politik dan ekonomi regional dan nasional, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, tekanan LSM dan Publik, arus informasi dan budaya luar, kondisi iklim, dinamika wilayah regional (perubahan wilayah akibat pelaksanaan pembangunan, dinamika sosial lingkungan regional (arus mudik penduduk), dinamika penduduk, Perubahan pola perilaku akibat proses akulturasi kebudayaan dan lain-lain.

Gambar 8.1 Variabel-variabel yang mempengaruhi pengembangan kawasan penghunian rumah susun KBBK

Inp ut ta k te rko ntro l

1. Ko nd isi p o litik d a n e ko no mi re g io na l d a n na sio na l 2. Ke b utuha n d a n ke p e nting a n ma sya ra ka t 3. Te ka na n LSM d a n Pub lik

4. Arus info rma si d a n b ud a ya lua r 5. Ko nd isi iklim 6. Dina mika w ila ya h

re g io na l (p e rub a ha n w ila ya h a kib a t p e la ksa na a n p e mb a ng una n 7. Dina mika so sia l

ling kung a n re g io na l (a rus mud ik p e nd ud uk),

O utp ut ya ng tid a k d iing inka n

1. Kura ng p e d uli te rha d a p ling kung a n

2. Pe ma nfa a ta n SD p e rmukima n ruma h susun tid a k e fisie n

3. Ke a ma na n d a n ke te rtib a n ling kung a n ya ng kura ng b a ik

4. Kura ng o p tima l d a la m p e ma nfa a tka n rua ng milik b e rsa ma b a g i ke p e nting a n b e rsa ma

5. Pe nuruna n kua lita s ruma h ya ng d ihuni 6. Ke se ja hte ra a n p e ng huni m e nurun 7. Ke se ha ta n ya ng kura ng b a ik 8. Ke se na ng a n d a n ke nya ma na n ting g a l m e nurun

O utp ut ya ng d iing inka n

1. Ke p e d ulia n te rha d a p ling kung a n

2. Pe ma nfa a tka n SD p e rmukima n ruma h susun se c a ra e fisie n d a n b e rke la njuta n 3. Ke a ma na n d a n

ke te rtib a n ling kung a n ya ng b a ik

4. O p tima lisa si

p e ma nfa a tka n rua ng milik b e rsa ma b a g i ke p e nting a n b e rsa ma 5. Me ning ka tnya kua lita s

ruma h ya ng d ihuni 6. Ke se ja hte ra a n p e ng huni m e ning ka t 7. Ke se ha ta n ya ng b a ik 8. Ke se na ng a n d a n ke nya ma na n ting g a l Eva lua si d a n Ma na je m e n Pe ng e m b a ng a n ESB p a d a Pe rm ukim a n Rum a h Susun

Inp ut Ling kung a n

UU No. 4/1992 Perumahan dan Permukiman UU No.23/1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No.32/2004 Pemerintah Daerah

UU No.26/2007 Penataan Ruang Kapasitas Hukum/PP

Mo d e l p e ng e m b a ng a n e c o - sp atial b e havio r p a d a rum a h susun

Inp ut te rko ntro l

1. Pe me nuha n sta nd a rd te knis b a ng una n ruma h susun 2. Pe rminta a n te rha d a p p e la ya na n p ub lik d a n fa silita s umum 3. Atura n sp e sifik ya ng m e ng a tur p e ng hunia n d i ruma h susun 4. Ke se sua ia n p e runtuka n p e rmukima n p a d a ta ta rua ng (RTRW)

5. Ba ng una n ruma h susun b e rfung si p e nuh se b a g a i te mp a t hunia n 6. Ma sa la h krimina lita s 7. Se ting sp a sia l ya ng m e m e nuhi ke b ia sa a n ting g a l/ b ud a ya se te mp a t 8. Se ting sp a sia l ya ng a d a p ta b e l te rha d a p ke b utuha n ke lua rg a 9. Ke ma mp ua n

a d a p ta si/ c o p ing hunia n ya ng re nd a h

10.Ko nd isi inte ra ksi so sia l a nta r ma nusia d a la m ruma h susun (ke ke ra b a ta n & ke b e ta ha n

Dalam proses umpan balik terhadap input terkontrol dan tidak terkontrol diperoleh output yang dikehendaki dan tidak dikehendaki yang dapat digunakan untuk menilai kinerja sistem. Output yang dikehendaki adalah output dari hasil umpan balik input yang diharapkan muncul dalam sistem pengembangan ESB penghunian rumah susun, sedangkan output

yang tidak dikehendali merupakan output yang tidak dikehendaki terjadi. Output/keluaran yang dikehendaki dari pelaksanaan sistem pengembangan spasial behavior pada permukiman rumah susun yaitu kepedulian terhadap lingkungan, pemanfaatkan SD permukiman rumah susun secara efisien dan berkelanjutan, keamanan dan ketertiban lingkungan yang baik, optimalisasi pemanfaatkan ruang milik bersama bagi kepentingan bersama, meningkatnya kualitas rumah yang dihuni, kesejahteraan penghuni meningkat, kesehatan yang baik, kesenangan dan kenyamanan tinggal meningkat, dan adanya partisipasi dalam berorganisasi/kelompok sosial. Sedangkan output yang tidak dikehendaki antara lain kurang peduli terhadap lingkungan, pemanfaatan SD permukiman rumah susun tidak efisien, keamanan dan ketertiban lingkungan yang kurang baik, kurang optimal dalam pemanfaatkan ruang milik bersama bagi kepentingan bersama, penurunan kualitas rumah yang dihuni, kesejahteraan penghuni menurun, kesehatan yang kurang baik, kesenangan dan kenyamanan tinggal menurun dan kurangnya partisipasi dalam berorganisasi/kelompok sosial

Melihat hubungan antar variabel-variabel dalam sistem dapat digambarkan dalam bentuk causal loop diagram (diagram lingkar sebab- akibat). Melalui diagram sebab akibat dapat diketahui bahwa dalam sistem pengembangan ESB penghunian rumah susun, aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan ternyata memiliki peranan atau pengaruh terhadap tingkat keberhasilan pengelolaan. Diagram sebab akibat sistem pengembangan ESB pada permukiman rumah susun dapat dilihat pada Gambar 8.2 berikut ini.

Ekonomi Lingkungan Penghunian Rusun Pendapatan Penghuni Pengeluaran Rumah Tangga Biaya Pengelolaan Lingkungan Seting Spasial Limbah Fasum Kecukupan Infrastruktur & Fasilitas Pencemaran Lingkungan Kualitas Lingkungan Tenaga Kerja Produktivitas Pendidikan Kesejahteraan Respon Spatial Sikap & Perilaku Anteseden Persepsi Kriminalitas ESB - Motivasi sejahtera - Berorganisasi - Pelestarian lingkungan - Copping Hubungan Sosial Partisipasi Masyarakat + - + + + + + + + + + + + + + + - + + + - + + + + + + + + + + Sosial -

Gambar 8.2 Diagram lingkar sebab akibat sistem pengembangan perilaku spasial pada penghunian rumah susun

Berdasarkan Gambar 8.2 diagram lingkar sebab akibat, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Sedangkan yang terkait dengan kesejahteraan adalah pemanfaatan seting spasial dan fasum rumah susun, pendidikan, produktivitas penghuni, dan hubungan sosial antar penghuni yang dapat menekan konflik sosial dan kriminalitas.

Sementara itu persepsi penghuni (aspek sosial) terhadap seting spasial (aspek lingkungan) dapat mempengaruhi penghuni berperilaku ESB, persepsi ini juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penghuni yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan penghuni (aspek ekonomi) dan kesejahteraan penghuni. Perilaku ESB juga ini dipengaruhi oleh bagaimana cara penghuni merespons secara spasial yang muncul akibat sikap penghuni terhadap seting spasial dan pemicu (anteseden) yang mendahului sikap. Pada diagram sebab akibat pengembangan ESB penghunian rumah susun terlihat saling terkait dan tidak dapat dipisahkan